“Bagaimaan suamiku? Akankah kita menerima maksud baik Kerajaan Flambuana?”akhirnya ratu memberanikan diri untuk bertanya kepada suaminya. Ia sudah begitu pusing memikirkan hal ini selama berhari-hari.
“Sebenarnya aku masih mempertimbangkan ini” sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Tampak beberapa garis guratan di wajahnya menandakan ia tengah berpikir keras.
“Apa yang engkau pikirkan wahai Suamiku?” Ratu dengan lembutnya bertanya lagi. Sepertinya masih ada sesuatu pikiran yang mengganjal di kepalanya.
“Jujur aku sungguh ingin menjalin hubungan keluarga dengan Kerajaan Flambuana. Namun masalahnya pastilah nanti putri kita yang akan di boyong kesana. Sedangkan kita sedang memerlukan seseorang yang dapat menggantikan posisiku. Sampai kini kabar putra kita pun belum diketahui. Masih hidup atau tidak pun tidak ada yang mengetahuinya” raut wajahnya kini telah berubah menjadi sedikit layu, tetap dengan beberapa goresan yang muncul karena ekspresinya.
Kini giliran ratu yang menenangkan suaminya. Ia tak mau ditengah susahnya mencari pengganti ia akan jatuh sakit karena memikirkan nasib anak laki-laki yang belum sama sekali ia lihat.
“Sudah, aku yakin anak kita masih hidup. Pasti ia baik-baik saja, tenanglah” ratu berbicara dengan maksud untuk membawa angin segar. Semoga saja ucapannya ini akan sedikit menyapu pikiran yang bersarang di otaknya.
“Atau kita tolak saja lamarannya? Kita ikuti kemauan putri kita untuk menikah dengan Putra dari kerajaan Bunga?, Putra Rafles kalau tidak salah ia putra ke tiga Kerajaan Bunga. Pastilah ia diperbolehkan untuk tinggal di kerajaan kita dan menggantikan posisi engkau suamiku?” ratu mencoba memberikan saran untuk mengurangi kebuntuan pada pikiran suaminya.
“Aku tidak yakin dengan Kerajaan Bunga. Kita belum mengenal jauh dengan kerajaan tersebut. Ini sungguh membingungkan bagiku. Sejujurnya aku khawatir jika kepemimpinanku jatuh pada orang yang salah”
“Waktu itu putri kita bercerita kepadaku. Menurut penuturannya Kerajaan Bunga belum bisa kemari karena Sang Raja tengah jatuh sakit. Mungkin itulah alasan Kerajaan mereka belum mendatangi kerajaan kita” sepertinya ratu sedikit setuju jika Putra Rafleslah yang menikahi putrinya.
“Atau kita tunggu kabar dari Putra Rafles kemudian?” lanjut sang ratu
“Baiklah begini saja, kita mengajukan permintaan pada Kerajaan Flambuana. Jika mereka mengizinkan Pangeran Revan untuk memimpin kerajaan kita, akan aku terima lamarannya. Tapi ini memang keputusan yang berat mengingat, mengingat mereka juga butuh pemimpin pengganti ”
“Pastilah ini akan menjadi pilihan yang sulit suamiku. Tapi tak ada pilihan lain. Ini keputusan terbaik suamiku. Aku setuju dengan keputusan ini” sambil mengangguk
Setelah berunding, penasihat istana pun juga sependapat dengan keputusan Raja. Dengan segera penasihat istana memerintahkan juru tulis istana untuk membalas surat lamaran dari Kerajaan Flambuana dan mengirimkannya.
Dengan datangnya surat ini, kami akan memberitahukan mengenai keputusan kerajaan kami. Kami bersedia menerima lamaran Raja
untuk mempersunting putriku untuk menjadi permaisuri Pangeran Revan jika kalian bersedia Pangeran Revan menjadi pemimpin dari kerajaan kami. Mengingat usia, Raja Kerajaan Niswa sudah perlu turun jawabatan.***
Di Kerajaan Flambuana, Pangeran Revan tengah mengasah kemampuan memanahnya. Ya di sebuah ruangan khusus untuk berlatih dengan peralatan yang komplit. Tiba tiba saja fokusnya goyah. Ada sesuatu menyelip di pikirannya. Ia teringat dengan kecantikan paras cantik Putri Aleta. Itulah hal yang membuatnya gusar, bidikannya melenceng beberapa kali dari target. Ingatan itu terus menggerogoti pikirannya, hingga ia dibuat kewalahan. Ia memilih untuk menghentikan latihannya.
Sang Pangeran sangat menunggu surat jawaban dari Kerajaann Niswa atas lamarannya. Sebentar lagi ia juga akan dinobatkan menjadi raja. Ayahnya telah berusia lanjut, hampir seumuran dengan Raja dari kerajaan Niswa yang ia harapkan akan menjadi mertuanya. Ah ini juga yang menyebabkan pikirannya tak karuan, mengingat Kerajaan Niswa telah kehilangan jejak putra mahkotanya.
Surat telah sampai di Kerajaan Flambuana. Mendengar kabar tersebut Pangeran Revan segera beranjak menemui ayahnya. Ia tak sabar untuk mengetahui jawaban dari lamarannya untuk Putri Aleta kala itu. Harapan untuk lamarannya diterima sangatlah besar. Akhirnya sampai juga waktu di mana raja membacakan surat jawaban dari Kerajaan Niswa.
Dengan datangnya surat ini, kami akan memberitahukan mengenai keputusan kerajaan kami. Kami bersedia menerima lamaran Raja untuk mempersunting putriku untuk menjadi permaisuri Pangeran Revan jika kalian bersedia Pangeran Revan menjadi pemimpin dari kerajaan kami. Mengingat usia Raja Kerajaan Niswa sudah perlu turun jawabatan.
Mendengar bunti surat tersebut, pikirannya bagai tersambar petir. Mengetahui persyaratan yang diajukan Kerajaan Niswa, Raja merasa bingung dan bimbang untuk mengambil keputusan. Begitu juga yang dialami oleh Pangeran Revan. Pangeran Revan adalah anak pertama dan sebentar lagi akan dinobatkan menjadi Raja di kerajaannya. Pangeran Revan memang sudah sangat siap untuk dijadikan seorang pemimpin. Dirinya telah disiapkan bekal jauh jauh hari dari ayahnya.
Raja tidak ingin melepas putra pertamanya yang sudah dipersiapkan sejak lama untuk menggantikan posisinya. Tapi Raja juga tidak tega menghapus keinginan putra pertamanya. Permaisuri Raja hanya diam saja. Ia juga tampak bingung dengan persyaratan yang di ajukan Raja Niswa. Mereka menyadari jika Kerajaan Niswa perlu seseorang untuk menggantikan posisi Raja Reja sahabatnya sebagai pemimpin. Sementara dirinya juga sudah memasuki usia lanjut dan kepemimpinnya sudah perlu di gantikan.
“Ayah, kenapa kakak tidak pimpin saja kerajaan ini? Bukankah memimpin Kerajaan tempat kelahiran sendiri itu sesuatu yang selalu di inginkan Putra Raja,” tiba-tiba Putra Ditya mengajukan pendapat.
“Ayah, aku sudah jatuh hati pada Putri Aleta. Aku sangat ingin ia menjadi permaisuriku” sontak Pangeran Revan menjawab. Bayang-bayang menua bersama Putri Aleta telah tergambar di pikirannya.
Dalam benaknya Pangeran Revan berpikir. Dengan mudahnya Pangeran Ditya memutuskan pilihan. Itu karena ia tidak mengetahui seberapa cantik dan manisnya Putri Aleta. Kala kunjungan itu, Putra Ditya tidak ikut karena sedang lomba berkuda membawa nama kerajaan.
“Kenapa engkau tidak mengajukan diri saja untuk menjadi pemimpin disini? Aku sangat menginginkan Putri Aleta. Kita tahu mereka membutuhkan Pengganti Raja Reja. Bukankah di kerajaan kita ada dua putra, biar aku memimpin di Kerajaan Niswa sementara kau Putra Ditya memimpin di kerajaan kita”
“Wahai anakku, pemimpin kerajaan itu biasanya adalah anak pertama. Karena ia di anggap memiliki lebih banyak keturunan sifat dari leluhurnya. Jiwa memimpin untuk memimpin kerajaan tempat ia di lahirkan sudah mengalir di tubuhnya.”
“Apa aku saja yang menikah dengan Putri Aleta ayah? ” tanpa di duga tiba-tiba Putra Ditya berkata seperti itu.
“Enak saja kamu. Kamu saja belum pernah melihat dia adikku! Putri Aleta itu untukku, bukan untukmu” Pangeran Revan sudah sangat kesal.
“Pastilah saya juga jatuh hati. Melihat kakakku ini sangat ingin menjadikan ia permaisuri. Pastilah ia memiliki kecantikan yang luar biasa. Di tambah lagi engkau sangat sulit untuk jatuh hati pada wanita” dengan santainya Pangeran Ditya menjawab sambil melepas sedikit senyuman.
“Sudah cukup, cukup biar ayah yang mencari solusi” suara permaisuri menuturkan pendapatnya untuk menghindari pertengkaran antar saudara.
“Baik Bunda,” jawab PAngeran Ditya patuh
“Iya bunda, semoga saja ayah dapat menyetuju keinginan dari Kerajaan Niswa” jawab Pangeran Revan penuh harap
***
Kelas memanah telah usai dari dua pekan lalu. Dalam dua pekan ini pula Pangeran Rafles tidak bertemu dengan Putri Aleta. Ia sangat cemas dengan kabar Putri Aleta. Apakah ia baik baik saja? ataukah ada lamaran datang untuk meminangnya? Pikiran itu selalu menghantui Pangeran Rafles sejak dua pekan lalu. Di tambah lagi kala mengingat ucapan Putri Aleta terakhir kali mereka di taman waktu itu.Ia makin tersiksa dalam keadaan tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia tak mungkin mendapat izin dari ibunya untuk pergi ke Kerajaan Niswa. Jaraknya yang lumayan jauh bukan menjadi masalah, Namun ayahnya yang terbaring tak berdayalah yang membuat kami putra putra kerajaan tidak boleh pergi ke luar dari istana.Kecemasannya kepada Putri Aleta sudah tak tertahankan, dengan memberanikan diri Pangeran Revan berbicara pada ibunya.“Wahai bunda Ratu, bolehkah hamba meminta izin pergi ke Kerajaan Niswa untuk melihat pujaa
“Paduka.. mohon maaf kami berdua tidak dapat menemukan putra pangeran selama berkelana mencarinya” utusan yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Putranya selama bertahun-tahun telah kembali. Ya penampilannya sedikit berbeda, hal ini karena dimakan usia.“Apakah kalian yakin sudah menelusuri semua tempat di bawah kekuasaan kerajaanku?”“Sudah paduka, mohon maaf sekali kami belum dapat menemukan putra kerajaan” dengan wajah menghadap lantai“Baiklah sekarang beristirahatlah..”Akhirnya raja menyuruh mereka untuk segera beristirahat. Raja tidak memerintahkan mereka untuk mencari putranya kembali. Raja akan mencari cara lain untuk menemukan putranya. Ternyata caranya selama ini tidak efektif dan tidak membuahkan hasil.Ratu kembali merasa sedih. Sebelumnya, ia sudah bisa sedikit menghilangkan kesedihannya. Namun, dengan kembalinya utusan ke istana seakan memaksa hati ratu untuk membu
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Hari ini juga Putra Rafles akan berkunjung ke istananya. Pancaran kebahagiaan Putri Aleta tersorot dari bola matanya yang sedikit kecoklatan. Raja Reja mulai gusar. Ia sempat beberapa kali pindah posisi dalam duduknya. Ya hal ini sangatlah wajar mengingat mereka menunggu kedatangan Pangeran Rafles dan Rombongan sudah begitu lama. Putri Aleta mulai merasakan kecemasan. Bagaimana tidak, Putra Rafles yang ditunggu-tunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. “Putriku, Apakah rombongan Kerajaan Bunga jadi kesini? Kenapa lama sekali” ucap Sang Raja yang mulai terlihat tampak bosan. “Pasti mereka jadi kesini ya, sepertinya mereka masih dalam perjalanan” Putri Aleta mencoba menenangkan ayahnya walau dirinya sebenarnya tidak tenang. Yang lebih membuatnya lebh takut lagi adalah Putra Rafles memang tidak jadi pergi ke istananya. “Baiklah kalau begitu..” Putri Aleta mondar-mandir. Hatinya tak
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil. Semua sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.Tengku, seorang anak laki laki yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan m
BAB 13Kepemimpinan Baru“Ratu, saya ada izin menyampaikan sesuatu..”“Tidak tahukah kamu jika ratu sedang bersedih?” teriak Putri Aleta yang duduk di samping bundanya. Tampak juga Pangeran Rafles ada di sana.“Mohon maaf putri, tapi ini kabar mengenai putra pangeran yang hilang” tabib masih berusaha medesak untuk dapat menyampaiakan informasi yang dibawanya.“Memangnya apa yang ingin disampaikan?”“Mohon maaf Rangeran Mahkota ada di dalam istana”“Anakku yang hilang??” ratu langsung menyaut“Benar sekali ratu”“Dimana ia sekarang?”“Ada di ruang pengobatan ratu”Ratu segera beranjak lari. Ia menuju ke ruang pengobatan ingin memastikan jika yang disampaikan tabib istana benar.Benar sesuai apa yang dikatakan sang tabib. Kalung mutiara ratu menyala. Ini menandakan keberadaan putra pangeran berada di sini. Ruangan penuh dengan orang orang. Yang mana pangeran masih menj
Sakit ...eeeeeeee eeeeeee heh heh heh eeee eeeee heh.. heh.. heh.. Hembusan nafas ratu Neda terdengar sangat terengah-engah, keringat bercucuran dari dahinya dan hampir membasahi sekujur tubuhnya. Tanggannya masih terus menggenggam putri Aleta yang berusaha menggantikan posisi ayahnya, menemani sang ratu melahirkan. Sungguh menyakitkan memang melahirkan tanpa ditemani seorang suami di sampingnya. Namun semua itu tak Ratu Neda masalahkan karena keadaan memang sedang darurat. Keadaan istana sedang sangat genting. Tak mungkin raja meninggalkan prajuritnya untuk berperang tanpa kehadiran dirinya. Dengan kehadirannya pun pasukan Kerajaan Niswa tampak kewalahan. Rasa sakit dan cemas berbaur menjadi satu dirasakan Ratu Neda. Melahirkan tanpa ditemani seorang Raja Reja sebagai suaminya mau tidak mau harus terjadi. Peperangan di kerajaan masih terdengar sangat hebat. Untung prajurit masih bisa menahan Prajurit lawan untuk menerobos masuk ke dalam
Tanpa komando, mereka segera keluar menyusul dokar itu, segala upaya pencegahan dilakukan oleh para prajurit kerajaan. Namun dengan tidak beruntungnya, mereka gagal untuk mencegah prajurit Bahara keluar. Prajurit Kerajaan Niswa kewalahan menghadapi serangan dari mereka. Akhirnya prajurit Bahara berhasil keluar kamar ratu dan dengan segera menyusul delman yang sudah jauh itu. Beberapa ekor kuda langsung melesat mengejar dokar yang sudah terlihat kecil karena jarak yang sudah semakin jauh.Pengejaran terus dilakukan oleh pasukan kerajaan Bahara. Kuda-kuda kerajaan Bahara melesat dengan cepatnya untuk mengejar ketertinggalan. Tampak burung-burung berhamburan terbang ke langit ketika kuda-kuda Kerajaan Bahara melesat berlari dengan cepatnya.Tampak hewan-hewan malam pun keluar dari persembunyiannya untuk mencari tempat baru yang dianggapnya lebih aman. Suara tapak kaki beberapa kuda Kerajaan Bahara itu memang terdengar sangat menyeramkan bagi mereka. Mereka t
Perang telah berakhir. Sungguh banyak prajurit yang menjadi korban pada perang kali ini. Raja tanpa pikir panjang dengan segera langsung menemui Sang Permaisuri setelah pasukan perang Kerajaan Bahara mundur. Ia begitu khawatir dengan keadaan istrinya. Dilihat wajah permaisuri yang begitu terlihat pucat dan tampak meneteskan air mata membuat khawatir Raja. Para dayang dan prajurit pun diam dan tertunduk. Mereka bingung mengatakan apa yang telah terjadi di dalam kamar utama. Putri Aleta segera menghampiri ayahnya ketika melihat sosoknya datang. Putri Aleta menjelaskan semua hal yang terjadi. Putri Aleta tidak tega jika ayahnya sampai bertanya kepada ibunya. Takutnya ratu akan semakin bersedih. Mungkin bukan waktu yang tepat untuk menanyakan apapun pada sang Ratu. Terlebih menanyakan hal yang beberapa waktu lalu telah terjadi.Raja memberi kode kepada para dayang dan Putri Aleta untuk keluar dari kamar Ratu. Kini tugas sang raja untuk menenangkan perasaan istrinya.
BAB 13Kepemimpinan Baru“Ratu, saya ada izin menyampaikan sesuatu..”“Tidak tahukah kamu jika ratu sedang bersedih?” teriak Putri Aleta yang duduk di samping bundanya. Tampak juga Pangeran Rafles ada di sana.“Mohon maaf putri, tapi ini kabar mengenai putra pangeran yang hilang” tabib masih berusaha medesak untuk dapat menyampaiakan informasi yang dibawanya.“Memangnya apa yang ingin disampaikan?”“Mohon maaf Rangeran Mahkota ada di dalam istana”“Anakku yang hilang??” ratu langsung menyaut“Benar sekali ratu”“Dimana ia sekarang?”“Ada di ruang pengobatan ratu”Ratu segera beranjak lari. Ia menuju ke ruang pengobatan ingin memastikan jika yang disampaikan tabib istana benar.Benar sesuai apa yang dikatakan sang tabib. Kalung mutiara ratu menyala. Ini menandakan keberadaan putra pangeran berada di sini. Ruangan penuh dengan orang orang. Yang mana pangeran masih menj
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil. Semua sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.Tengku, seorang anak laki laki yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan m
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Hari ini juga Putra Rafles akan berkunjung ke istananya. Pancaran kebahagiaan Putri Aleta tersorot dari bola matanya yang sedikit kecoklatan. Raja Reja mulai gusar. Ia sempat beberapa kali pindah posisi dalam duduknya. Ya hal ini sangatlah wajar mengingat mereka menunggu kedatangan Pangeran Rafles dan Rombongan sudah begitu lama. Putri Aleta mulai merasakan kecemasan. Bagaimana tidak, Putra Rafles yang ditunggu-tunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. “Putriku, Apakah rombongan Kerajaan Bunga jadi kesini? Kenapa lama sekali” ucap Sang Raja yang mulai terlihat tampak bosan. “Pasti mereka jadi kesini ya, sepertinya mereka masih dalam perjalanan” Putri Aleta mencoba menenangkan ayahnya walau dirinya sebenarnya tidak tenang. Yang lebih membuatnya lebh takut lagi adalah Putra Rafles memang tidak jadi pergi ke istananya. “Baiklah kalau begitu..” Putri Aleta mondar-mandir. Hatinya tak
“Paduka.. mohon maaf kami berdua tidak dapat menemukan putra pangeran selama berkelana mencarinya” utusan yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Putranya selama bertahun-tahun telah kembali. Ya penampilannya sedikit berbeda, hal ini karena dimakan usia.“Apakah kalian yakin sudah menelusuri semua tempat di bawah kekuasaan kerajaanku?”“Sudah paduka, mohon maaf sekali kami belum dapat menemukan putra kerajaan” dengan wajah menghadap lantai“Baiklah sekarang beristirahatlah..”Akhirnya raja menyuruh mereka untuk segera beristirahat. Raja tidak memerintahkan mereka untuk mencari putranya kembali. Raja akan mencari cara lain untuk menemukan putranya. Ternyata caranya selama ini tidak efektif dan tidak membuahkan hasil.Ratu kembali merasa sedih. Sebelumnya, ia sudah bisa sedikit menghilangkan kesedihannya. Namun, dengan kembalinya utusan ke istana seakan memaksa hati ratu untuk membu
Kelas memanah telah usai dari dua pekan lalu. Dalam dua pekan ini pula Pangeran Rafles tidak bertemu dengan Putri Aleta. Ia sangat cemas dengan kabar Putri Aleta. Apakah ia baik baik saja? ataukah ada lamaran datang untuk meminangnya? Pikiran itu selalu menghantui Pangeran Rafles sejak dua pekan lalu. Di tambah lagi kala mengingat ucapan Putri Aleta terakhir kali mereka di taman waktu itu.Ia makin tersiksa dalam keadaan tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia tak mungkin mendapat izin dari ibunya untuk pergi ke Kerajaan Niswa. Jaraknya yang lumayan jauh bukan menjadi masalah, Namun ayahnya yang terbaring tak berdayalah yang membuat kami putra putra kerajaan tidak boleh pergi ke luar dari istana.Kecemasannya kepada Putri Aleta sudah tak tertahankan, dengan memberanikan diri Pangeran Revan berbicara pada ibunya.“Wahai bunda Ratu, bolehkah hamba meminta izin pergi ke Kerajaan Niswa untuk melihat pujaa
“Bagaimaan suamiku? Akankah kita menerima maksud baik Kerajaan Flambuana?”akhirnya ratu memberanikan diri untuk bertanya kepada suaminya. Ia sudah begitu pusing memikirkan hal ini selama berhari-hari.“Sebenarnya aku masih mempertimbangkan ini” sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Tampak beberapagaris guratan di wajahnya menandakaniatengah berpikir keras.“Apa yang engkau pikirkan wahai Suamiku?” Ratu dengan lembutnya bertanya lagi. Sepertinya masih ada sesuatu pikiran yang mengganjal di kepalanya.“Jujur aku sungguh ingin menjalin hubungan keluarga dengan Kerajaan Flambuana. Namun masalahnya pastilah nanti putri kita yang akan di boyong kesana. Sedangkan kita sedang memerlukan seseorang yang dapatmenggantikan posisiku. Sampai kini kabar putra kita pun belum diketahui. Masih hidup atau tidak pun tidak ada yang mengetahuinya”raut wajahnya kini
“Paduka, hamba izin menghadap”“Siap, silahkan. Ada berita apa gerangan?”“Terima kasih paduka. Barusan utusan dari Kerajaan Flambuana datang kemari. Ia membawa surat untuk baginda raja. Ini hampa serahkan surat tersebut kepada paduka” Ajudan memberikan gulungan kertas tersebut kepada Rajanya. Raja menerima gulungan tersebut dengan segera.Sang Ajudan segera pergi. Putri Aleta yang melihat ajudan keluar dari ruang utama istana segera memasuki ruang utama. Ia penasaran ada berita apa gerangan. Pastilah ada hal penting hingga ajudan menemui ayahanda.Putri Aleta memasuki ruang utama dan duduk disebelah ibunya.“Ibu, ada kabar apakah barusan sehingga ajudan menghadap ayah?” Putri Aleta sangat penasaran hingga memberanikan diri untuk bertanya.“Tunggulah informasi dari ayah. Kita tunggu ayah membacanya” Jawab ratu dengan tersenyum pada putrinya.Sang Ratu j
Kini putri Aleta telah beranjak dewasa. Aleta adalah seorang putri yang patuh. Ia tumbuh menjadi gadis yang sangat menawan dan berhasil memukau banyak lelaki keturunan kerajaan. Kecantikannya memang luar biasa. Mungkin bisa dikatakan, ia lah putri yang paling cantik di antara putri putri kerajaan yang lain. Wajar saja jika ketika acara pertemuan antar kerajaan dan kerajaan Niswa menjadi tuan rumah, semua mata putra kerajaan yang hadir selalu memandang Putri Aleta. Mereka tak bisa mengalihkan pandangannya dari Putri Aleta karena pesona dan kecantikkannya itu. Bahkan kerajaan Bahara pun menjadi musuh kerajaan Niswa dengan sebab dendam atas kematian putra mahkota yang kala itu ingin mempersunting Putri Aleta. Kala itu Putri Aleta masih sangat belia sehingga Raja menolak lamaran dari putra kerajaan Bahara.Putra kerajaan Bahara sungguh tergila-gila dengan Putri Aleta. Karena frustasi lamarannya di tolak, putra Kerajaan Bahara pun menewaskan dirinya sendiri. Dan inilah menjadi seb
Ternyata dayang istana yang membawa pergi bayi pangeran ketika peperangan tinggal di rumah Pak Beni dan istrinya. Rumah sederhana yang begitu tertata. Tampak dayang istana masih terbaring lemas.“Maaf, saya merepotkan kalian” tiba-tiba dayang istana membuka matanya setelah koma selama tiga hari.“Tidak sama sekali wahai utusan istana” suara lembut bu Ratna istri pak Beni yang tengah duduk di samping dayang istana. Sudah turun temurun, semua orang yang berkaitan dengan istana pasti akan dihormat walau hanya seorang pembersih kebun. Itulah hal istimewa yang didapatkan dari semua orang yang berhubungan dengan istana. Mereka memiliki pangkat dan dihormati oleh warga sekitar. Bahkan bangsawan pun ikut menghormatinya.“Di mana supir delman?” sambil melihat sekeliling. Berharap sang supir juga ada ditempat yang sama dengannya.“Mohon maaf, dia telah tiada. Lukanya cukup parah. Nyawanya tida