Home / Pendekar / Cermin Malapetaka / Perang kerajaan Niswa dan Kerajaan Bahara

Share

Cermin Malapetaka
Cermin Malapetaka
Author: Fatikhatul Janah

Perang kerajaan Niswa dan Kerajaan Bahara

last update Last Updated: 2021-04-03 11:39:15

Sakit ...eeeeeeee eeeeeee heh heh heh eeee eeeee heh.. heh.. heh..

Hembusan nafas ratu Neda terdengar sangat terengah-engah, keringat bercucuran dari dahinya dan hampir membasahi sekujur tubuhnya. Tanggannya masih terus menggenggam putri Aleta yang berusaha menggantikan posisi ayahnya, menemani sang ratu melahirkan. Sungguh menyakitkan memang melahirkan tanpa ditemani seorang suami di sampingnya. Namun semua itu tak Ratu Neda masalahkan karena keadaan memang sedang darurat. Keadaan istana sedang sangat genting. Tak mungkin raja meninggalkan prajuritnya untuk berperang tanpa kehadiran dirinya. Dengan kehadirannya pun pasukan Kerajaan Niswa tampak kewalahan.

Rasa sakit dan cemas berbaur menjadi satu dirasakan Ratu Neda. Melahirkan tanpa ditemani seorang Raja Reja sebagai suaminya mau tidak mau harus terjadi. Peperangan di kerajaan masih terdengar sangat hebat. Untung prajurit masih bisa menahan Prajurit lawan untuk menerobos masuk ke dalam istana.

Eeeee... heh.. heh.. heh..

Eeeeee oe.. oe.. oe..

Tak beberapa lama terdengar tangisan bayi. Putra mahkota telah lahir, rasa bahagia telah menyelimuti hati sang ratu. Akhirnya putra yang telah ditunggu tunggu kelahirannya telah lahir di dunia.

Trang! Trang! Trang!

Suara pedang yang saling bertemu terdengar sangat nyaring di Kerajaan Niswa. Hal ini membuat seluruh warga istana panik.Begitu juga yang dirasakan oleh Ratu Neda.  Rasa bahagia Ratu Neda bercampur dengan rasa panik terhadap keselamatan putra mahkota yang baru saja dilahirkannya. Jika Raja Juza dan pasukannya dari Kerajaan Bahara tahu kelahiran ini, pastilah bayi mungil putra mahkota menjadi sasaran untuk di bunuh. Mereka sangat menginginkan Kerajaan Niswa hancur. Dayang-dayang dan beberapa prajurit berjaga-jaga di depan pintu kamar utama  dengan begitu awasnya

Peperangan antara dua kerajaan ini memang kerap kali terjadi. Hal ini karena dendam yang tak kunjung padam sebab kematian putra mahkota Kerajaan Bahara yang waktu itu ingin mempersunting putri Aleta. Ya pangeran telah jatuh hati pada kecantikan yang dimiliki Putri Aleta. Karena penolakan itu, pangeran bunuh diri. Untunglah prajurit jaga Kerajaan Niswa terbilang cukup banyak sehingga keamanan pintu masuk ke dalam istana masih dapat terjaga. Namun hal itu sepertinya tidak akan bertahan lama karena pasukan dari kerajaan bahara cukup ahli dalam siasat peperangan. Jumlah mereka juga tak kalah banyaknya dengan jumlah prajurit Kerajaan Niswa.

Dengan cemasnya sang ratu memikirkan nasib putra mahkota yang baru saja terlahir dari rahimnya. Kelahiran putra mahkota telah lama ditunggu tunggu, namun kalau bisa memilih, ratu tidak ingin melahirkan pada hari dan detik ini. Mengapa haru lahir disaat keadaan istana tak aman. Namun, mau tak mau kelahiran seseorang memang tidak bisa diminta kapan waktunya.  Ratu sungguh khawatir dengan nasib Pangeran yang ditunggu-tunggu keberadaannya bertahun-tahun. Suasana kamar ratu makin panik. Dengan kerasnya semua dayang memikirkan  bagaimana cara membawa pergi Putra pangeran keluar dari Istana. Karena tidak bisa berlama-lama memikirkan cara yang efektif untuk membawa putra pangeran keluar dari istana, maka diputuskan untuk salah seorang dayang istana dan seorang prajurit berkuda akan membawa Putra mahkota keluar jauh dari istana. Segala penyamaran pun dilakukan. Dengan terpaksa putra pangeran di masukkan ke dalam kotak kayu dengan ukiran cantik diatasnya. Kotak kayu itu adalah tempat penyimpanan sepatu Ratu yang tidak terpakai. Dayang yang akan membawa pergi putra mahkota telah siap dengan penyamarannya, ia memakai baju seperti rakyat desa dan mengenakan jubah bertudung dengan warna hitam. Dekorasi hiasan di delman kerajaan segera di rusak supaya tidak begitu menandakan delman tersebut milik kerajaan.

Dengan segera, dayang segera keluar lewat pintu belakang di kawal oleh beberapa prajurit kerajaan. Di luar pintu, sudah terlihat delman lengkap dengan seorang supir delman kerajaan terlihat sigap membawa dayang pergi. Belum sempat prajurit masuk kembali ke kamar Ratu, beberapa pasukan Kerajaan bahara sudah berhasil menerobos masuk ke dalam istana. Dengan terburu-buru prajurit segera berlari menuju kamar ratu untuk berjaga.

Berpuluh-puluh prajurit mencoba menghentikan pasukan Kerajaan bahara supaya tidak bisa masuk ke istana lebih dalam . Namun kekuatan dan kelihaian dari pasukan bahara cukup sukses melumpuhkan prajurit yang menghadang. Mereka berhasil menerobos masuk tanpa ampun. Bahkan mereka sampai berhasil masuk ke dalam kamar ratu.

Dari dalam kamar, ratu merasa sangat cemas dan memeluk Putri Aleta. Dayang-dayang dengan sibuk dan terburu-buru masih berusaha menutupi jejak kelahiran sang putra mahkota.

BRAR, ah pintu kamar utama berhasil terbuka. Sebenarnya tujuan mereka hendak mencari batu Kristal Regana. Sebuah batu kristal abadi yang dapat menghidupkan kembali satu nyawa setiap seratus tahun sekali. Waktu yang sangat lama untuk menantikan batu kristal itu bekerja. Kebetulan sekali batu kristal itu dapat menghidupkan satu nyawa lagi lima belas tahun kemudian. Mereka menerobos kamar utama istana karena mereka memiliki dugaan bahwa batu kristal itu disimpan di kamar utama dengan penjagaan langsung dari rajanya.  

Namun pencarian mereka nihil. Baru kristal tak kunjung ditemukan, ntah dimana batu kristal itu disembunyikan. Tiba tiba saja seorang pasukan Bahara melihat bercak darah yang menempel di sprei sang ratu. Ah ternayata masih ada darah yang terlewat untuk di tutupi. Sontak mereka teringat perkataan raja mereka beberapa bulan yang lampau, bahwa ratu Kerajaan Niswa tengah hamil. Sontak prajurit mengetahui bahwa telah lahir seorang bayi di kamar ini. Mereka semakin yakin setelah melihat wajah ratu yang sedikit pucat dan lemas. Ratu terlihat sangat ketakutan.

“Mana anakmu??” teriak panglima perang Kerajaan Bahara, sambil menunjuk ke arah ratu. Ratu Neda hanya bisa diam seribu bahasa dengan deraian air mata yang membasahi pipinya. Para dayang pun merasa takut. Prajurit penjaga dengan sigap langsung melindungi ratu dari berontaknya Pasukan Bahara yang berhasil masuk ke kamar ratu. Berkali-kali mereka mencoba mencari seorang bayi, namun nihil. Bayi itu tidak juga ditemukan. Bahkan niat awal mereka mencari batu kristal terlupakan. Mereka beralih fokus untuk mencari seorang jabang bayi. Mereka tidak menemukan jabang bayi jua. Tanpa sengaja salah seorang pasukan Bahara melihat ke luar jendela istana. Tampak sebuah delman berlari dengan cepat. Delman itu sudah mulai terlihat kecil. Tampaknya jarak yang ditempuhnya sudah cukup jauh dari istana.

Tanpa komando, mereka segera keluar mengejar delman itu, segala upaya pencegahan dilakukan oleh para prajurit Kerajaan Niswa. Namun dengan tidak beruntungnya, mereka gagal untuk mencegah prajurit Bahara keluar istana. Prajurit Kerajaan Niswa kewalahan menghadapi serangan dari mereka. Akhirnya prajurit Bahara berhasil keluar kamar ratu dan dengan segera menyusul delman yang sudah jauh itu. Beberapa ekor kuda langsung melesat cepat mengejar delman yang sudah terlihat kecil karena jarak yang sudah semakin jauh.

Related chapters

  • Cermin Malapetaka   Nasib Bayi Putra Pangeran

    Tanpa komando, mereka segera keluar menyusul dokar itu, segala upaya pencegahan dilakukan oleh para prajurit kerajaan. Namun dengan tidak beruntungnya, mereka gagal untuk mencegah prajurit Bahara keluar. Prajurit Kerajaan Niswa kewalahan menghadapi serangan dari mereka. Akhirnya prajurit Bahara berhasil keluar kamar ratu dan dengan segera menyusul delman yang sudah jauh itu. Beberapa ekor kuda langsung melesat mengejar dokar yang sudah terlihat kecil karena jarak yang sudah semakin jauh.Pengejaran terus dilakukan oleh pasukan kerajaan Bahara. Kuda-kuda kerajaan Bahara melesat dengan cepatnya untuk mengejar ketertinggalan. Tampak burung-burung berhamburan terbang ke langit ketika kuda-kuda Kerajaan Bahara melesat berlari dengan cepatnya.Tampak hewan-hewan malam pun keluar dari persembunyiannya untuk mencari tempat baru yang dianggapnya lebih aman. Suara tapak kaki beberapa kuda Kerajaan Bahara itu memang terdengar sangat menyeramkan bagi mereka. Mereka t

    Last Updated : 2021-04-03
  • Cermin Malapetaka   Kekhawatiran Istana akan Bayi Putra Pangeran

    Perang telah berakhir. Sungguh banyak prajurit yang menjadi korban pada perang kali ini. Raja tanpa pikir panjang dengan segera langsung menemui Sang Permaisuri setelah pasukan perang Kerajaan Bahara mundur. Ia begitu khawatir dengan keadaan istrinya. Dilihat wajah permaisuri yang begitu terlihat pucat dan tampak meneteskan air mata membuat khawatir Raja. Para dayang dan prajurit pun diam dan tertunduk. Mereka bingung mengatakan apa yang telah terjadi di dalam kamar utama. Putri Aleta segera menghampiri ayahnya ketika melihat sosoknya datang. Putri Aleta menjelaskan semua hal yang terjadi. Putri Aleta tidak tega jika ayahnya sampai bertanya kepada ibunya. Takutnya ratu akan semakin bersedih. Mungkin bukan waktu yang tepat untuk menanyakan apapun pada sang Ratu. Terlebih menanyakan hal yang beberapa waktu lalu telah terjadi.Raja memberi kode kepada para dayang dan Putri Aleta untuk keluar dari kamar Ratu. Kini tugas sang raja untuk menenangkan perasaan istrinya.

    Last Updated : 2021-04-03
  • Cermin Malapetaka   Terkejut

    Seorang perempuan dan anaknya tergopoh-gopoh berjalan menuju rumah. Tampak dokar membawa barang milik mereka sudah terparkir di depan rumah. Ini menandakan pak tani sudah sampai di rumah. Perempuan itu merasa lega, suami dan ananknya telah sampai dirumah dengan selamat.“Pak tolong segera buka pintunya” Ibu petani sambil terengah-engah. Nafasnya masih naik turun tak beraturan.“Sebentar Buk” tampak sahutan suara dari dalam“KREKK..” suara pintu terbuka. Sang Perempuan itu segera masuk ke rumahnya bersama dengan seorang anaknya.Pak tani memandangi dengan serius kotak besar yang di bawa istrinya. Ia tercengang dengan ukiran pada kotak kayu itu. Tak lama kemudian datanglah Runi anak yang tetap bersama ayahnya ketika kejadian pengejaran dayang istana.“Istriku, apakah gerangan isi kotak sebesar itu? motif kotak itu juga sangat bagus” tanya pak tani pada istrinya dengan penuh rasa penasaran.

    Last Updated : 2021-04-06
  • Cermin Malapetaka   Luka yang Belum Sembuh

    Ternyata dayang istana yang membawa pergi bayi pangeran ketika peperangan tinggal di rumah Pak Beni dan istrinya. Rumah sederhana yang begitu tertata. Tampak dayang istana masih terbaring lemas.“Maaf, saya merepotkan kalian” tiba-tiba dayang istana membuka matanya setelah koma selama tiga hari.“Tidak sama sekali wahai utusan istana” suara lembut bu Ratna istri pak Beni yang tengah duduk di samping dayang istana. Sudah turun temurun, semua orang yang berkaitan dengan istana pasti akan dihormat walau hanya seorang pembersih kebun. Itulah hal istimewa yang didapatkan dari semua orang yang berhubungan dengan istana. Mereka memiliki pangkat dan dihormati oleh warga sekitar. Bahkan bangsawan pun ikut menghormatinya.“Di mana supir delman?” sambil melihat sekeliling. Berharap sang supir juga ada ditempat yang sama dengannya.“Mohon maaf, dia telah tiada. Lukanya cukup parah. Nyawanya tida

    Last Updated : 2021-04-06
  • Cermin Malapetaka   Putri Aleta Izin Menikah

    Kini putri Aleta telah beranjak dewasa. Aleta adalah seorang putri yang patuh. Ia tumbuh menjadi gadis yang sangat menawan dan berhasil memukau banyak lelaki keturunan kerajaan. Kecantikannya memang luar biasa. Mungkin bisa dikatakan, ia lah putri yang paling cantik di antara putri putri kerajaan yang lain. Wajar saja jika ketika acara pertemuan antar kerajaan dan kerajaan Niswa menjadi tuan rumah, semua mata putra kerajaan yang hadir selalu memandang Putri Aleta. Mereka tak bisa mengalihkan pandangannya dari Putri Aleta karena pesona dan kecantikkannya itu. Bahkan kerajaan Bahara pun menjadi musuh kerajaan Niswa dengan sebab dendam atas kematian putra mahkota yang kala itu ingin mempersunting Putri Aleta. Kala itu Putri Aleta masih sangat belia sehingga Raja menolak lamaran dari putra kerajaan Bahara.Putra kerajaan Bahara sungguh tergila-gila dengan Putri Aleta. Karena frustasi lamarannya di tolak, putra Kerajaan Bahara pun menewaskan dirinya sendiri. Dan inilah menjadi seb

    Last Updated : 2021-04-06
  • Cermin Malapetaka   Tamu Istana (Lamaran kerajaan Flambuana)

    “Paduka, hamba izin menghadap”“Siap, silahkan. Ada berita apa gerangan?”“Terima kasih paduka. Barusan utusan dari Kerajaan Flambuana datang kemari. Ia membawa surat untuk baginda raja. Ini hampa serahkan surat tersebut kepada paduka” Ajudan memberikan gulungan kertas tersebut kepada Rajanya. Raja menerima gulungan tersebut dengan segera.Sang Ajudan segera pergi. Putri Aleta yang melihat ajudan keluar dari ruang utama istana segera memasuki ruang utama. Ia penasaran ada berita apa gerangan. Pastilah ada hal penting hingga ajudan menemui ayahanda.Putri Aleta memasuki ruang utama dan duduk disebelah ibunya.“Ibu, ada kabar apakah barusan sehingga ajudan menghadap ayah?” Putri Aleta sangat penasaran hingga memberanikan diri untuk bertanya.“Tunggulah informasi dari ayah. Kita tunggu ayah membacanya” Jawab ratu dengan tersenyum pada putrinya.Sang Ratu j

    Last Updated : 2021-04-06
  • Cermin Malapetaka   Keputusan Raja

    “Bagaimaan suamiku? Akankah kita menerima maksud baik Kerajaan Flambuana?”akhirnya ratu memberanikan diri untuk bertanya kepada suaminya. Ia sudah begitu pusing memikirkan hal ini selama berhari-hari.“Sebenarnya aku masih mempertimbangkan ini” sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Tampak beberapagaris guratan di wajahnya menandakaniatengah berpikir keras.“Apa yang engkau pikirkan wahai Suamiku?” Ratu dengan lembutnya bertanya lagi. Sepertinya masih ada sesuatu pikiran yang mengganjal di kepalanya.“Jujur aku sungguh ingin menjalin hubungan keluarga dengan Kerajaan Flambuana. Namun masalahnya pastilah nanti putri kita yang akan di boyong kesana. Sedangkan kita sedang memerlukan seseorang yang dapatmenggantikan posisiku. Sampai kini kabar putra kita pun belum diketahui. Masih hidup atau tidak pun tidak ada yang mengetahuinya”raut wajahnya kini

    Last Updated : 2021-04-08
  • Cermin Malapetaka   Kegelisahan Putra Rafles

    Kelas memanah telah usai dari dua pekan lalu. Dalam dua pekan ini pula Pangeran Rafles tidak bertemu dengan Putri Aleta. Ia sangat cemas dengan kabar Putri Aleta. Apakah ia baik baik saja? ataukah ada lamaran datang untuk meminangnya? Pikiran itu selalu menghantui Pangeran Rafles sejak dua pekan lalu. Di tambah lagi kala mengingat ucapan Putri Aleta terakhir kali mereka di taman waktu itu.Ia makin tersiksa dalam keadaan tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia tak mungkin mendapat izin dari ibunya untuk pergi ke Kerajaan Niswa. Jaraknya yang lumayan jauh bukan menjadi masalah, Namun ayahnya yang terbaring tak berdayalah yang membuat kami putra putra kerajaan tidak boleh pergi ke luar dari istana.Kecemasannya kepada Putri Aleta sudah tak tertahankan, dengan memberanikan diri Pangeran Revan berbicara pada ibunya.“Wahai bunda Ratu, bolehkah hamba meminta izin pergi ke Kerajaan Niswa untuk melihat pujaa

    Last Updated : 2021-04-08

Latest chapter

  • Cermin Malapetaka   Pemimpin Baru

    BAB 13Kepemimpinan Baru“Ratu, saya ada izin menyampaikan sesuatu..”“Tidak tahukah kamu jika ratu sedang bersedih?” teriak Putri Aleta yang duduk di samping bundanya. Tampak juga Pangeran Rafles ada di sana.“Mohon maaf putri, tapi ini kabar mengenai putra pangeran yang hilang” tabib masih berusaha medesak untuk dapat menyampaiakan informasi yang dibawanya.“Memangnya apa yang ingin disampaikan?”“Mohon maaf Rangeran Mahkota ada di dalam istana”“Anakku yang hilang??” ratu langsung menyaut“Benar sekali ratu”“Dimana ia sekarang?”“Ada di ruang pengobatan ratu”Ratu segera beranjak lari. Ia menuju ke ruang pengobatan ingin memastikan jika yang disampaikan tabib istana benar.Benar sesuai apa yang dikatakan sang tabib. Kalung mutiara ratu menyala. Ini menandakan keberadaan putra pangeran berada di sini. Ruangan penuh dengan orang orang. Yang mana pangeran masih menj

  • Cermin Malapetaka   BAB 12 Kekacauan Pernikahan Putri

    Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil. Semua sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.Tengku, seorang anak laki laki yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan m

  • Cermin Malapetaka   Berita Pernikahan Putri Raja

    Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Hari ini juga Putra Rafles akan berkunjung ke istananya. Pancaran kebahagiaan Putri Aleta tersorot dari bola matanya yang sedikit kecoklatan. Raja Reja mulai gusar. Ia sempat beberapa kali pindah posisi dalam duduknya. Ya hal ini sangatlah wajar mengingat mereka menunggu kedatangan Pangeran Rafles dan Rombongan sudah begitu lama. Putri Aleta mulai merasakan kecemasan. Bagaimana tidak, Putra Rafles yang ditunggu-tunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. “Putriku, Apakah rombongan Kerajaan Bunga jadi kesini? Kenapa lama sekali” ucap Sang Raja yang mulai terlihat tampak bosan. “Pasti mereka jadi kesini ya, sepertinya mereka masih dalam perjalanan” Putri Aleta mencoba menenangkan ayahnya walau dirinya sebenarnya tidak tenang. Yang lebih membuatnya lebh takut lagi adalah Putra Rafles memang tidak jadi pergi ke istananya. “Baiklah kalau begitu..” Putri Aleta mondar-mandir. Hatinya tak

  • Cermin Malapetaka   Restu?

    “Paduka.. mohon maaf kami berdua tidak dapat menemukan putra pangeran selama berkelana mencarinya” utusan yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Putranya selama bertahun-tahun telah kembali. Ya penampilannya sedikit berbeda, hal ini karena dimakan usia.“Apakah kalian yakin sudah menelusuri semua tempat di bawah kekuasaan kerajaanku?”“Sudah paduka, mohon maaf sekali kami belum dapat menemukan putra kerajaan” dengan wajah menghadap lantai“Baiklah sekarang beristirahatlah..”Akhirnya raja menyuruh mereka untuk segera beristirahat. Raja tidak memerintahkan mereka untuk mencari putranya kembali. Raja akan mencari cara lain untuk menemukan putranya. Ternyata caranya selama ini tidak efektif dan tidak membuahkan hasil.Ratu kembali merasa sedih. Sebelumnya, ia sudah bisa sedikit menghilangkan kesedihannya. Namun, dengan kembalinya utusan ke istana seakan memaksa hati ratu untuk membu

  • Cermin Malapetaka   Kegelisahan Putra Rafles

    Kelas memanah telah usai dari dua pekan lalu. Dalam dua pekan ini pula Pangeran Rafles tidak bertemu dengan Putri Aleta. Ia sangat cemas dengan kabar Putri Aleta. Apakah ia baik baik saja? ataukah ada lamaran datang untuk meminangnya? Pikiran itu selalu menghantui Pangeran Rafles sejak dua pekan lalu. Di tambah lagi kala mengingat ucapan Putri Aleta terakhir kali mereka di taman waktu itu.Ia makin tersiksa dalam keadaan tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia tak mungkin mendapat izin dari ibunya untuk pergi ke Kerajaan Niswa. Jaraknya yang lumayan jauh bukan menjadi masalah, Namun ayahnya yang terbaring tak berdayalah yang membuat kami putra putra kerajaan tidak boleh pergi ke luar dari istana.Kecemasannya kepada Putri Aleta sudah tak tertahankan, dengan memberanikan diri Pangeran Revan berbicara pada ibunya.“Wahai bunda Ratu, bolehkah hamba meminta izin pergi ke Kerajaan Niswa untuk melihat pujaa

  • Cermin Malapetaka   Keputusan Raja

    “Bagaimaan suamiku? Akankah kita menerima maksud baik Kerajaan Flambuana?”akhirnya ratu memberanikan diri untuk bertanya kepada suaminya. Ia sudah begitu pusing memikirkan hal ini selama berhari-hari.“Sebenarnya aku masih mempertimbangkan ini” sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Tampak beberapagaris guratan di wajahnya menandakaniatengah berpikir keras.“Apa yang engkau pikirkan wahai Suamiku?” Ratu dengan lembutnya bertanya lagi. Sepertinya masih ada sesuatu pikiran yang mengganjal di kepalanya.“Jujur aku sungguh ingin menjalin hubungan keluarga dengan Kerajaan Flambuana. Namun masalahnya pastilah nanti putri kita yang akan di boyong kesana. Sedangkan kita sedang memerlukan seseorang yang dapatmenggantikan posisiku. Sampai kini kabar putra kita pun belum diketahui. Masih hidup atau tidak pun tidak ada yang mengetahuinya”raut wajahnya kini

  • Cermin Malapetaka   Tamu Istana (Lamaran kerajaan Flambuana)

    “Paduka, hamba izin menghadap”“Siap, silahkan. Ada berita apa gerangan?”“Terima kasih paduka. Barusan utusan dari Kerajaan Flambuana datang kemari. Ia membawa surat untuk baginda raja. Ini hampa serahkan surat tersebut kepada paduka” Ajudan memberikan gulungan kertas tersebut kepada Rajanya. Raja menerima gulungan tersebut dengan segera.Sang Ajudan segera pergi. Putri Aleta yang melihat ajudan keluar dari ruang utama istana segera memasuki ruang utama. Ia penasaran ada berita apa gerangan. Pastilah ada hal penting hingga ajudan menemui ayahanda.Putri Aleta memasuki ruang utama dan duduk disebelah ibunya.“Ibu, ada kabar apakah barusan sehingga ajudan menghadap ayah?” Putri Aleta sangat penasaran hingga memberanikan diri untuk bertanya.“Tunggulah informasi dari ayah. Kita tunggu ayah membacanya” Jawab ratu dengan tersenyum pada putrinya.Sang Ratu j

  • Cermin Malapetaka   Putri Aleta Izin Menikah

    Kini putri Aleta telah beranjak dewasa. Aleta adalah seorang putri yang patuh. Ia tumbuh menjadi gadis yang sangat menawan dan berhasil memukau banyak lelaki keturunan kerajaan. Kecantikannya memang luar biasa. Mungkin bisa dikatakan, ia lah putri yang paling cantik di antara putri putri kerajaan yang lain. Wajar saja jika ketika acara pertemuan antar kerajaan dan kerajaan Niswa menjadi tuan rumah, semua mata putra kerajaan yang hadir selalu memandang Putri Aleta. Mereka tak bisa mengalihkan pandangannya dari Putri Aleta karena pesona dan kecantikkannya itu. Bahkan kerajaan Bahara pun menjadi musuh kerajaan Niswa dengan sebab dendam atas kematian putra mahkota yang kala itu ingin mempersunting Putri Aleta. Kala itu Putri Aleta masih sangat belia sehingga Raja menolak lamaran dari putra kerajaan Bahara.Putra kerajaan Bahara sungguh tergila-gila dengan Putri Aleta. Karena frustasi lamarannya di tolak, putra Kerajaan Bahara pun menewaskan dirinya sendiri. Dan inilah menjadi seb

  • Cermin Malapetaka   Luka yang Belum Sembuh

    Ternyata dayang istana yang membawa pergi bayi pangeran ketika peperangan tinggal di rumah Pak Beni dan istrinya. Rumah sederhana yang begitu tertata. Tampak dayang istana masih terbaring lemas.“Maaf, saya merepotkan kalian” tiba-tiba dayang istana membuka matanya setelah koma selama tiga hari.“Tidak sama sekali wahai utusan istana” suara lembut bu Ratna istri pak Beni yang tengah duduk di samping dayang istana. Sudah turun temurun, semua orang yang berkaitan dengan istana pasti akan dihormat walau hanya seorang pembersih kebun. Itulah hal istimewa yang didapatkan dari semua orang yang berhubungan dengan istana. Mereka memiliki pangkat dan dihormati oleh warga sekitar. Bahkan bangsawan pun ikut menghormatinya.“Di mana supir delman?” sambil melihat sekeliling. Berharap sang supir juga ada ditempat yang sama dengannya.“Mohon maaf, dia telah tiada. Lukanya cukup parah. Nyawanya tida

DMCA.com Protection Status