“Paduka, hamba izin menghadap”
“Siap, silahkan. Ada berita apa gerangan?”
“Terima kasih paduka. Barusan utusan dari Kerajaan Flambuana datang kemari. Ia membawa surat untuk baginda raja. Ini hampa serahkan surat tersebut kepada paduka” Ajudan memberikan gulungan kertas tersebut kepada Rajanya. Raja menerima gulungan tersebut dengan segera.
Sang Ajudan segera pergi. Putri Aleta yang melihat ajudan keluar dari ruang utama istana segera memasuki ruang utama. Ia penasaran ada berita apa gerangan. Pastilah ada hal penting hingga ajudan menemui ayahanda.
Putri Aleta memasuki ruang utama dan duduk disebelah ibunya.
“Ibu, ada kabar apakah barusan sehingga ajudan menghadap ayah?” Putri Aleta sangat penasaran hingga memberanikan diri untuk bertanya.
“Tunggulah informasi dari ayah. Kita tunggu ayah membacanya” Jawab ratu dengan tersenyum pada putrinya.Sang Ratu juga tampak sangat penasaran dengan isi surat itu. Terbukti dari raut wajahnya yang begitu serius menatap ke arah surat itu. Akhirnya Raja mulai membaca surat terhormat dari kerajaan Flambuana.
‘Saudaraku dengan datangnya surat ini, kami memberitahukan bahwa besok malam kami akan mengunjungi istana bersama keluargaku. Kami berniat melamar putri anda untuk menjadi pendamping putra mahkotaku yang akan menggantikan aku memimpin kerajaan. Sekian pemberitahuan kedatangan kami’
Mendengar bunyi surat yang di bacakan ayahnya, ekspresi Putri Aleta dari penasaran berubah menjadi sedih dan kecewa. Kalau waktu bisa diputar, ia memilih tidak mendengarkan ayahnya membaca surat tersebut. Ia lebih memilih tidak tahu sama sekali. Nasibnya dengan Putra Rafles juga belum kunjung ia ketahui. Ini ditambah lagi dengan datangnya lamaran dari orang lain. Sungguh membuat hatinya pilu. Namun apa yang bisa ia lakukan? bagaimana pun, apapun keputusan ayahnya nanti ia tidak akan berani menentangnya. Surat izin kunjungan dari Kerajaan Flambuana sungguh tidak sangat ia harapkan. Kecuali jika surat itu datang dari Kerajaan Bunga ,sungguh ia sangat menanti-nantikannya. Namun hal itu tak kunjung datang.
“Ayah, hamba izin ke kamar dulu”
Putri Aleta segera pergi menuju kamarnya. Sang Raja kemudian menyuruh dayang istana untuk segera menyiapkan penyambutan kerajaan Flambuana. Aula khusus untuk menerima tamu pun segera di desain.
Ratu juga memerintah penjahit istana untuk membuat gaun mewah untuk putri. Bagi Kerajaan Niswa, semua tamu yang datang dengan niat baik memang harus di sambut dengan penuh persiapan. Semua warga istana sibuk mempersiapkan kehadiran Kerajaan Flambuana. Persiapan kali ini Sungguh berbeda. Lebih mewah dari persiapan yang pernah dilakukan kala menyambut lamaran Kerajaan Bahara. Inilah yang membuat putri Aleta semakin merasa sangat khawatir jika ayahnya ternyata menerima lamaran dari kerajaan Flambuana. Ditambah lagi Pemimpin Kerajaan Flambuana terlihat cukup akrab dengan ayahnya. Mereka bersahabat sejak lama.
Malam yang ditunggu-tunggu warga istana pun tiba. Namun lain halnya dengan yang di alami Putri Aleta. Ia sungguh tak menginginkan kedatangan malam ini. Putri Aleta merasa sangat khawatir dan cemas, semoga saja setelah melihat dirinya, putra dari Kerajaan Flambuana tidak menyukainya.
“Putriku, sudahkah engkau selesai memakai riasan?” teriak ibunya dari luar kamar.
“Sebentar lagi bu,”
“Ibu izin masuk putriku”
Ratu segera masuk ke kamar Putri Aleta sebelum di izinkan. Ratu sungguh terkejut kala melihat putrinya tengah merias seorang diri. Make up tergores tipis di wajahnya.
“Mengapa engkau tidak membiarkan juru rias istana untuk memoles wajah cantikmu?”
“Maaf ibu, Aleta kan sudah besar, Aleta ingin berdandan sendiri. Malu jika nanti Aleta tidak bisa berhias diri” jawabnya. Ia tak ingin ibunya tahu jika ia sangat malas untuk berdandan. Ia tak ingin wajahnya terlihat sangat cantik oleh putra Kerajaan Flambuana.
Benar putriku, tapi sekarang bukan saatnya engkau berhias sendiri. Biarkan juru rias istana yang memoles wajah cantik milikmu.” Putri Aleta pun menurut dengan kemauan ibunya dengan sangat terpaksa. Juru rias istana segera merias wajah cantik Putri Aleta. Tanpa riasan pun sebenarnya Putri Aleta sangat cantik. Apalagi dengan polesan dari tangan juru rias istana, wajahnya sungguh memukau.
Putri Aleta tampak sangat canti. wajahnya sungguh menawan. Lebih manis dari biasanya. Wajahnya yang cantik dan berbalut make up sungguh membuat Putri Aleta bak bidadari dongeng khayalan. Bedanya kecantikan Putri Aleta sungguh nyata, bukan maya.
Semua telah bersiap di aula penerima tamu. Beberapa prajurit dan dayang-dayang melakukan upacara penyambutan di depan istana. Rombongan Kerajaan Flambuana terlihat memasuki pintu istana.
Raja, Ratu serta Putri Aleta memberi hormat kepada rombongan Kerajaan Flambuana. Begitu juga dengan seluruh dayang, prajurit dan warga istana. Mereka semua kompak dalam memberi hormat. Rombongan keluarga kerajaan Flambuana segera duduk di tempat yang sudah terhias dengan rapi.
Mereka mengutarakan maksud kedatangannya. Mereka juga memperkenalkan Putra kerajaannya. Namanya adalah Pangeran Revan. Putra mahkota yang ternyata sangat manis parasnya. Keluarga Niswa juga memperkenalkan Putri Aleta. Putri Niswa yang saat ini seakan menjadi Putri Tercantik di Jagat Raya.
Sesuai dengan dugaan, mata Pangeran Revan terlihat berbinar-binar, ia sangat kagum dan terpesona dengan kecantikan yang dipacarkan dari wajah Putri Aleta. Namun sepertinya hati Putri Aleta tidak tergetar rasa sedikit pun pada Pangeran Revan. Memang Pangeran Revan sangat tampan, namun dalam hati Putri Aleta sudah tertanam nama Putra Rafles dari Kerajaan Bunga.
***
Kunjungan Keluarga Flambuana telah selesai. Kini waktunya untuk istirahat. Kunjungan keluarga Kerajaan Flambuana sungguh sangat melelahkan bagi Putri Aleta. Ia harus senantiasa selalu memancarkan senyumnya dengan terpaksa. Ini sungguh membuatnya sangat tidak nyaman. Namun tidak bagi Raja dan Ratu, pertemuan ini sangat membanggakan. Mengingat Kerjaan Flambuana adalah kerajaan yang makmur dan sejahtera. Banyak kerajaan yang ingin menjalin ikatan keluarga dengannya.
Raja dan Ratu pergi ke kamarnya. Mereka terlibat obrolan pendek.
“Raja suamiku, Akankah kita menerima lamaran Pangeran Revan?”
“Sangat di sayangkan jika kita menolaknya. Pangeran Revan sungguh sangat menawan dan tampan. Selain itu ia juga sangat Pandai dalam berperang. Kedewasaan sudah terpancar di raut wajahnya. Ia sangat berwibawa”
“Jika kita menerimanya, akankah Putri Aleta bahagia? Atau justru malah tersiksa? Aku sungguh sangat ingin Pangeran Revan menjadi suami putri kita. Namun Putri kita sudah mencintai lekaki lain. Akankah nanti ia bahagia?” Ratu sangat khawatir dengan kebahagiaan Putri Aleta.
“Mengingat waktu itu putri kita meminta izin menikah” lanjut Sang Ratu
“Dahulu engkau juga tidak mencintaiku kan? Kala itu engkau juga tengah jatuh hati pada seseorang kan?”
Ratu tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan. Ia ragu jika akhirnya suaminya menerima lamaran tersebut untuk putrinya.
“Kerajaan Bunga juga tidak berkunjung ke kerajaan kita. Bagaimana kita tau putra mereka serius?” Tanya Raja pada Ratu.
Ratu bingung caranya merespon. Ia hanya tersenyum tipis menanggapi suaminya.
Tapi sekarang kita saling mencintai satu sama lain kan, dan kita hidup bahagia. Cinta akan datang dengan bertambahnya waktu. Untuk keputusan lamaran ini kita diskusikan besok. Sekarang tidurlah wahai istriku..”
“Bagaimaan suamiku? Akankah kita menerima maksud baik Kerajaan Flambuana?”akhirnya ratu memberanikan diri untuk bertanya kepada suaminya. Ia sudah begitu pusing memikirkan hal ini selama berhari-hari.“Sebenarnya aku masih mempertimbangkan ini” sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Tampak beberapagaris guratan di wajahnya menandakaniatengah berpikir keras.“Apa yang engkau pikirkan wahai Suamiku?” Ratu dengan lembutnya bertanya lagi. Sepertinya masih ada sesuatu pikiran yang mengganjal di kepalanya.“Jujur aku sungguh ingin menjalin hubungan keluarga dengan Kerajaan Flambuana. Namun masalahnya pastilah nanti putri kita yang akan di boyong kesana. Sedangkan kita sedang memerlukan seseorang yang dapatmenggantikan posisiku. Sampai kini kabar putra kita pun belum diketahui. Masih hidup atau tidak pun tidak ada yang mengetahuinya”raut wajahnya kini
Kelas memanah telah usai dari dua pekan lalu. Dalam dua pekan ini pula Pangeran Rafles tidak bertemu dengan Putri Aleta. Ia sangat cemas dengan kabar Putri Aleta. Apakah ia baik baik saja? ataukah ada lamaran datang untuk meminangnya? Pikiran itu selalu menghantui Pangeran Rafles sejak dua pekan lalu. Di tambah lagi kala mengingat ucapan Putri Aleta terakhir kali mereka di taman waktu itu.Ia makin tersiksa dalam keadaan tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia tak mungkin mendapat izin dari ibunya untuk pergi ke Kerajaan Niswa. Jaraknya yang lumayan jauh bukan menjadi masalah, Namun ayahnya yang terbaring tak berdayalah yang membuat kami putra putra kerajaan tidak boleh pergi ke luar dari istana.Kecemasannya kepada Putri Aleta sudah tak tertahankan, dengan memberanikan diri Pangeran Revan berbicara pada ibunya.“Wahai bunda Ratu, bolehkah hamba meminta izin pergi ke Kerajaan Niswa untuk melihat pujaa
“Paduka.. mohon maaf kami berdua tidak dapat menemukan putra pangeran selama berkelana mencarinya” utusan yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Putranya selama bertahun-tahun telah kembali. Ya penampilannya sedikit berbeda, hal ini karena dimakan usia.“Apakah kalian yakin sudah menelusuri semua tempat di bawah kekuasaan kerajaanku?”“Sudah paduka, mohon maaf sekali kami belum dapat menemukan putra kerajaan” dengan wajah menghadap lantai“Baiklah sekarang beristirahatlah..”Akhirnya raja menyuruh mereka untuk segera beristirahat. Raja tidak memerintahkan mereka untuk mencari putranya kembali. Raja akan mencari cara lain untuk menemukan putranya. Ternyata caranya selama ini tidak efektif dan tidak membuahkan hasil.Ratu kembali merasa sedih. Sebelumnya, ia sudah bisa sedikit menghilangkan kesedihannya. Namun, dengan kembalinya utusan ke istana seakan memaksa hati ratu untuk membu
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Hari ini juga Putra Rafles akan berkunjung ke istananya. Pancaran kebahagiaan Putri Aleta tersorot dari bola matanya yang sedikit kecoklatan. Raja Reja mulai gusar. Ia sempat beberapa kali pindah posisi dalam duduknya. Ya hal ini sangatlah wajar mengingat mereka menunggu kedatangan Pangeran Rafles dan Rombongan sudah begitu lama. Putri Aleta mulai merasakan kecemasan. Bagaimana tidak, Putra Rafles yang ditunggu-tunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. “Putriku, Apakah rombongan Kerajaan Bunga jadi kesini? Kenapa lama sekali” ucap Sang Raja yang mulai terlihat tampak bosan. “Pasti mereka jadi kesini ya, sepertinya mereka masih dalam perjalanan” Putri Aleta mencoba menenangkan ayahnya walau dirinya sebenarnya tidak tenang. Yang lebih membuatnya lebh takut lagi adalah Putra Rafles memang tidak jadi pergi ke istananya. “Baiklah kalau begitu..” Putri Aleta mondar-mandir. Hatinya tak
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil. Semua sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.Tengku, seorang anak laki laki yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan m
BAB 13Kepemimpinan Baru“Ratu, saya ada izin menyampaikan sesuatu..”“Tidak tahukah kamu jika ratu sedang bersedih?” teriak Putri Aleta yang duduk di samping bundanya. Tampak juga Pangeran Rafles ada di sana.“Mohon maaf putri, tapi ini kabar mengenai putra pangeran yang hilang” tabib masih berusaha medesak untuk dapat menyampaiakan informasi yang dibawanya.“Memangnya apa yang ingin disampaikan?”“Mohon maaf Rangeran Mahkota ada di dalam istana”“Anakku yang hilang??” ratu langsung menyaut“Benar sekali ratu”“Dimana ia sekarang?”“Ada di ruang pengobatan ratu”Ratu segera beranjak lari. Ia menuju ke ruang pengobatan ingin memastikan jika yang disampaikan tabib istana benar.Benar sesuai apa yang dikatakan sang tabib. Kalung mutiara ratu menyala. Ini menandakan keberadaan putra pangeran berada di sini. Ruangan penuh dengan orang orang. Yang mana pangeran masih menj
Sakit ...eeeeeeee eeeeeee heh heh heh eeee eeeee heh.. heh.. heh.. Hembusan nafas ratu Neda terdengar sangat terengah-engah, keringat bercucuran dari dahinya dan hampir membasahi sekujur tubuhnya. Tanggannya masih terus menggenggam putri Aleta yang berusaha menggantikan posisi ayahnya, menemani sang ratu melahirkan. Sungguh menyakitkan memang melahirkan tanpa ditemani seorang suami di sampingnya. Namun semua itu tak Ratu Neda masalahkan karena keadaan memang sedang darurat. Keadaan istana sedang sangat genting. Tak mungkin raja meninggalkan prajuritnya untuk berperang tanpa kehadiran dirinya. Dengan kehadirannya pun pasukan Kerajaan Niswa tampak kewalahan. Rasa sakit dan cemas berbaur menjadi satu dirasakan Ratu Neda. Melahirkan tanpa ditemani seorang Raja Reja sebagai suaminya mau tidak mau harus terjadi. Peperangan di kerajaan masih terdengar sangat hebat. Untung prajurit masih bisa menahan Prajurit lawan untuk menerobos masuk ke dalam
Tanpa komando, mereka segera keluar menyusul dokar itu, segala upaya pencegahan dilakukan oleh para prajurit kerajaan. Namun dengan tidak beruntungnya, mereka gagal untuk mencegah prajurit Bahara keluar. Prajurit Kerajaan Niswa kewalahan menghadapi serangan dari mereka. Akhirnya prajurit Bahara berhasil keluar kamar ratu dan dengan segera menyusul delman yang sudah jauh itu. Beberapa ekor kuda langsung melesat mengejar dokar yang sudah terlihat kecil karena jarak yang sudah semakin jauh.Pengejaran terus dilakukan oleh pasukan kerajaan Bahara. Kuda-kuda kerajaan Bahara melesat dengan cepatnya untuk mengejar ketertinggalan. Tampak burung-burung berhamburan terbang ke langit ketika kuda-kuda Kerajaan Bahara melesat berlari dengan cepatnya.Tampak hewan-hewan malam pun keluar dari persembunyiannya untuk mencari tempat baru yang dianggapnya lebih aman. Suara tapak kaki beberapa kuda Kerajaan Bahara itu memang terdengar sangat menyeramkan bagi mereka. Mereka t
BAB 13Kepemimpinan Baru“Ratu, saya ada izin menyampaikan sesuatu..”“Tidak tahukah kamu jika ratu sedang bersedih?” teriak Putri Aleta yang duduk di samping bundanya. Tampak juga Pangeran Rafles ada di sana.“Mohon maaf putri, tapi ini kabar mengenai putra pangeran yang hilang” tabib masih berusaha medesak untuk dapat menyampaiakan informasi yang dibawanya.“Memangnya apa yang ingin disampaikan?”“Mohon maaf Rangeran Mahkota ada di dalam istana”“Anakku yang hilang??” ratu langsung menyaut“Benar sekali ratu”“Dimana ia sekarang?”“Ada di ruang pengobatan ratu”Ratu segera beranjak lari. Ia menuju ke ruang pengobatan ingin memastikan jika yang disampaikan tabib istana benar.Benar sesuai apa yang dikatakan sang tabib. Kalung mutiara ratu menyala. Ini menandakan keberadaan putra pangeran berada di sini. Ruangan penuh dengan orang orang. Yang mana pangeran masih menj
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil. Semua sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.Tengku, seorang anak laki laki yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan m
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Hari ini juga Putra Rafles akan berkunjung ke istananya. Pancaran kebahagiaan Putri Aleta tersorot dari bola matanya yang sedikit kecoklatan. Raja Reja mulai gusar. Ia sempat beberapa kali pindah posisi dalam duduknya. Ya hal ini sangatlah wajar mengingat mereka menunggu kedatangan Pangeran Rafles dan Rombongan sudah begitu lama. Putri Aleta mulai merasakan kecemasan. Bagaimana tidak, Putra Rafles yang ditunggu-tunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. “Putriku, Apakah rombongan Kerajaan Bunga jadi kesini? Kenapa lama sekali” ucap Sang Raja yang mulai terlihat tampak bosan. “Pasti mereka jadi kesini ya, sepertinya mereka masih dalam perjalanan” Putri Aleta mencoba menenangkan ayahnya walau dirinya sebenarnya tidak tenang. Yang lebih membuatnya lebh takut lagi adalah Putra Rafles memang tidak jadi pergi ke istananya. “Baiklah kalau begitu..” Putri Aleta mondar-mandir. Hatinya tak
“Paduka.. mohon maaf kami berdua tidak dapat menemukan putra pangeran selama berkelana mencarinya” utusan yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Putranya selama bertahun-tahun telah kembali. Ya penampilannya sedikit berbeda, hal ini karena dimakan usia.“Apakah kalian yakin sudah menelusuri semua tempat di bawah kekuasaan kerajaanku?”“Sudah paduka, mohon maaf sekali kami belum dapat menemukan putra kerajaan” dengan wajah menghadap lantai“Baiklah sekarang beristirahatlah..”Akhirnya raja menyuruh mereka untuk segera beristirahat. Raja tidak memerintahkan mereka untuk mencari putranya kembali. Raja akan mencari cara lain untuk menemukan putranya. Ternyata caranya selama ini tidak efektif dan tidak membuahkan hasil.Ratu kembali merasa sedih. Sebelumnya, ia sudah bisa sedikit menghilangkan kesedihannya. Namun, dengan kembalinya utusan ke istana seakan memaksa hati ratu untuk membu
Kelas memanah telah usai dari dua pekan lalu. Dalam dua pekan ini pula Pangeran Rafles tidak bertemu dengan Putri Aleta. Ia sangat cemas dengan kabar Putri Aleta. Apakah ia baik baik saja? ataukah ada lamaran datang untuk meminangnya? Pikiran itu selalu menghantui Pangeran Rafles sejak dua pekan lalu. Di tambah lagi kala mengingat ucapan Putri Aleta terakhir kali mereka di taman waktu itu.Ia makin tersiksa dalam keadaan tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia tak mungkin mendapat izin dari ibunya untuk pergi ke Kerajaan Niswa. Jaraknya yang lumayan jauh bukan menjadi masalah, Namun ayahnya yang terbaring tak berdayalah yang membuat kami putra putra kerajaan tidak boleh pergi ke luar dari istana.Kecemasannya kepada Putri Aleta sudah tak tertahankan, dengan memberanikan diri Pangeran Revan berbicara pada ibunya.“Wahai bunda Ratu, bolehkah hamba meminta izin pergi ke Kerajaan Niswa untuk melihat pujaa
“Bagaimaan suamiku? Akankah kita menerima maksud baik Kerajaan Flambuana?”akhirnya ratu memberanikan diri untuk bertanya kepada suaminya. Ia sudah begitu pusing memikirkan hal ini selama berhari-hari.“Sebenarnya aku masih mempertimbangkan ini” sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Tampak beberapagaris guratan di wajahnya menandakaniatengah berpikir keras.“Apa yang engkau pikirkan wahai Suamiku?” Ratu dengan lembutnya bertanya lagi. Sepertinya masih ada sesuatu pikiran yang mengganjal di kepalanya.“Jujur aku sungguh ingin menjalin hubungan keluarga dengan Kerajaan Flambuana. Namun masalahnya pastilah nanti putri kita yang akan di boyong kesana. Sedangkan kita sedang memerlukan seseorang yang dapatmenggantikan posisiku. Sampai kini kabar putra kita pun belum diketahui. Masih hidup atau tidak pun tidak ada yang mengetahuinya”raut wajahnya kini
“Paduka, hamba izin menghadap”“Siap, silahkan. Ada berita apa gerangan?”“Terima kasih paduka. Barusan utusan dari Kerajaan Flambuana datang kemari. Ia membawa surat untuk baginda raja. Ini hampa serahkan surat tersebut kepada paduka” Ajudan memberikan gulungan kertas tersebut kepada Rajanya. Raja menerima gulungan tersebut dengan segera.Sang Ajudan segera pergi. Putri Aleta yang melihat ajudan keluar dari ruang utama istana segera memasuki ruang utama. Ia penasaran ada berita apa gerangan. Pastilah ada hal penting hingga ajudan menemui ayahanda.Putri Aleta memasuki ruang utama dan duduk disebelah ibunya.“Ibu, ada kabar apakah barusan sehingga ajudan menghadap ayah?” Putri Aleta sangat penasaran hingga memberanikan diri untuk bertanya.“Tunggulah informasi dari ayah. Kita tunggu ayah membacanya” Jawab ratu dengan tersenyum pada putrinya.Sang Ratu j
Kini putri Aleta telah beranjak dewasa. Aleta adalah seorang putri yang patuh. Ia tumbuh menjadi gadis yang sangat menawan dan berhasil memukau banyak lelaki keturunan kerajaan. Kecantikannya memang luar biasa. Mungkin bisa dikatakan, ia lah putri yang paling cantik di antara putri putri kerajaan yang lain. Wajar saja jika ketika acara pertemuan antar kerajaan dan kerajaan Niswa menjadi tuan rumah, semua mata putra kerajaan yang hadir selalu memandang Putri Aleta. Mereka tak bisa mengalihkan pandangannya dari Putri Aleta karena pesona dan kecantikkannya itu. Bahkan kerajaan Bahara pun menjadi musuh kerajaan Niswa dengan sebab dendam atas kematian putra mahkota yang kala itu ingin mempersunting Putri Aleta. Kala itu Putri Aleta masih sangat belia sehingga Raja menolak lamaran dari putra kerajaan Bahara.Putra kerajaan Bahara sungguh tergila-gila dengan Putri Aleta. Karena frustasi lamarannya di tolak, putra Kerajaan Bahara pun menewaskan dirinya sendiri. Dan inilah menjadi seb
Ternyata dayang istana yang membawa pergi bayi pangeran ketika peperangan tinggal di rumah Pak Beni dan istrinya. Rumah sederhana yang begitu tertata. Tampak dayang istana masih terbaring lemas.“Maaf, saya merepotkan kalian” tiba-tiba dayang istana membuka matanya setelah koma selama tiga hari.“Tidak sama sekali wahai utusan istana” suara lembut bu Ratna istri pak Beni yang tengah duduk di samping dayang istana. Sudah turun temurun, semua orang yang berkaitan dengan istana pasti akan dihormat walau hanya seorang pembersih kebun. Itulah hal istimewa yang didapatkan dari semua orang yang berhubungan dengan istana. Mereka memiliki pangkat dan dihormati oleh warga sekitar. Bahkan bangsawan pun ikut menghormatinya.“Di mana supir delman?” sambil melihat sekeliling. Berharap sang supir juga ada ditempat yang sama dengannya.“Mohon maaf, dia telah tiada. Lukanya cukup parah. Nyawanya tida