Share

Restu?

Author: Fatikhatul Janah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Paduka.. mohon maaf kami berdua tidak dapat menemukan putra pangeran selama berkelana mencarinya” utusan yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Putranya selama bertahun-tahun telah kembali. Ya penampilannya sedikit berbeda, hal ini karena dimakan usia.

“Apakah kalian yakin sudah menelusuri  semua tempat di bawah kekuasaan kerajaanku?”

“Sudah paduka, mohon maaf sekali kami belum dapat menemukan putra kerajaan” dengan wajah menghadap lantai

“Baiklah sekarang beristirahatlah..”

Akhirnya raja menyuruh mereka untuk segera beristirahat. Raja tidak memerintahkan mereka untuk mencari putranya kembali. Raja akan mencari cara lain untuk menemukan putranya. Ternyata caranya selama ini tidak efektif dan tidak membuahkan hasil.

Ratu kembali merasa sedih. Sebelumnya, ia sudah bisa sedikit menghilangkan kesedihannya. Namun, dengan kembalinya utusan ke istana seakan memaksa hati ratu untuk membuka luka kesedihannya kembali.  Tapi apalah daya mencari seorang anak yang hilang memanglah susah. Apalagi mencari putranya yang hanya bermodalkan sebuah petunjuk. Tak ada ciri ciri yang tampak  jelas untuk mempermudahkan proses pencarian

Mutiara untuk membantu mencari pangeran di kembalikan kepada raja. Dengan tanpa berpikir panjang, raja memberikan mutiara itu pada istrinya. Ratu mengubah mutiara itu menjadi sebuah kalung. Ia langsung mengenakannya di leher. Ratu berharap, dengan mutiara yang di kalungkannya pada leher dapat sedikit mengobati rasa rindu kepada putranya yang belum juga ditemukan.

*****

Putri Aleta tampak bahagia. Hari-hari setelah bertemu Pangeran Rafles, wajahnya sungguh enak di pandang. Bahkan senyuman tipis hampir setiap detik mengambang di pipinya. Ternyata kebahagiaan yang dirasakan oleh Putri Aleta di ketahui oleh ibunya. Tampak ada sesuatu yang berbeda. Itulah yang ditangkap oleh netra sang ratu.

“Wahai putriku, tampaknya engkau sangat bahagia beberapa hari terakhir, ada apa gerangan?” Pertanyaan itu akhirnya terlontar juga kepada Sang Putri dengan penuh tanda tanya keheranan melihat putrinya selama ini.

“Ibu, kala itu Putra Rafles telah menemuiku. Benar ayahnya tengah sakit. Setelah sembuh  mereka hendak berkunjung kemari. Aku tak sabar menunggu surat Permohonan bertamu dari Kerajaan Bunga” Putri Aleta menjelaskan dengan antusias. Bagaimana tidak, Putra Rafles telah menemuinya dan membawa kabar baik.

“Bagaimana menurut ibu?” Putri Aleta kemudian melemparkan pertanyaan kepada ibunya.

“Sepertinya itu sesuatu yang bagus. Mengingat tawaran ayahmu ke Kerajaan Flambuana tidak diterima, ya itu kamu tahu sendiri alasannya, tak lain karena Pangeran Revan hendak diangkat menjadi raja di kerajaanya” mendengar penuturan sang ratu, putri Aleta tampak bahagia. Huh akhirnya ia mendapat angin segar. Ibunda ratu sepertinya menyetujuinya.

“Ibu, aku hendak menemui ayah. Aku hendak meminta restu ke ayah. Semoga ayah mau menunggu Putra Rafles kemari” Putri Aleta tampak kegirangan

“Baiklah semua usahamu berhasil  nak” jawab ratu sambil berias diri di depan cermin

“Siap ibu, terima kasih bunda” senyum manis tampak bersarang di wajahnya

***

“Permisi ayah..” Putri Aleta berkata dengan penuh kesopanan.

“Iya putriku?” jawabnya dengan santai

“Begini ayah, Putra Rafles akan segera kemari. Ayahnya tengah sakit. Setelah beliau sembuh, Putra Rafles akan datang kemari. Apakah ayah mengizinkan kedatangannya kemari?”

Raja tampak berpiki-pikir. Raut wajahnya sedikit menampakkan keraguan. Tapi Putri Aleta berusaha untuk berpikir positif.

“Baiklah. Ayah akan tunggu surat permohonan bertamu terlebuh dahulu. Semoga ia memang benar benar mencintaimu. Dan semoga kala kerajaan ini di bawah kepemimpinannya, kerajaan ini semakin maju. Ayah sedikit khawatir dengan nasib kerajaan ini setelah ayah turun jawaban” raja masih menunjukkan keraguannya.

“Ayah, tenanglah..Putra Rafles sangat baik kepadaku. Ia benar benar mencintaiku. Dia pasti dapat memimpin kerajaan ini dengan baik” Putri Aleta mencoba menyakinkan ayahnya. Hal ini karena Putri Aleta yakin kalau Putra Rafles dapat memimpin kerajaannya.

“Baiklah, semoga ia tidak mengecewakan ayah. Jujur ayah belum bisa percaya seratus  persen kepadanya. Ayah belum mengenalnya begitu juga istananya”

“Ayah, Aleta yakin, Putra Rafles bisa..”

****

“Paduka izin menghadap. Ada surat dari Kerajaan Flambuana. Ini paduka” ajudan menyerahkan gulungan surat kepada Raja Reja.

Raja Reja menerimanya. Ia sudah menduga itu merupakan surat izin kunjungan. Ya dugaannya memang benar. Surat izin kunjungan telah datang. Putri Aleta yang mendengar kabar tersebut segera berlari menuju ke ayahnya

“Ayah.. ayah..” Putri Aleta berlari wajahnya penuh senyum.  Ia  tak sabar memastikan kabar tersebut

“Ayah benarkah surat dari Kerajaan Rafles telah datang kemari?” Ekspresinya tak tahan menunggu jawaban ayahnya.

“Benar sekali putriku. Ia suratnya” Raja menyerahkan gulungan surat ke putrinya. Raja tersenyum. Sepertinya ia senang melihat putrinya bahagia. Namun ternyata kebahagiaan melihat putrinya itu tidak dapat menghilangkan keraguannya pada Putra Rafles. Raja masih sedikit ragu jika kerajaannya di pimpin olehnya. Bagi Raja Reja, Putra Rafles adalah orang baru. Ia belum mengetahui sifat dan kepribadiannya. Namun melihat kebahagiaan putrinya, sepertinya raja luluh.

“Baiklah putriku, lakukanlah persiapan penyambutan. Ayah percaya kamu dapat membuat konsepnya. Ayah mau kamu sendiri yang membuat konsep penyambutan supaya sesuai dengan keinginanmu”

“Baiklah ayah, Terima kasih banyak ayah.. terima kasih banyak, Aleta sungguh bahagia” senyuman khas manis Putri Aleta yang dapat membius setiap Pangeran yang melihatnya kembali mengambang di wajahnya.

***

“Ah sial!”

Mendengar kabar bahwa Putra Rafles akan segera berkunjung ke Kerajaan Niswa membuat Pangeran Revan naik darah. Ia sungguh tak rela jika ada orang lain yang memiliki Putri Aleta. Ya walaupun Pangeran Revan mengetahui bahwa Putri Aleta telah jatuh hati pada orang lain, ternyata hal itu  tidak menghilangkan perasaannya pada Putri Aleta. Sepertinya pandangan pertama kala berkunjung ke Kerajaan Niswa telah berhasil melunakkan hati Pangeran Revan yang sangat sulit jatuh cinta.

Ya memang di luar sana banyak Putri kerajaan yang tergila gila pada Pangeran Revan. Nyatanya, dari begitu banyaknya putri tidak ada satu pun yang membuat hatinya bergetar. Ia sungguh susah tertarik dengan lawan jenis. Putri Aleta lah satu satunya yang berhasil membuatnya jatuh hati.

“Bagaimana pun juga aku harus mendapatkan Putri Aleta. Ia harus menjadi permaisuriku. Aku tidak akan membiarkan orang lain untuk memilikimu.”

Tanpa melakukan hal lain, Pangeran Revan segera mencari cara untuk menggagalkan kedatangan Putra Rafles ke istana. Ia tidak mau Putra Revan sampai menapakkan kaki di Kerajaan Niswa dan bertemu dengan Raja Reja pemimpin kerajaan tersebut.

“Aku pasti akan memberikanmu kejutan kala perjalanan ke Kerajaan Niswa. Tunggu saja waktu itu. Aku tak akan membiarkanmu bertemu Raja.” Pangeran Revan melakukan percakapan sendiri di depan cermin. Wajahnya menampakkan kebencian kepada Putra Rafles. Ya ia seorang Putra ketiga Kerajaan Bunga seakan menjadi duri baru baginya.

Related chapters

  • Cermin Malapetaka   Berita Pernikahan Putri Raja

    Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Hari ini juga Putra Rafles akan berkunjung ke istananya. Pancaran kebahagiaan Putri Aleta tersorot dari bola matanya yang sedikit kecoklatan. Raja Reja mulai gusar. Ia sempat beberapa kali pindah posisi dalam duduknya. Ya hal ini sangatlah wajar mengingat mereka menunggu kedatangan Pangeran Rafles dan Rombongan sudah begitu lama. Putri Aleta mulai merasakan kecemasan. Bagaimana tidak, Putra Rafles yang ditunggu-tunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. “Putriku, Apakah rombongan Kerajaan Bunga jadi kesini? Kenapa lama sekali” ucap Sang Raja yang mulai terlihat tampak bosan. “Pasti mereka jadi kesini ya, sepertinya mereka masih dalam perjalanan” Putri Aleta mencoba menenangkan ayahnya walau dirinya sebenarnya tidak tenang. Yang lebih membuatnya lebh takut lagi adalah Putra Rafles memang tidak jadi pergi ke istananya. “Baiklah kalau begitu..” Putri Aleta mondar-mandir. Hatinya tak

  • Cermin Malapetaka   BAB 12 Kekacauan Pernikahan Putri

    Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil. Semua sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.Tengku, seorang anak laki laki yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan m

  • Cermin Malapetaka   Pemimpin Baru

    BAB 13Kepemimpinan Baru“Ratu, saya ada izin menyampaikan sesuatu..”“Tidak tahukah kamu jika ratu sedang bersedih?” teriak Putri Aleta yang duduk di samping bundanya. Tampak juga Pangeran Rafles ada di sana.“Mohon maaf putri, tapi ini kabar mengenai putra pangeran yang hilang” tabib masih berusaha medesak untuk dapat menyampaiakan informasi yang dibawanya.“Memangnya apa yang ingin disampaikan?”“Mohon maaf Rangeran Mahkota ada di dalam istana”“Anakku yang hilang??” ratu langsung menyaut“Benar sekali ratu”“Dimana ia sekarang?”“Ada di ruang pengobatan ratu”Ratu segera beranjak lari. Ia menuju ke ruang pengobatan ingin memastikan jika yang disampaikan tabib istana benar.Benar sesuai apa yang dikatakan sang tabib. Kalung mutiara ratu menyala. Ini menandakan keberadaan putra pangeran berada di sini. Ruangan penuh dengan orang orang. Yang mana pangeran masih menj

  • Cermin Malapetaka   Perang kerajaan Niswa dan Kerajaan Bahara

    Sakit ...eeeeeeee eeeeeee heh heh heh eeee eeeee heh.. heh.. heh.. Hembusan nafas ratu Neda terdengar sangat terengah-engah, keringat bercucuran dari dahinya dan hampir membasahi sekujur tubuhnya. Tanggannya masih terus menggenggam putri Aleta yang berusaha menggantikan posisi ayahnya, menemani sang ratu melahirkan. Sungguh menyakitkan memang melahirkan tanpa ditemani seorang suami di sampingnya. Namun semua itu tak Ratu Neda masalahkan karena keadaan memang sedang darurat. Keadaan istana sedang sangat genting. Tak mungkin raja meninggalkan prajuritnya untuk berperang tanpa kehadiran dirinya. Dengan kehadirannya pun pasukan Kerajaan Niswa tampak kewalahan. Rasa sakit dan cemas berbaur menjadi satu dirasakan Ratu Neda. Melahirkan tanpa ditemani seorang Raja Reja sebagai suaminya mau tidak mau harus terjadi. Peperangan di kerajaan masih terdengar sangat hebat. Untung prajurit masih bisa menahan Prajurit lawan untuk menerobos masuk ke dalam

  • Cermin Malapetaka   Nasib Bayi Putra Pangeran

    Tanpa komando, mereka segera keluar menyusul dokar itu, segala upaya pencegahan dilakukan oleh para prajurit kerajaan. Namun dengan tidak beruntungnya, mereka gagal untuk mencegah prajurit Bahara keluar. Prajurit Kerajaan Niswa kewalahan menghadapi serangan dari mereka. Akhirnya prajurit Bahara berhasil keluar kamar ratu dan dengan segera menyusul delman yang sudah jauh itu. Beberapa ekor kuda langsung melesat mengejar dokar yang sudah terlihat kecil karena jarak yang sudah semakin jauh.Pengejaran terus dilakukan oleh pasukan kerajaan Bahara. Kuda-kuda kerajaan Bahara melesat dengan cepatnya untuk mengejar ketertinggalan. Tampak burung-burung berhamburan terbang ke langit ketika kuda-kuda Kerajaan Bahara melesat berlari dengan cepatnya.Tampak hewan-hewan malam pun keluar dari persembunyiannya untuk mencari tempat baru yang dianggapnya lebih aman. Suara tapak kaki beberapa kuda Kerajaan Bahara itu memang terdengar sangat menyeramkan bagi mereka. Mereka t

  • Cermin Malapetaka   Kekhawatiran Istana akan Bayi Putra Pangeran

    Perang telah berakhir. Sungguh banyak prajurit yang menjadi korban pada perang kali ini. Raja tanpa pikir panjang dengan segera langsung menemui Sang Permaisuri setelah pasukan perang Kerajaan Bahara mundur. Ia begitu khawatir dengan keadaan istrinya. Dilihat wajah permaisuri yang begitu terlihat pucat dan tampak meneteskan air mata membuat khawatir Raja. Para dayang dan prajurit pun diam dan tertunduk. Mereka bingung mengatakan apa yang telah terjadi di dalam kamar utama. Putri Aleta segera menghampiri ayahnya ketika melihat sosoknya datang. Putri Aleta menjelaskan semua hal yang terjadi. Putri Aleta tidak tega jika ayahnya sampai bertanya kepada ibunya. Takutnya ratu akan semakin bersedih. Mungkin bukan waktu yang tepat untuk menanyakan apapun pada sang Ratu. Terlebih menanyakan hal yang beberapa waktu lalu telah terjadi.Raja memberi kode kepada para dayang dan Putri Aleta untuk keluar dari kamar Ratu. Kini tugas sang raja untuk menenangkan perasaan istrinya.

  • Cermin Malapetaka   Terkejut

    Seorang perempuan dan anaknya tergopoh-gopoh berjalan menuju rumah. Tampak dokar membawa barang milik mereka sudah terparkir di depan rumah. Ini menandakan pak tani sudah sampai di rumah. Perempuan itu merasa lega, suami dan ananknya telah sampai dirumah dengan selamat.“Pak tolong segera buka pintunya” Ibu petani sambil terengah-engah. Nafasnya masih naik turun tak beraturan.“Sebentar Buk” tampak sahutan suara dari dalam“KREKK..” suara pintu terbuka. Sang Perempuan itu segera masuk ke rumahnya bersama dengan seorang anaknya.Pak tani memandangi dengan serius kotak besar yang di bawa istrinya. Ia tercengang dengan ukiran pada kotak kayu itu. Tak lama kemudian datanglah Runi anak yang tetap bersama ayahnya ketika kejadian pengejaran dayang istana.“Istriku, apakah gerangan isi kotak sebesar itu? motif kotak itu juga sangat bagus” tanya pak tani pada istrinya dengan penuh rasa penasaran.

  • Cermin Malapetaka   Luka yang Belum Sembuh

    Ternyata dayang istana yang membawa pergi bayi pangeran ketika peperangan tinggal di rumah Pak Beni dan istrinya. Rumah sederhana yang begitu tertata. Tampak dayang istana masih terbaring lemas.“Maaf, saya merepotkan kalian” tiba-tiba dayang istana membuka matanya setelah koma selama tiga hari.“Tidak sama sekali wahai utusan istana” suara lembut bu Ratna istri pak Beni yang tengah duduk di samping dayang istana. Sudah turun temurun, semua orang yang berkaitan dengan istana pasti akan dihormat walau hanya seorang pembersih kebun. Itulah hal istimewa yang didapatkan dari semua orang yang berhubungan dengan istana. Mereka memiliki pangkat dan dihormati oleh warga sekitar. Bahkan bangsawan pun ikut menghormatinya.“Di mana supir delman?” sambil melihat sekeliling. Berharap sang supir juga ada ditempat yang sama dengannya.“Mohon maaf, dia telah tiada. Lukanya cukup parah. Nyawanya tida

Latest chapter

  • Cermin Malapetaka   Pemimpin Baru

    BAB 13Kepemimpinan Baru“Ratu, saya ada izin menyampaikan sesuatu..”“Tidak tahukah kamu jika ratu sedang bersedih?” teriak Putri Aleta yang duduk di samping bundanya. Tampak juga Pangeran Rafles ada di sana.“Mohon maaf putri, tapi ini kabar mengenai putra pangeran yang hilang” tabib masih berusaha medesak untuk dapat menyampaiakan informasi yang dibawanya.“Memangnya apa yang ingin disampaikan?”“Mohon maaf Rangeran Mahkota ada di dalam istana”“Anakku yang hilang??” ratu langsung menyaut“Benar sekali ratu”“Dimana ia sekarang?”“Ada di ruang pengobatan ratu”Ratu segera beranjak lari. Ia menuju ke ruang pengobatan ingin memastikan jika yang disampaikan tabib istana benar.Benar sesuai apa yang dikatakan sang tabib. Kalung mutiara ratu menyala. Ini menandakan keberadaan putra pangeran berada di sini. Ruangan penuh dengan orang orang. Yang mana pangeran masih menj

  • Cermin Malapetaka   BAB 12 Kekacauan Pernikahan Putri

    Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil. Semua sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.Tengku, seorang anak laki laki yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan m

  • Cermin Malapetaka   Berita Pernikahan Putri Raja

    Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Hari ini juga Putra Rafles akan berkunjung ke istananya. Pancaran kebahagiaan Putri Aleta tersorot dari bola matanya yang sedikit kecoklatan. Raja Reja mulai gusar. Ia sempat beberapa kali pindah posisi dalam duduknya. Ya hal ini sangatlah wajar mengingat mereka menunggu kedatangan Pangeran Rafles dan Rombongan sudah begitu lama. Putri Aleta mulai merasakan kecemasan. Bagaimana tidak, Putra Rafles yang ditunggu-tunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. “Putriku, Apakah rombongan Kerajaan Bunga jadi kesini? Kenapa lama sekali” ucap Sang Raja yang mulai terlihat tampak bosan. “Pasti mereka jadi kesini ya, sepertinya mereka masih dalam perjalanan” Putri Aleta mencoba menenangkan ayahnya walau dirinya sebenarnya tidak tenang. Yang lebih membuatnya lebh takut lagi adalah Putra Rafles memang tidak jadi pergi ke istananya. “Baiklah kalau begitu..” Putri Aleta mondar-mandir. Hatinya tak

  • Cermin Malapetaka   Restu?

    “Paduka.. mohon maaf kami berdua tidak dapat menemukan putra pangeran selama berkelana mencarinya” utusan yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Putranya selama bertahun-tahun telah kembali. Ya penampilannya sedikit berbeda, hal ini karena dimakan usia.“Apakah kalian yakin sudah menelusuri semua tempat di bawah kekuasaan kerajaanku?”“Sudah paduka, mohon maaf sekali kami belum dapat menemukan putra kerajaan” dengan wajah menghadap lantai“Baiklah sekarang beristirahatlah..”Akhirnya raja menyuruh mereka untuk segera beristirahat. Raja tidak memerintahkan mereka untuk mencari putranya kembali. Raja akan mencari cara lain untuk menemukan putranya. Ternyata caranya selama ini tidak efektif dan tidak membuahkan hasil.Ratu kembali merasa sedih. Sebelumnya, ia sudah bisa sedikit menghilangkan kesedihannya. Namun, dengan kembalinya utusan ke istana seakan memaksa hati ratu untuk membu

  • Cermin Malapetaka   Kegelisahan Putra Rafles

    Kelas memanah telah usai dari dua pekan lalu. Dalam dua pekan ini pula Pangeran Rafles tidak bertemu dengan Putri Aleta. Ia sangat cemas dengan kabar Putri Aleta. Apakah ia baik baik saja? ataukah ada lamaran datang untuk meminangnya? Pikiran itu selalu menghantui Pangeran Rafles sejak dua pekan lalu. Di tambah lagi kala mengingat ucapan Putri Aleta terakhir kali mereka di taman waktu itu.Ia makin tersiksa dalam keadaan tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia tak mungkin mendapat izin dari ibunya untuk pergi ke Kerajaan Niswa. Jaraknya yang lumayan jauh bukan menjadi masalah, Namun ayahnya yang terbaring tak berdayalah yang membuat kami putra putra kerajaan tidak boleh pergi ke luar dari istana.Kecemasannya kepada Putri Aleta sudah tak tertahankan, dengan memberanikan diri Pangeran Revan berbicara pada ibunya.“Wahai bunda Ratu, bolehkah hamba meminta izin pergi ke Kerajaan Niswa untuk melihat pujaa

  • Cermin Malapetaka   Keputusan Raja

    “Bagaimaan suamiku? Akankah kita menerima maksud baik Kerajaan Flambuana?”akhirnya ratu memberanikan diri untuk bertanya kepada suaminya. Ia sudah begitu pusing memikirkan hal ini selama berhari-hari.“Sebenarnya aku masih mempertimbangkan ini” sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Tampak beberapagaris guratan di wajahnya menandakaniatengah berpikir keras.“Apa yang engkau pikirkan wahai Suamiku?” Ratu dengan lembutnya bertanya lagi. Sepertinya masih ada sesuatu pikiran yang mengganjal di kepalanya.“Jujur aku sungguh ingin menjalin hubungan keluarga dengan Kerajaan Flambuana. Namun masalahnya pastilah nanti putri kita yang akan di boyong kesana. Sedangkan kita sedang memerlukan seseorang yang dapatmenggantikan posisiku. Sampai kini kabar putra kita pun belum diketahui. Masih hidup atau tidak pun tidak ada yang mengetahuinya”raut wajahnya kini

  • Cermin Malapetaka   Tamu Istana (Lamaran kerajaan Flambuana)

    “Paduka, hamba izin menghadap”“Siap, silahkan. Ada berita apa gerangan?”“Terima kasih paduka. Barusan utusan dari Kerajaan Flambuana datang kemari. Ia membawa surat untuk baginda raja. Ini hampa serahkan surat tersebut kepada paduka” Ajudan memberikan gulungan kertas tersebut kepada Rajanya. Raja menerima gulungan tersebut dengan segera.Sang Ajudan segera pergi. Putri Aleta yang melihat ajudan keluar dari ruang utama istana segera memasuki ruang utama. Ia penasaran ada berita apa gerangan. Pastilah ada hal penting hingga ajudan menemui ayahanda.Putri Aleta memasuki ruang utama dan duduk disebelah ibunya.“Ibu, ada kabar apakah barusan sehingga ajudan menghadap ayah?” Putri Aleta sangat penasaran hingga memberanikan diri untuk bertanya.“Tunggulah informasi dari ayah. Kita tunggu ayah membacanya” Jawab ratu dengan tersenyum pada putrinya.Sang Ratu j

  • Cermin Malapetaka   Putri Aleta Izin Menikah

    Kini putri Aleta telah beranjak dewasa. Aleta adalah seorang putri yang patuh. Ia tumbuh menjadi gadis yang sangat menawan dan berhasil memukau banyak lelaki keturunan kerajaan. Kecantikannya memang luar biasa. Mungkin bisa dikatakan, ia lah putri yang paling cantik di antara putri putri kerajaan yang lain. Wajar saja jika ketika acara pertemuan antar kerajaan dan kerajaan Niswa menjadi tuan rumah, semua mata putra kerajaan yang hadir selalu memandang Putri Aleta. Mereka tak bisa mengalihkan pandangannya dari Putri Aleta karena pesona dan kecantikkannya itu. Bahkan kerajaan Bahara pun menjadi musuh kerajaan Niswa dengan sebab dendam atas kematian putra mahkota yang kala itu ingin mempersunting Putri Aleta. Kala itu Putri Aleta masih sangat belia sehingga Raja menolak lamaran dari putra kerajaan Bahara.Putra kerajaan Bahara sungguh tergila-gila dengan Putri Aleta. Karena frustasi lamarannya di tolak, putra Kerajaan Bahara pun menewaskan dirinya sendiri. Dan inilah menjadi seb

  • Cermin Malapetaka   Luka yang Belum Sembuh

    Ternyata dayang istana yang membawa pergi bayi pangeran ketika peperangan tinggal di rumah Pak Beni dan istrinya. Rumah sederhana yang begitu tertata. Tampak dayang istana masih terbaring lemas.“Maaf, saya merepotkan kalian” tiba-tiba dayang istana membuka matanya setelah koma selama tiga hari.“Tidak sama sekali wahai utusan istana” suara lembut bu Ratna istri pak Beni yang tengah duduk di samping dayang istana. Sudah turun temurun, semua orang yang berkaitan dengan istana pasti akan dihormat walau hanya seorang pembersih kebun. Itulah hal istimewa yang didapatkan dari semua orang yang berhubungan dengan istana. Mereka memiliki pangkat dan dihormati oleh warga sekitar. Bahkan bangsawan pun ikut menghormatinya.“Di mana supir delman?” sambil melihat sekeliling. Berharap sang supir juga ada ditempat yang sama dengannya.“Mohon maaf, dia telah tiada. Lukanya cukup parah. Nyawanya tida

DMCA.com Protection Status