Share

Bab 3. Aturan Moses

last update Last Updated: 2024-02-09 01:24:54

Flash Back On#

Berlin, Germany.

Bibir saling menaut. Lidahnya membelit. Ciuman penuh nafsu itu sangat menggelora. Tangan Moses meremas keras bokong wanita cantik yang tengah berciuman dengannya. Dia bagaikan singa jantan yang tengah kelaparan akan sentuhan. Tidak ada ciuman cinta perasaan. Hanya nafsu yang melebur menjadi satu.

Ciuman panas itu terlepas. Moses membelai lembut pipi wanita yang ada di hadapannya. “Sorry, malam ini mood-ku sedang kurang bagus. Jangan ganggu aku.”

“Moses, tapi—” Baru saja wanita itu menjawab ucapan Moses, pria itu sudah pergi meninggalkannya sendiri. Tampak wanita itu sangat kesal.

Moses hendak meninggalkan klub malam, tetapi langkahnya terhenti di kala melihat seorang perempuan berpakaian seksi masuk ke dalam klub malam. Perempuan itu memakai dress nyaris telanjang—dan sukses menyita perhatian banyak orang di sana.

Moses mengurungkan dirinya untuk pergi dari klub malam itu. Dia memilih duduk di depan kursi bartender sambil menyesap vodka. Dia melihat perempuan yang baru saja datang itu sudah menari di lantai dansa.

Perempuan itu menari dengan banyak di kelilingi kaum adam. Senyuman wajah Moses terlukis. Dia menduga bahwa pasti perempuan yang ada di hadapannya ini adalah perempuan yang hidup dalam pergaulan bebas.

Moses tetap tenang duduk menikmati minumannya. Dia menatap kini perempuan yang berpakaian seksi tengah mencium salah satu pria yang menari dengannya. Namun, sayang ciuman itu hanyalah sebentar karena sudah ada sepuluh pengawal berbadan besar, menghampiri perempuan itu.

“Nona, Anda diminta pulang oleh ayah Anda.” Salah satu pengawal berucap dingin dan tegas pada perempuan cantik itu.

Perempuan itu berdecak. “Aku tidak mau pulang! Aku ingin bersenang-senang! Pergilah! Jangan menggangguku!”

“Nona, Tuan meminta kami membawa Anda dengan paksa.” Salah satu pengawal lain meminta perempuan cantik untuk pergi meninggalkan pesta.

Perempuan itu mendengkus tak suka. “Kenapa ayahku selalu menyusahkanku!”

Pria yang berdansa dengan perempuan itu hendak ingin membela, tapi para pengawal mengeluarkan pistol hingga sukses membuat pria yang berdansa dengan perempuan cantik itu menciut. Tidak bisa berkutik sama sekali.

Perempuan itu menyambar wine di atas meja, dan menenggak hingga tandas. Lalu, dia hendak meninggalkan klub malam itu—namun tanpa sengaja tatapannya teralih pada Moses yang duduk di kursi bartender.

Perempuan itu mendekat menghampiri Moses dengan tatapan yang memancarkan ketertarikan. “Well, kau tampan sekali.”

Moses tersenyum samar mendapatkan pujian dari perempuan yang ada di hadapannya. Dia yakin usia perempuan itu masih sangat muda. Mungkin usianya belum sampai 25 tahun.

Thanks,” jawab Moses singkat.

Perempuan itu mendekatkan bibirnya ke telinga Moses dan berbisik seksi, “Aku memiliki banyak uang untuk membayarmu menemaniku. Sebutkan nominal yang kau inginkan, Tampan.”

Moses tersenyum samar mendengar ucapan perempuan itu. Dia menarik dagunya, mendekatkan bibirnya ke bibir perempuan itu. “Sayangnya, aku tidak suka bermain dengan anak kecil. Ukuran payudaramu pasti sangat kecil. Aku tidak bisa bernafsu melihat perempuan yang memiliki payudara kecil. Pulanglah, Anak Manis. Ayahmu sudah menunggumu.”

Raut wajah perempuan itu memerah mendapatkan sindiran dari Moses. Dia langsung mendorong tubuh Moses—dan menghentakkan kaki meninggalkan klub malam itu dengan wajah emosi. Dia ingin kembali berbicara dengan Moses, tapi sepuluh pengawal membuatnya terpaksa harus segera pergi.

Moses menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menyesap vodkanya. Tatapannya menatap perempuan yang tadi bicara dengannya sudah pergi—dengan kondisi wajah sangat kesal dan marah. 

“Menarik, tapi sayang kau masih terlalu kecil untukku,” gumam Moses sambil menggerakkan gelas sloki di tangannya. 

Flashback Off#

***

Kepingan memori kejadian di Berlin muncul di benak Merlinda. Dulu dia sempat kesal akan penolakan dari Moses. Namun, siapa sangka jika semesta kembali mempertemukannya lagi dengan sosok pria yang menolaknya. Pria yang menggatakan dirinya anak kecil—padahal usianya tahun ini sudah memasuki angka 23 tahun. Itu sudah tidak bisa dikategorikan usia anak kecil lagi.

Merlinda kini masih berada di ruang makan, berdua dengan Moses. Tatapannya sejak tadi tak lepas menatap Moses yang tengah makan bersama dengannya. Dia merasakan bahwa ini adalah mimpi, tapi tidak … ini semua adalah nyata.

Kejadian di Berlin waktu itu membuat Merlinda sempat dibuat kesal berhari-hari. Tidak mudah untuk move on, karena untuk pertama kalinya dia mendapatkan penolakan. Dia menyibukkan diri, demi melupakan penolakan itu.

Setelah cukup lama, Merlinda kembali dipertemukan dengan pria yang menolaknya. Tadi malam, dia tak cukup jelas memperhatikan wajah tampan Moses. Dia hanya ingat pemilik rumah yang menjadi tempat persembunyiaannya, sangatlah tampan dan memesona.

Sekarang tanpa disangka-sangka, Merlinda bertemu lagi dengan pria memesona itu. Bahkan sekarang seolah semesta mendukung. Dalam kondisi lengannya yang terluka, bisa membuatnya berada di rumah Moses jauh lebih lama. Otak cerdiknya langsung menyusun rencana. Dia ingin berlama-lama berada di dekat sang pujaan hati!

“Sampai kapan kau melihatku seperti itu? Makananmu ada di hadapanmu,” ucap Moses dingin dan tegas pada Merlinda.

Merlinda salah tingkah akibat ketahuan menatap Moses. Buru-buru, dia makan sarapan yang sudah terhidang di hadapannya. Panik dan cemas menyergap dirinya. Dia segera melahap makanan itu, tapi sayangnya karena terburu-buru membuatnya tersedak—hingga terbatuk-batuk.

Moses manatap tajam Merlinda yang batuk. “Kau itu ceroboh sekali.”

Merlinda minum air putih, demi meredakan tenggorokannya. “Maafkan aku. Kau membuatku gugup.” 

“Kenapa kau malah menyalahkanku?”

“Iya, kau terlalu tampan, jadi kau membuatku sangat gugup.”

Moses menggelengkan kepalanya. “Berapa banyak pria yang kau rayu, Gadis Kecil?”

Bibir Merlinda menekuk dalam. “Jangan panggil aku gadis kecil. Aku sudah pernah berciuman. Usiaku juga sudah 23 tahun. I’m not a kid anymore, Moses. Jika kau tidak percaya, ayo bercinta denganku! Aku sudah pernah menonton film porno.”

Moses kian menggelengkan kepalanya, mendengar kalimat ajaib Merlinda. “Maaf, aku tidak tertarik tidur dengan anak kecil.”

Mata Merlinda melebar mendengar penolakan Moses.

Moses menyudahi sarapannya. “Hari ini aku ingin pergi bertemu dengan client-ku. Jika kau masih ingin di sini dalam beberapa hari ke depan silakan, tapi setelah kau pulih segera kau tinggalkan tempat ini. Nanti sopirku akan mengantarmu pulang.”

“Aku masih ingin di sini. Tanganku masih sakit, Moses. Sakit sekali,” dusta Merlinda. Goresan pisau di lengannya bukanlah apa-apa. Dia bahkan pernah mendapatkan luka tembak, tetapi dia tak mungkin mengatakan itu pada Moses.

“Kalau begitu, kau harus patuh pada aturan di rumah ini,” jawab Moses tegas.

“Aturannya apa?” tanya Merlinda polos.

Moses menundukkan kepalanya, mensejajarkan wajahnya ke wajah Merlinda. Sontak, tindakan Moses membuat Merlinda sangat terkejut. Tangan gadis itu sampai keringat dingin. Jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya.

“Jika kau ingin tetap di rumahku, jangan ikut campur urusanku. Aku tidak suka orang yang ingin tahu tentang urusan orang lain,” desis Moses di depan bibir Merlinda.

Merlinda gelagapan dan salah tingkah, karena jaraknya dengan jarak Moses sangatlah dekat. Dia benar-benar malu. “A-aku tidak akan ikut campur urusanmu.”

Good.” Moses membenarkan posisi berdirinya, lalu melangkah pergi meninggalkan Merlinda.

Aroma parfume maskulin Moses menyeruak ke indra penciuman Merlinda. Gadis itu tersipu malu, merona layaknya remaja yang baru pertama kali jatuh cinta. Ini pertama kalinya Merlinda merasakan gelenyar perasaan aneh pada seorang pria.

“Apa pun akan aku lakukan asal aku bisa di dekatmu, Moses,” gumam Merlinda memiliki tekad kuat. Dia bahkan sampai melupakan masalah yang menghantamnya. Bertemu lagi dengan Moses, membuat dunianya hanya berpusat pada Moses De Luca—pria tampan sejuta pesona.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Chasing You (Mengejar Cintamu)    Bab 4. Kekasih Masa Depanku!

    “Oh, Tuhan. Dia tampan sekali.”Merlinda masuk ke kamar Moses, di kala pria itu tidak ada di rumah. Dia mengelilingi kamar Moses—menatap foto pria tampan itu. Entah kenapa hatinya terdorong untuk mendatangi kamar pribadi Moses. Well, Merlinda memang sudah gila, di kala mengagumi seorang pria tampan.“Moses sudah punya kekasih belum, ya?” Gadis itu bergumam pelan pada dirinya sendiri. “Ah, punya atau tidak, aku tidak peduli. Paling penting aku bisa di dekatnya.” Lanjutnya sambil memeluk erat foto Moses.“Nona Merlinda?” Pelayan masuk ke dalam kamar Moses, mendapati Merlinda tengah berada di kamar Tuannya.Merlinda tersentak di kala sang pelayan muncul. “Eh, i-iya?”“Maaf, Nona. Apa Anda membutuhkan sesuatu?” tanya pelayan itu seraya melangkah mendekat ke arah Merlinda.Merlinda menggelengkan kepalanya. “Tidak. A-aku tadi hanya jalan-jalan saja, dan tidak sengaja masuk ke kamar Moses. Sekarang aku ingin kembali ke kamarku.”“Silakan, Nona.” Pelayan itu mempersilakan Merlinda yang ingin

    Last Updated : 2024-02-09
  • Chasing You (Mengejar Cintamu)    Bab 5. Jangan Mencari Masalah!

    Satu minggu sudah Merlinda tinggal dengan Moses. Gadis cantik itu selalu bersemangat menyambut Moses setiap kali pria itu pergi. Luka di lengan Merlinda sudah berangsur-angsur membaik. Namun, demi tetap bisa bersama Moses—dia berbohong mengatakan lengannya masih sakit. Untungnya Moses percaya, dan pria itu membiarkan Merlinda untuk tetap tinggal dengannya.Pagi itu, Merlinda duduk berjemur di halaman belakang. Dia memakai celana sangat pendek dan bra model tali leher. Gadis cantik itu sengaja memakai pakaian seksi, demi kulitnya mendapatkan sinar matahari pagi.“Ah, enak sekali berjemur di sini,” gumam Merlinda seraya memejamkan mata sebentar. Angin berembus menyentuh kulitnya, begitu menyejukkan.“Kau sengaja ingin membuat seluruh penjagaku terpesona padamu?” Teguran keras dari Moses yang muncul di halaman belakang, membuat Merlinda sedikit terkejut.Merlinda mengalihkan pandangannya, menatap Moses yang kini ada di hadapannya. “Apa maksudmu, Moses?” tanyanya sambil bangkit berdiri. W

    Last Updated : 2024-02-09
  • Chasing You (Mengejar Cintamu)    Bab 1. Aku Bukan Pencuri

    Mexico City, Mexico. “Nona lari!” Suara seruan seorang pengawal, bersamaan dengan suara ledakan bom keras. Umpatan kasar lolos di bibir ranum gadis cantik—yang bersembunyi di balik dinding yang sudah hancur setengah.Dia—Merlinda Alejandro terpaksa melarikan diri meninggalkan anak buahnya, di kala mendapatkan serangan. Sayangnya, di tengah-tengah pelariannya tiga orang musuh mengejarnya tak membiarkan pergi.Langkah kaki Merlinda terpaksa terhenti di kala dihadang oleh tiga musuh yang menyerangnya. Tampak sepasang iris mata abu-abu gadis berambut merah kecokelatan itu berkilat tajam menunjukkan emosi mendalam.“Pengecut! Kalian semua menyerangku saat ayahku tidak ada!” bentak Merlinda penuh dendam. Akibat serangan ini, banyak anak buahnya yang mati karena ledakan bom yang diletakan di samping rumahnya.Salah satu pria di depan Merlinda menyeringai kejam. “Nyawa harus dibayar oleh nyawa. Ayahmu membunuh Nyonya kami, dan kami pun membalas dengan membunuhmu, Nona Alejandro.”“Fuck! Kali

    Last Updated : 2024-02-09
  • Chasing You (Mengejar Cintamu)    Bab 2. Ternyata Saling Mengenal

    Merlinda membuka matanya di kala sinar matahari menembus jendela, menyentuh wajahnya. Mata gadis cantik itu mengerjap beberapa kali—dan mengendarkan pandangannya—melihat dirinya berada di sebuah kamar megah asing. Kamar yang tidak pernah dia datangi sebelumnya.‘Di mana aku?’ batin Merlinda bersuara. Rasa sakit di lengannya menyerang di kala kesadarannya sudah pulih. Dia merintih, menyentuh lengannya yang kesakitan. Raut wajah Merlinda berubah melihat lengannya diperban. Kepingan memori Merlinda mulai mengingat kejadian di mana dirinya diserang.“Shit!” Merlinda mengumpat di kala mengingat kejadian penyerangan tadi malam.Merlinda mengembuskan napas kasar, berusaha untuk tenang. Lalu … di tengah-tengah perasaan kesal, dia mengingat kejadian di mana dia bersembunyi di sebuah rumah milik pria tampan. Merlinda tidak lupa! Wajah pria tampan itu bahkan sekarang terus berada di dalam benaknya.“Selamat pagi, Nona.” Seorang pelayan melangkah menghampiri Merlinda.Merlinda tersentak dan mem

    Last Updated : 2024-02-09

Latest chapter

  • Chasing You (Mengejar Cintamu)    Bab 5. Jangan Mencari Masalah!

    Satu minggu sudah Merlinda tinggal dengan Moses. Gadis cantik itu selalu bersemangat menyambut Moses setiap kali pria itu pergi. Luka di lengan Merlinda sudah berangsur-angsur membaik. Namun, demi tetap bisa bersama Moses—dia berbohong mengatakan lengannya masih sakit. Untungnya Moses percaya, dan pria itu membiarkan Merlinda untuk tetap tinggal dengannya.Pagi itu, Merlinda duduk berjemur di halaman belakang. Dia memakai celana sangat pendek dan bra model tali leher. Gadis cantik itu sengaja memakai pakaian seksi, demi kulitnya mendapatkan sinar matahari pagi.“Ah, enak sekali berjemur di sini,” gumam Merlinda seraya memejamkan mata sebentar. Angin berembus menyentuh kulitnya, begitu menyejukkan.“Kau sengaja ingin membuat seluruh penjagaku terpesona padamu?” Teguran keras dari Moses yang muncul di halaman belakang, membuat Merlinda sedikit terkejut.Merlinda mengalihkan pandangannya, menatap Moses yang kini ada di hadapannya. “Apa maksudmu, Moses?” tanyanya sambil bangkit berdiri. W

  • Chasing You (Mengejar Cintamu)    Bab 4. Kekasih Masa Depanku!

    “Oh, Tuhan. Dia tampan sekali.”Merlinda masuk ke kamar Moses, di kala pria itu tidak ada di rumah. Dia mengelilingi kamar Moses—menatap foto pria tampan itu. Entah kenapa hatinya terdorong untuk mendatangi kamar pribadi Moses. Well, Merlinda memang sudah gila, di kala mengagumi seorang pria tampan.“Moses sudah punya kekasih belum, ya?” Gadis itu bergumam pelan pada dirinya sendiri. “Ah, punya atau tidak, aku tidak peduli. Paling penting aku bisa di dekatnya.” Lanjutnya sambil memeluk erat foto Moses.“Nona Merlinda?” Pelayan masuk ke dalam kamar Moses, mendapati Merlinda tengah berada di kamar Tuannya.Merlinda tersentak di kala sang pelayan muncul. “Eh, i-iya?”“Maaf, Nona. Apa Anda membutuhkan sesuatu?” tanya pelayan itu seraya melangkah mendekat ke arah Merlinda.Merlinda menggelengkan kepalanya. “Tidak. A-aku tadi hanya jalan-jalan saja, dan tidak sengaja masuk ke kamar Moses. Sekarang aku ingin kembali ke kamarku.”“Silakan, Nona.” Pelayan itu mempersilakan Merlinda yang ingin

  • Chasing You (Mengejar Cintamu)    Bab 3. Aturan Moses

    Flash Back On#Berlin, Germany. Bibir saling menaut. Lidahnya membelit. Ciuman penuh nafsu itu sangat menggelora. Tangan Moses meremas keras bokong wanita cantik yang tengah berciuman dengannya. Dia bagaikan singa jantan yang tengah kelaparan akan sentuhan. Tidak ada ciuman cinta perasaan. Hanya nafsu yang melebur menjadi satu.Ciuman panas itu terlepas. Moses membelai lembut pipi wanita yang ada di hadapannya. “Sorry, malam ini mood-ku sedang kurang bagus. Jangan ganggu aku.”“Moses, tapi—” Baru saja wanita itu menjawab ucapan Moses, pria itu sudah pergi meninggalkannya sendiri. Tampak wanita itu sangat kesal.Moses hendak meninggalkan klub malam, tetapi langkahnya terhenti di kala melihat seorang perempuan berpakaian seksi masuk ke dalam klub malam. Perempuan itu memakai dress nyaris telanjang—dan sukses menyita perhatian banyak orang di sana.Moses mengurungkan dirinya untuk pergi dari klub malam itu. Dia memilih duduk di depan kursi bartender sambil menyesap vodka. Dia melihat pe

  • Chasing You (Mengejar Cintamu)    Bab 2. Ternyata Saling Mengenal

    Merlinda membuka matanya di kala sinar matahari menembus jendela, menyentuh wajahnya. Mata gadis cantik itu mengerjap beberapa kali—dan mengendarkan pandangannya—melihat dirinya berada di sebuah kamar megah asing. Kamar yang tidak pernah dia datangi sebelumnya.‘Di mana aku?’ batin Merlinda bersuara. Rasa sakit di lengannya menyerang di kala kesadarannya sudah pulih. Dia merintih, menyentuh lengannya yang kesakitan. Raut wajah Merlinda berubah melihat lengannya diperban. Kepingan memori Merlinda mulai mengingat kejadian di mana dirinya diserang.“Shit!” Merlinda mengumpat di kala mengingat kejadian penyerangan tadi malam.Merlinda mengembuskan napas kasar, berusaha untuk tenang. Lalu … di tengah-tengah perasaan kesal, dia mengingat kejadian di mana dia bersembunyi di sebuah rumah milik pria tampan. Merlinda tidak lupa! Wajah pria tampan itu bahkan sekarang terus berada di dalam benaknya.“Selamat pagi, Nona.” Seorang pelayan melangkah menghampiri Merlinda.Merlinda tersentak dan mem

  • Chasing You (Mengejar Cintamu)    Bab 1. Aku Bukan Pencuri

    Mexico City, Mexico. “Nona lari!” Suara seruan seorang pengawal, bersamaan dengan suara ledakan bom keras. Umpatan kasar lolos di bibir ranum gadis cantik—yang bersembunyi di balik dinding yang sudah hancur setengah.Dia—Merlinda Alejandro terpaksa melarikan diri meninggalkan anak buahnya, di kala mendapatkan serangan. Sayangnya, di tengah-tengah pelariannya tiga orang musuh mengejarnya tak membiarkan pergi.Langkah kaki Merlinda terpaksa terhenti di kala dihadang oleh tiga musuh yang menyerangnya. Tampak sepasang iris mata abu-abu gadis berambut merah kecokelatan itu berkilat tajam menunjukkan emosi mendalam.“Pengecut! Kalian semua menyerangku saat ayahku tidak ada!” bentak Merlinda penuh dendam. Akibat serangan ini, banyak anak buahnya yang mati karena ledakan bom yang diletakan di samping rumahnya.Salah satu pria di depan Merlinda menyeringai kejam. “Nyawa harus dibayar oleh nyawa. Ayahmu membunuh Nyonya kami, dan kami pun membalas dengan membunuhmu, Nona Alejandro.”“Fuck! Kali

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status