Share

51. Patahan Ranting

Keberadaan Sanggapati kini sudah diketahui.

Pemuda itu mengumpat saat si monster kembali mendekat ke arahnya dengan kilatan mata biru kekuning-kuningan. Bukannya menghindar, Sanggapati masih diam di tempat dan sibuk menganalis. Apakah cindaku itu memang bisa melihatnya sampai mengendap-endap menyelusup dalam ilalang? pikirnya.

Selang kemudian, lelaki itu mendongkak ke arah langit. Ternyata sinar bulan kini sudah menembus lebatnya hutan, membuat ia merutuki keterlambatan berpikirnya.

'Ternyata begitu. Penciuman mereka tak terlalu tajam selama tak mendapat sinar bulan.'

'Lebih tepatnya, cahaya bulan purnama!'

"Kalau begitu, berarti ..."

Graaa!

Sanggapati berguling cepat, satu cakaran mampu memangkas sehamparan rumput gajah di sekitaran. Seketika tanah tempat ia berbaring berubah menjadi padang rumput yang botak. Sanggapati terperanjat, ia segera bangun dan memacu kaki tuk berlari.

Cindaku itu tak memberinya kesempatan. Segera si

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status