Randy mendekati Shilla, menatapnya dengan lekat. "Shill, kamu kenapa sih? Aku ada yang salah?"
Shilla menatapnya sekilas. "Nanti saja kita bahas!"
"Kapan? Sekarang saja biar semuanya selesai kan?" ujar Randy tersenyum.
"Nanti sepulang sekolah saja. Ada yang mau aku omongin," jawab Shilla datar.
"Yaudah kalau gitu mau kamu. Tenangin dulu hati kamu ya, biar nanti kita diskusikan secara kepala dingin," ucap Randy tersenyum berlalu duduk di samping Aditya kembali.
"Shill, orang misterius itu masih ganggu kamu?" Sivia menatap Shilla.
Shilla melihat sekilas ke arah Sivia, lalu mengeluarkan smartphonenya menunjukkan pesan yang di kirim oleh nomor asing itu tadi pagi. "Padahal tadi pagi sudah aku kasih lihat loh ke kamu, tapi kamu kayak aneh gitu."
"He ... he ... he ... maafkan aku, Sayangku," ucap Sivia seraya dua jarinya membentuk huruf V.
"Oke, gak apa-apa kok. Jadi gimana ya sekarang?" tanya Shilla kemudian.
"Hmm ... aku juga bingung. Tapi ...." Ucapan Sivia terpotong karena Randy langsung saja memotong omongannya Sivia.
"Orang misterius? Nomor asing? Maksudnya apa?" Randy menaikkan salah satu alisnya.
Shilla dan Sivia terdiam untuk beberapa saat. "Kepo banget sih," ucap Sivia tidak setuju.
"Iya. Kamu ikut campur aja, ini urusan kita. Bukan kamu!" Shilla melipat kedua tangannya sebal.
"Shill dengan pacar sendiri pake main rahasian gitu." Kali ini Aditya mulai angkat suara.
"Apa semua ini ada hubungannya dengan kamu berubah hari ini?" Randy memegang pundak Shilla.
"Anak-anak silakan masuk! Waktu remedialnya sudah selesai," perintah Ibu Tina tersenyum.
Shilla, Sivia, Randy dan Aditya menoleh secara bersamaan ke arah Ibu Tina dan menjawab dengan kompak. "Iya Bu."
Mereka berjalan masuk ke dalam kelas.
***
Jam pulang sekolah telah tiba. Siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Shilla memantapkan hatinya agar lebih tegar setelah menghadapi jawaban Randy nantinya. Sementara Sivia hanya memikirkan Galang. Dua sejoli ini memikirkan lelaki yang ada di hati mereka masing-masing dengan perasaan bimbang.
"Shill, aku pulang duluan gak apa-apakan?" tanya Sivia menatap Shilla tersenyum.
"Kamu mau ke mana?" Shilla menatap kembali Sivia.
"Mau pulang bareng Kak Galang," jawab Sivia tersenyum. Ia harap-harap cemas menantikan jawaban Shilla.
Shilla tersenyum dengan lebar, membuat Sivia menaikkan salah satu alisnya. "Kenapa?"
"Ciee ... cie ... cie ... sudah ada kemajuan aja sekarang," goda Shilla tersenyum.
Kamu gak tahu saja, semua ini bisa terjadi juga karena kamu. Sebenarnya aku juga sudah tidak tahu bagaimana jadinya hubungan kami.
Sivia hanya tertawa saja. "Iya gitu deh, Shill. Kamu juga masih pulang bersama Randy kan?"
"Iya Siv. Tenang saja," jawab Shilla tersenyum.
"Yaudah aku duluan ya Shill," ucap Sivia tersenyum berlalu keluar kelas.
"Sayang, pulang yuk!" Randy menghampiri Shilla di bangkunya.
"Ayo. Tapi jangan langsung pulang ya." Shilla lalu berdiri dari bangku menggendong tas sekolahnya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Randy kemudian.
"Kamu jalan saja nanti aku kasih tahu arah jalannya," ucap Shilla datar.
Randy terdiam. "Oke deh, Sayang."
***
Zahra hampir tidak berhenti tersenyum dengan sendirinya, ia merasa sangat bahagia. Gimana gak bahagia seorang lelaki yang paling popular di sekolah pulang bersama bahkan lunch bersama dirinya. Apalagi perlakuan Randy yang menurutnya sangat special membuat hatinya berbunga-bunga.
"Sepupu!" Zahra mengucapkan kata itu lalu menaikkan salah satu alisnya. Menyungingkan senyum dengan penuh arti.
"Shilla oh Shilla. Kamu memang pintar dalam hal pelajaran tetapi kamu belum terlalu pintar dalam suatu hubungan," ucap Zahra tersenyum sendiri.
"Orang pintar memang akan kalah sama orang cerdik kayak aku!" lanjut Zahra kembali. Sedari tadi Zahra hanya ngomong sendirian.
***
Sivia menuju depan gerbang sekolah sesuai dengan janji Galang pagi tadi. Namun, sesampainya di sana ternyata Galang belum menampakkan dirinya. Sivia menoleh kanan dan kiri masih mengharapkan kalau seorang Galang sudah ada, tetap saja hasilnya nihil.
Apakah aku hanya di bohongi saja?
Apakah Galang akhirnya sudah menyerah denganku?
Atau Galang malah kembali dengan Anita?
Tiga pertanyaan tersebut sedang menghantui Sivia saat ini. Ia begitu cemas dan khawatir dengan hubungannya bersama Galang. Bagaimana tidak khawatir, baru saja akan di mulai akan tetapi pengakhiran sudah nampak jelas di depan mata. Lalu, ia mengeluarkan smartphonenya mencoba menghubungi Galang.
To : Galang
From : Sivia
Kakak di mana?
Aku sudah berada di depan gerbang sekolah.
Terkirim. Hanya menunggu beberapa saat saja, sudah dapat balasan dari Galang.
To : Sivia
From : Galang
Tunggu saja di sana.
Aku baru keluar kelas nih.
Setelah membaca isi pesan tersebut, Sivia merasakan sedikit kelegaan di hatinya. Ia menunggu sembari melihat siswa-siswi lain yang berlalu lalang untuk pulang juga.
"Ayo naik," ajak Galang dari motornya yang telah berada di hadapan Sivia saat ini.
Sivia hanya menurutinya saja, ia langsung duduk di atas motornya Galang dengan perasaan yang tidak karuan. "Kita mau ke mana?"
"Ikut saja! Yang pasti aku tidak akan membawamu ke tempat yang sepi," ujar Galang datar.
"Apaan sih Kak Galang!" Sivia menautkan kedua alisnya.
Galang tertawa sendiri, ia geli melihat gadis di depannya yang wajahnya sudah keliatan sekali seperti ketakutan. "Lagian kamu sih, itu wajah kenapa kayak pucat gitu?"
"Ihh ... Kak Galang nyebelin," ucap Sivia lalu memukul pundak Galang dengan pelan.
"Ada yang harus kita bicarakan lebih banyak. Semuanya demi kepentingan kita bersama. Agar aku tidak salah paham maupun kamu sebaliknya," ujar Galang dengan tegas.
Sivia mengedikan bahu, ia mengeri melihat tingkah Galang yang berubah drastis seperti ini. Tadi di saat ia sudah mulai merasakan ketakutan malah di ajak tertawa, sekarang sudah tertawa malah di ajak kembali dalam suasana serius. Sebenarnya apa yang sedang ada di pikiran seorang Galang saat ini?
"Siap, Kak!" jawab Sivia tersenyum.
***
Shilla dan Randy telah sampai di salah satu Cafe yang begitu mewah di Kota Palembang. Cafe yang di datangin oleh Randy dan Zahra kemarin. Shilla sengaja mengajak Randy ke tempat ini agar Randy menyadari kesalahannya dan juga Shilla ingin melihat ekspresi Randy ketika ke tempat ini bersama kekasihnya sendiri.
Randy tampak terdiam. Sepertinya ia sudah mulai takut dengan apa yang telah di lakukannya kemarin sudah ketahuan oleh Shilla, tapi dia masih berpikir positif karena dengan alasan sepupu pasti membuat Shilla memercayainya. Ia berusaha setenang mungkin.
"Gak apa-apakan aku ajak ke sini?" tanya Shilla tersenyum. Senyuman yang sangat di paksakan walaupun di dalam hati sangat menjerit begitu sakit.
"Gak apa-apa kok, Sayang. Tempatnya indah ya?" jawab Randy sambil tersenyum.
Ingin sekali rasanya Shilla bilang di saat itu juga, IYA INDAH. APALAGI JALANNYA SAMA MANTAN! Namun, ia masih berusaha untuk mengontrol emosinya saat ini.
"Hmm ... iya, kita langsung masuk aja yuk!" ajak Shilla berjalan mendahului Randy.
"Eh, tunggu dong, Sayang." Randy berusaha mensejajarkan posisinya di samping Shilla.
***
Sivia dan Galang telah sampai di cafe yang sama dengan Shilla dan Randy.
"Cafe ini." Sivia memandangi keadaan di sekitarnya.
"Kenapa?" Galang menyadari ada sesuatu di diri Sivia.
"Hmm ... gak apa-apa, Kak. Nanti aku jelasin saja. Agar Kakak menjadi lebih paham," jawab Sivia tersenyum.
"Oke," jawab Galang singkat.
Mereka pun masuk ke dalam Cafe tersebut. Sivia juga melihat sedang ada Shilla dan Randy di sana.
"Kita gak usah gabung sama mereka!" Kalimat yang terlontar dari mulut Galang menyadarkan Sivia.
"Iya, Kak," jawab Sivia singkat.
***
"Hmm ... kamu sudah pernah ke sini belum?" tanya Shilla seraya menyeruput milkshake chocolate di hadapannya.
Randy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Menimbang-nimbang jawaban yang akan ia berikan. "Sudah, Sayang."
Deg!
Hati Shilla terasa bagai di sambar petir. Dengan santainya kekasihnya bilang begitu. Bukankah ini kali pertama ia dan Randy ke sini?!
"Oh, kapan? Sama siapa?" Shilla masih berusaha dengan setenang mungkin. Itu semua di lakukannya demi sebuah jawaban yang ingin di ketahuinya.
"Sama Zahra!" jawab Randy lalu melanjutkan aktivitas makannya.
Shilla terdiam memandangi kekasihnya yang seperti tidak ada salah sedikitpun. Bahkan saat ini Randy sudah dengan santainya melahap mie goreng di hadapannya.
Sepupu?!
Akankah sepupu semesra itu?
Dan, kenapa kamu seperti tidak ada salah sedikit pun.
Atau semua ini memang kesengajaan kamu terhadap aku.
Kesengajaan kamu membuatku cemburu.
Kesengajaan kamu membuatku merasakan sakit hati.
Ketenangan yang di tunjukkan Shilla sedari tadi kali ini sudah goyah. Ia sudah tidak tahan lagi, air mata yang sedari tadi memaksa untuk keluar akhirnya berhasil juga walaupun ia sangat tidak ingin sekali menunjukkan aliran air mata di depan kekasihnya tersebut. Ia hanya terdiam saja, masih berusaha untuk mengatur napas dan emosi saat ini.
"Kamu kenapa nangis?" Randy terkejut mendapati Shilla sedang menangis. Padahal menurutnya tadi Shilla baik-baik saja.
"Apa aku ada salah?" Randy begitu terlihat khawatir dan berusaha mengengam tangan Shilla.
Shilla masih nampak terdiam saja. Ia menepis genggaman tangan dari Randy. "Zahra itu sepupu kamu?"
***
Apa ya jawaban Randy?
Randy nampak berpikir sejenak lalu menjawab dengan mantap. "Iya. Dia sepupuku."Perasaan Shilla berkali-kali merasakan sakit. Bagaimana tidak sakit, seorang yang sangat dipercaya tega membohonginya. Apakah Randy memang tidak berbohong semuanya? Hanya Randy-lah yang tahu. Tapi melihat cara Randy yang bermesraan bersama Zahra sudah dua kali itu, membuat Shilla sangat sulit untuk percaya, kalau memang hubungan mereka hanya sepupu saja."Kamu yakin?" Shilla menaikkan salah satu alisnya. Membiarkan air mata mengalir di pipinya."Yakin, Sayang!" jawab Randy tersenyum."Jangan nangis lagi, Sayang. Aku sama Zahra hanya sepupu doang kok. Gak lebih. Atau jangan-jangan karena kemarin aku pulang bersama Zahra kamu jadi seperti ini?" ucap Randy seraya menghapus air mata Shilla.Shilla sudah tidak tahan lagi. Sebelumnya pertahanannya agar air mata tidak jatuh sudah tidak berhasil. Sekarang pertahanan em
Di koridor sekolah Randy berjalan seorang diri. Ia mengepal tanggannya kuat, rahangnya mengeras dan tatapannya tajam. Ia tidak peduli dengan lingkungan sekitar, mengabaikan semua orang yang berlalu lalang. Tujuannya hanya satu ke kelasnya Galang.Sesampainya di pintu kelas Galang. Ia memperhatikan seluruh penjuru isi kelas dan seisinya. Tepat di sudut ujung kelas terdapat beberapa gerombolan anak lelaki yang sibuk bercanda ria. Orang yang di carinya sudah dapat. Langsung saja ia memasuki kelas kakak tingkatnya itu tanpa meminta izin sedikitpun. Sementara sebagian anak perempuan ada yang sibuk cari perhatian kepada Randy dan lain-lain. Di acuhkan semua halnya. Ia hanya ingin menemui Galang."Ngapain ikut campur sama hubunganku dengan Shilla?" bentak Randy tiba-tiba. Suaranya cukup melengking.Segerombolan siswa itupun langsung menoleh ke sumber suara. Tanpa mereka sadari sudah ada Randy di sana. Semua hanya diam, termasuk G
Shila masih tidak menyangka dengan hal yang sedang dihadapinya kini. Rasanya ia baru saja merasakan bahagia yang luar biasa tetapi malah permasalahan tentang cinta membuat dirinya hancur. Sebenernya tidak bisa dibilang hancur lebih ke meratapi nasib yang sedang tidak berpihak dengannya. Setahun berpacaran dengan Randy tetapi tidak tahu perihal tentang Zahra. Bahkan dengan bodohnya ia masih bisa percaya dan bilang sesantai itu kalau Zahra memanglah sepupunya Randy. Harusnya dari awal ia mengungkapkan semuanya. Lagian, ia juga tidak habis pikir Randy bisa selingkuh dengan yang lain.Kamu itu ...Orang yang paling baik sekaligus orang yang paling jahat yang pernah aku kenal ... Randy.***"Siv, hubungan kamu sama, Galang gimana?" tanya gadis yang memakai seragam putih abu-abu menatap sahabatnya itu."Baik saja sih, Shil. Namun, ada beberapa hal yang masih janggal saja sih." Sivia tersenyum. Memeluk erat
Buliran bening itu mengalir dengan sendirinya. Shilla dan Sivia hanya bisa melakukan itu tanpa diminta. Mereka berdua berusaha memejamkan mata. Menguatkan diri masing-masing dan berusaha tegar. Mereka tetap menyaksikan perkelahian antara Randy dan Galang tanpa melerai sedikit pun. Niat awal yang ingin melerai tiba-tiba tidak dijalankan. Adegan perkelahian tersebut tetap berlangsung, tidak ada yang mau mengalah. Randy dan Galang sama-sama berusaha untuk saling pukul.Tiba-tiba ada yang menyentuh pundak Shilla tetapi walaupun Shilla merasakan tetap saja ia tidak peduli. Orang tersebut tetap setia berdiri di samping Shilla. Menemani dan diam saja lebih tepatnya.Sivia sudah tidak tahan lagi. Ia ingin menjauh, mengajak Shilla untuk meninggalkan tempat ini. Percuma saja kekhawatirannya hanya dibalas dengan sakit hati. Namun, Sivia terkejut ketika ada seorang cowok berdiri di samping sahabatnya itu."Kamu ngapain?" Sivia mengern
Shilla tidak pernah menyangka kalau Randy dan Galang berkelahi hanya karena Anita Az Zahra. Sebelumnya, Shilla berpikir kalau Randy marah dengan Galang karena sudah memberitahukan informasi mengenai sih Zahra itu. Seperti yang terlihat di kafe waktu itu.Rasa menyerah untuk bersama Randy memang sudah dirasakan oleh Shilla tetapi hati tidak bisa dibohongin kalau sebenarnya masih sangat sayang dan berharap kepada kekasihnya itu.Kenapa kamu berubah secepat ini?Atau, sebenarnya kamu memang tidak pernah berubah tetapi aku saja yang baru mengetahui semuanya? -ShillaTiba-tiba suara deringan dari smartphone milik Shilla berbunyi, ia segera mengambil smartphone yang berada di atas nakas. Lalu, membaca nama yang tertera di layar, Randy."Hallo," ucap Shilla datar."Hallo juga, Sayang," balas Randy dari seberang telepon.Ada rasa sakit ketika mendengar Randy m
Zahra sedang menyendiri, ia berada di dalam kamarnya, duduk di atas kasur seraya menatap langit-langit. Hatinya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Apakah kebahagian yang dirasakan memang harus sebentar dan sesaat saja?Zahra sendiri bingung dengan hatinya, ingin memilih Randy atau Galang? Kedua lelaki tersebut pernah mengisi hatinya. Namun, sekarang ada sedikit perbedaan. Randy maupun Galang sudah ada gadis lainnya. Lalu, kenapa kedua lelaki itu harus berkelahi dengan pembahasan dirinya? Apakah sebenarnya mereka masih ada rasa dengan Zahra?Tahu gak rasanya, dinaikkan ke atas langit kemudian langsung dihempaskan ke bumi itu rasanya sangat sakit sekali.Sama seperti perasaan Zahra saat mencoba melerai perkelahian antara Randy dan Galang. Ia dibuat tersenyum, berbunga-bunga sampai semua orang yang melihat iri dengannya. Namun, seketika berubah ketika kehadiran gadis yang sedang dekat dengan Randy dan Galang. Membuat kedua
Shilla kembali meneteskan air matanya. Hatinya hancur semakin hancur. Bagaikan kayu yang kuat kemudian dipatahkan. Ia tidak kuat menghadapi masalah percintaannya kini. Apakah ini yang dinamakan sakit hati sesungguhnya?Sebelumnya Shilla tidak pernah merasakan hatinya sesakit dan separah ini. Bahkan, ia sekarang terlihat putus asa. Apakah ia masih berani untuk merasakan jatuh cinta lagi?Selalu ku coba tuk mencabut lukaTapi hatiku bukan besi dan bajaTak semudah kataLuka itu biasaTiada hati tercipta untuk terluka - Patah Hati by Dini LidaShilla memutar mp3 player dari smartphonenya memutar acak playlist yang ada. Lagu pertama yang diputar sangat mewakili perasaan dirinya saat ini. Ia memilih rebahan seraya memejamkan mata semoga saja setelah ini hatinya bisa merasakan sedikit lega.
Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahanSemua tak kan mampu mengubahkuHanyalah kau yang ada di relungkuHanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencintaKau bukan hanya sekedar indahKau tak akan terganti (tak akan terganti)Galang sudah mulai bernyanyi. Menyanyikan sebuah lagu dari Marcel dengan judul Takkan Tergantikan. Ia tersenyum dari atas panggung menatap Sivia. Yang ditatap semakin tersipu malu. Banyak pengunjung yang memuji Sivi karena diperlakukan begitu spesial oleh sang pujaan hati, samar-samar Sivia mendengarkan omongan orang-orang disekitar.Setelah selesai bernyanyi, Galang mengucapakan terima kasih dan mengembalikan microfon ke pihak kafe yang bertugas. Ia langsung turun dari panggung dan kembali menghampiri Sivia."Gimana kamu bahagia sekarang?" tanya Galang tersenyum manis.Wajah Sivia yang m