Share

Bab 5

Author: Lin shi
last update Last Updated: 2024-12-04 20:53:01

"Din, aku serius ingin kau menjahit baju untukku," kata Alma, menyinggung kembali mengenai permintaannya.

"Kalau hasil jahitanku tidak sesuai dengan ekspektasimu, jangan marah," kata Dina dengan penuh kehati-hatian, ingin memastikan bahwa Alma tidak akan kecewa.

"Aku percaya dengan tanganmu, Din. Tunggu," ucap Alma. Dia kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan mode pakaian yang diinginkannya.

"Nih, lihat," ujarnya sambil memberikan ponselnya pada Dina.

Dina melihatnya dengan serius, "Bahannya sama seperti ini?" tanya Dina, ingin memastikan detail tentang desain yang diinginkan oleh Alma.

"Sedikit mirip. Aku punya bahan yang sudah lama diberikan kakakku. Bagaimana? Kau pasti bisa," kata Alma dengan antusias.

Dina masih dengan tatapan serius melihat mode pakaian yang diinginkan oleh Alma.

"Baiklah, akan aku coba," ucap Dina dengan tekad, menerima tantangan dengan senang hati.

"Terimakasih, Din! Kau pasti bisa," kata Alma dengan gembira, percaya sepenuhnya pada kemampuan Dina.

Keduanya kemudian menceritakan mengenai teman-teman mereka yang sudah punya kehidupan masing-masing, sehingga hari mendekati sore hari.

"Sudah sore," kata Alma, karena keasikan ngobrol, keduanya sampai lupa waktu.

"Kita tidak pernah bertemu sejak kita lulus SMA, wajar kita asyik mengobrol sampai lupa waktu," tutur Dina, merasa senang dengan kebersamaan tersebut.

"Lusa aku datang dengan membawa kain bakal bajunya," kata Alma, memberi kabar akan kunjungannya selanjutnya.

"Baiklah," kata Dina. 

Mereka berdua beriringan melangkah menuju pintu keluar. Di depan pintu, Alma membalikkan tubuhnya ke arah Dina, melihat Dina dengan serius.

"Din, kau bahagia?" Tanya Alma penuh perhatian.

"Kenapa kau menanyakan itu?" Tanya Dina, merasa sedikit terkejut dengan pertanyaan Alma.

"Ingin tahu apakah Mas Danang baik padamu," Tanya Alma, menunjukkan kepeduliannya.

"Dia baik," jawab Dina dengan tegas.

"Serius, kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku, kan?" Tanya Alma dengan ekspresi serius.

"Tidak, Alma, aku baik-baik saja."

"Oke, jika kau tidak ingin bercerita padaku. Tapi Din, aku melihat perubahan pada dirimu. Kau tidak seperti yang dulu, selalu ceria," kata Alma dengan penuh perhatian.

"Biasalah, setelah menikah, banyak yang harus kupikirkan," ucap Dina dengan lembut.

"Oke, jika kau ingin bercerita apapun, aku bisa menjadi pendengarmu yang baik," kata Alma dengan tulus, menawarkan dukungan dan pendengaran kepada Dina.

"Terimakasih," ucap Dina.

Kemudian Alma pergi meninggalkan rumah Dina dengan diiringi tatapan mata Dina.

Dina merasa terkejut, "Ih, sudah mau pukul 5.00, aku belum masak untuk makan malam," gumamnya. Tanpa ragu, Dina langsung menuju ke dapur dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan dia olah untuk menu makan malam.

Setengah jam kemudian, Dina selesai menyediakan makan malam dengan penuh semangat. Setelah meletakkan hidangan di atas meja, Dina menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya dan bersiap-siap untuk menunggu kepulangan Danang.

Selesai mandi, Dina melangkah keluar dari dalam kamar mandi dengan melilitkan handuk untuk menutupi tubuhnya. Karena dia lupa membawa baju ganti, Dina berjalan ke lemari, berpikir, "Pakai baju apa aku hari ini ya? Hah, jangan baju tidur ini lagi, nanti Mas Danang marah," gumam Dina dalam hati. Lalu, ia memutuskan untuk mengambil baju berupa kaos dan rok selutut untuk dikenakannya.

"Ini aja," ucap Dina, lalu membawanya kembali ke dalam kamar mandi. Tidak lama kemudian, Dina keluar dari dalam kamar mandi, menyisir rambutnya dan memberikan wewangian pada tubuhnya. Tak lupa, ia juga mengaplikasikan bedak tipis dan lipstik di bibirnya.

"Sudahlah, begini saja. Nanti Mas Danang heran melihat aku berdandan menyambut kepulangannya," kata Dina dalam hati, sambil menyelesaikan persiapan penampilannya. Dengan hati gembira dan senyum yang merekah, Dina siap menyambut kepulangan Mas Danang dengan penuh semangat.

Dina keluar dari dalam kamar, lalu melangkah menuju dapur untuk menyiapkan teh hangat yang selalu disediakannya untuk Danang. Setelah jadi, Dina meninggalkan dapur dan duduk di ruang tamu, menunggu kedatangan Danang.

Saat menunggu sang suami, Danang, Dina mengambil waktu untuk melihat kembali desain pakaian yang diinginkan Alma untuk dia jahit. Dina memperhatikan dengan teliti setiap detail desainnya, memikirkan cara terbaik untuk merealisasikan permintaan temannya dengan sempurna.

Dalam suasana yang tenang dan hangat, Dina memikirkan pakaian milik Alma yang akan di jahit, merupakan tantangan, karena ia tidak pernah menjahit baju untuk orang kenakan, dan ia berharap bisa memberikan hasil terbaik untuk Alma. Sambil menunggu Danang pulang, Dina merencanakan langkah selanjutnya dalam menciptakan gaun impian Alma.Dengan fokus dan kehati-hatian, Dina menggunakan waktu menunggu Danang untuk merenungkan dan merencanakan proyek menjahit gaun yang diinginkan oleh Alma, menciptakan suasana kreatif dan penuh semangat dalam rumah.

Dina mulai menggoreskan pena pada buku gambarnya, memulai langkah pertama dalam membuat pola desain baju milik Alma. Dengan perhatian dan serius, Dina fokus pada detail-desain yang sesuai dengan keinginan Alma. Setiap garis yang digambarnya memperlihatkan ketelitian dan keahlian Dina dalam menciptakan pola yang bernilai seni.

Waktu berlalu tanpa disadari, Dina tenggelam dalam kreativitasnya, menciptakan pola dengan penuh semangat dan tekad untuk memberikan yang terbaik untuk temannya. Suara pena yang meluncur di atas kertas menjadi melodi yang menenangkan bagi Dina, menggambarkan proses kreatif yang mengalir dengan lancar.

Dalam keheningan dan ketenangan ruang kerjanya, Dina melanjutkan perjalanan menuju penyelesaian pola desain baju untuk Alma, menunjukkan dedikasi dan bakat seninya dalam menciptakan karya yang istimewa.Dengan ketekunan dan fokusnya, Dina menggarap pola desain baju dengan sepenuh hati, menciptakan karya yang penuh dengan cinta dan keterampilan untuk memenuhi harapan Alma.

Setelah selesai menggambar, Dina melihat hasil pola desain dengan tersenyum puas, "Lumayan."

"Ternyata, tidak begitu sulit," gumam Dina kepada dirinya sendiri, merasa senang dengan karyanya yang selesai. Dina merasa bangga atas kemampuannya untuk menciptakan sebuah pola desain baju yang sesuai dengan harapan Alma.

Setelah mengamati dengan tersenyum puas, Dina memutuskan untuk mengevaluasi lebih detail pola desain yang telah digambar. Dengan teliti, ia memeriksa setiap garis dan sudut untuk memastikan keakuratan dan kesesuaian dengan ukuran yang diperlukan. Dina memperhatikan setiap detail kecil agar nantinya gaun yang dijahitkan akan pas dan sesuai dengan harapan Alma.

Saat ia melihat kembali pola desain, inspirasi kreatif mulai mengalir kembali. Dina mulai memikirkan tambahan detail yang bisa membuat gaun lebih istimewa, seperti hiasan renda atau aksen unik yang dapat menonjolkan desain secara keseluruhan. Langkah ini memperkaya konsep awal dan memberikan sentuhan pribadi dalam karya seninya.

Dengan tambahan detail yang dipikirkannya, Dina merasa semakin termotivasi dan antusias untuk mulai proses menjahit. Dia yakin bahwa dengan sentuhan ekstra ini, gaun yang akan dihasilkan tidak hanya akan memenuhi harapan Alma, tetapi juga akan menjadi karya yang istimewa dan memukau.Dina, dengan penuh teliti dan kreativitasnya, menjelajahi setiap detail pola desain dengan hati-hati, menambahkan sentuhan personal dan tambahan detail yang memperkaya konsep awal.

"Semoga Alma suka dengan desain baju ini."

Dengan perasaan puas atas karyanya, Dina mulai merencanakan langkah selanjutnya dalam proses menjahit gaun untuk Alma. Dia siap untuk menghadapi tantangan dan ekspresi kreatif dalam mewujudkan desain yang telah dia ciptakan.Dengan kepuasan dan keyakinan atas hasil karyanya, Dina siap melanjutkan perjalanan dalam proses menjahit gaun, memadukan keahlian dan kreativitasnya untuk menciptakan gaun impian bagi Alma.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 6

    Dina merasa asyik dengan menggambar desain baju hingga lupa akan waktu. Ketika akhirnya menyadari, punggungnya terasa letih, Dina memperbaiki posisi tubuhnya dan menggerakkan leher serta pundaknya. Ketika pandangannya menatap keluar jendela, ia menyadari bahwa hari telah mulai gelap."Sudah malam," gumamnya, merenungkan keadaan sekitar. Kecemasan perlahan merayap saat ia menyadari bahwa Mas Danang belum juga pulang. Dina bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu, namun tidak melihat kendaraan roda dua milik Danang berada di teras."Sudah setengah delapan, ke mana Mas Danang? Apa lembur? Kenapa Mas Danang tidak kasih kabar, kalau lembur? Biasanya Mas Danang selalu memberitahukan," pikir Dina dengan khawatir. Perasaan gelisah mulai merayap di dalam hatinya, memunculkan pertanyaan besar tentang keberadaan dan keadaan sang suami, Danang.Dina, dengan perasaan cemas dan gelisah, menyadari keterlambatan sang suami, Danang dan mulai bertanya-tanya tentang alasan di balik keterlam

    Last Updated : 2024-12-04
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 7

    Dina tetap terdiam dalam kamar, memilih untuk tidak menjawab panggilan Danang yang dilakukan dengan lembut di luar pintu. Meskipun ia bisa mendengar suara-suara dari sisi lain pintu, hati dan pikirannya terasa terkunci dalam kesedihan dan rasa kekecewaan yang mendalam.Dalam keheningan kamar yang sunyi, Dina menutup mulutnya dengan rapat, menahan kata-kata yang ingin diucapkannya. "Maaf, Mas, aku kecewa denganmu," bisiknya dalam hati, tanpa mendengar alasan dari Danang mengapa ia ditinggalkan tidur di luar ruangan.Tanpa memahami sepenuhnya alasan di balik tindakan Danang, Dina merasakan kekecewaan dan kesedihan yang menyelimuti hatinya. Dia merasa terluka dan ditinggalkan tanpa penjelasan yang memadai, dan biarkan perasaan tersebut menjadi bayangan yang mengganggu atau memberi tekanan pada hubungan mereka.Dina kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, air matanya mengalir tanpa henti. Dengan tangan yang gemetar, ia mengusap air mata tersebut dengan kasar, mencoba menahan emo

    Last Updated : 2025-01-13
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 8

    "Yoga ingin mengajakku bertemu, bagaimana ini ? Aku sudah janji dengan Dina," gumam Danang. Rasa kebingungan mencengkram hatinya, karena ia sudah berjanji kepada Dina untuk menghabiskan waktu bersama."Oh ya, pagi ini aku bertemu dengan Yoga. Sore aku akan pergi dengan Dina," ucap Danang dengan suara tegas, membuat keputusan yang sulit namun penting. Tidak ingin mengecewakan Dina, Danang berkomitmen untuk tetap memenuhi janjinya kepada istri tercintanya.Dina kemudian keluar dari kamar mandi, rambutnya yang sedikit basah disisirnya asal dan wajahnya diberi sedikit bedak. Dengan tampilan segar, dia bergabung di meja makan bersama Danang. Dina kemudian mengambilkan nasi untuk sang suami dengan mulut tertutup rapat, menunjukkan kepedulian dan kasih sayangnya kepada sang suami, walaupun hatinya sedang sedih.Tanpa bicara, Dina mulai menyuap nasi ke dalam mulutnya dan Danang dengan perlahan. Suasana di meja makan terasa hening, hingga tiba-tiba Danang menghentikan makannya dan berbicara ke

    Last Updated : 2025-01-14
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 9

    Dina merasa kecewa dan sedih saat membaca pesan dari Danang yang memberitahukan bahwa ia tidak bisa pergi sore karena ada keperluan mendadak dengan temannya. Rasa kecewa dan kerinduan yang terpendam mulai menguasai hati Dina. "Bukan sekali ini kau ingkari janjimu, Mas. Aku seharusnya jangan terlalu berharap dengan janjimu, Mas," batin Dina sambil merenungkan secara dalam.Alma, yang peka terhadap perubahan wajah Dina, memilih untuk tetap diam. Dia merasa bahwa Dina perlu ruang dan waktu untuk mengekspresikan perasaannya sendiri. Bercermin pada persahabatan mereka yang kuat, Alma memilih untuk memberikan dukungan dan keberanian kepada Dina untuk berbagi dengan sukarela jika ia merasa perlu.Sampai di mall, Alma membawa Dina untuk berbelanja baju. "Ini bagus untukmu, Din. Ini juga bagus, Din," ucap Alma dengan antusias sambil menunjukkan beberapa pilihan baju yang menurutnya bagus. Dina menatap baju-baju tersebut dengan ragu. "Ah tidak, aku tidak suka, Alma," kata Dina menolak apa yang

    Last Updated : 2025-01-14
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 10

    "Keluar Din.""Tidak, aku tidak mau keluar. Aku malu !" Kata Dina tegas."Baiklah," Alma membiarkan Dina berdiri di depan pintu kamar ganti. Dia menatap pakaian yang dikenakan Dina dengan seksama. Alma memicingkan matanya dan keningnya berkerut."Jelek kan bajunya di tubuhku ?" Tanya Dina dengan perasaan tidak nyaman, "Bagus kok," jawab Alma sambil melihat dengan seksama pakaian yang dikenakan oleh Dina."Bohong !" Kata Dina."Kau bohong, Alma? Lihatlah," kata Dina sambil menunggingkan bokongnya dan menunjukkan, "Terlihat pakaian dalamku."Alma tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha ha ha, baguslah, bagus," ucap Alma, menganggap candaan Dina sebagai kesempatan untuk mencairkan suasana."Bagus, apaan? Kau suruh aku pamer aurat," kata Dina dengan nada sedikit tajam membalas perkataan Alma."Ha ha ha, kau tidak suka?" tanya Alma."Iya, aku tidak suka. Aku tidak nyaman kalau harus memakai baju yang pendek seperti begini," kata Dina dengan tegas."Baiklah, tunggu sebentar ya," kata Alma, lalu d

    Last Updated : 2025-01-15
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 11

    Lalu, keduanya menuju ke gedung bioskop untuk menonton film. Sampai di sana, tiba-tiba Dina menarik Alma untuk bersembunyi di balik pot besar yang ditumbuhi oleh bunga yang rimbun."Ada apa, Din?" tanya Alma dengan heran saat mereka bersembunyi di belakang pot besar.Dina tidak menjawab pertanyaan Alma. Dia merenung dan menatap ke arah depan dari balik rimbunan bunga, wajahnya terlihat sedih."Dina, ada apa?" tanya Alma penasaran, karena melihat kegelisahan dari ekspresi Dina yang terlihat sedih.Alma menggoncang tubuh Dina sambil berkata, "Dina, ada apa? Katakan." Alma mencoba membuat Dina merespon pertanyaannya."Mas, mas, Mas Danang," kata Dina dengan suara yang lirih dan bergetar, mencoba mengungkapkan sesuatu yang membuatnya sedih."Mas Danang, Mas Danang, suamimu," tanya Alma. Dina menganggukkan kepalanya sambil tetap melihat ke arah di mana Danang terlihat."Mana, mana, yang mana, Din?" tanya Alma dengan penasaran."Tuh," kata Dina."Yang mana ? Banyak manusia di situ," kata Al

    Last Updated : 2025-01-20
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 12

    Hati Dina semakin sakit ketika melihat tangan Danang merapikan rambut panjang wanita yang berdiri di sampingnya sambil tersenyum. "Alma, ayo kita pergi," kata Dina, suaranya penuh dengan keputusan yang tegas."Kenapa? Kita tidak nonton?" Tanya Alma."Tidak, aku tidak minat untuk nonton lagi," balas Dina dengan mantap pada Alma. "Kita harus melabrak suamimu. Jangan diam-diam saja," kata Alma."Biar perempuan itu tahu, Danang itu suamimu ," kata Alma.Dina tidak merespons apa yang dikatakan oleh Alma, dia menundukkan kepalanya."Dina, ayolah," pinta Alma lagi, berharap agar Dina menghampiri Danang.Namun, Dina tidak merespons ajakan Alma. "Aku tidak mau, ayo kita pulang," kata Dina dengan suara penuh ketegasan.Tanpa ragu, Dina bergegas turun dari gedung bioskop, meninggalkan kebingungan dan rasa sakit yang memenuhi hatinya. "Din!" seru Alma sambil mengejar sang sahabat yang sudah lebih dahulu pergi dari gedung bioskop."Harusnya, kau jangan pergi. Temui suamimu, tanyakan apa hubungan

    Last Updated : 2025-01-21
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 13

    "Bunda," ucapnya sambil terdengar sedikit gemetar. "Kenapa bunda meneleponku malam begini?" Kata Dina dalam hati, Dina kemudian mengusap air matanya dan mengangkat teleponnya. "Assalamualaikum, Bunda. Apa kabar, Bunda?" kata Dina dengan suara yang pura-pura ceria."Din, Bunda ingin memberitahukan, Ayah sakit," ujar Bunda dengan nada cemas."Ayah sakit? Kenapa, Bun? Ayah sakit apa, Bun?" kata Dina yang tidak bisa mengontrol apa yang ingin dikatakannya, karena panik mendengar ayahnya sakit."Tiba-tiba Ayah pingsan di kamar mandi tadi," kata Bundanya dengan suara yang khawatir. "Ayah berada di rumah sakit sekarang, belum sadarkan diri," lanjutnya.Dina terkejut dan terpaku sejenak, lalu dengan cepat berkata, "Dina akan pulang, Dina akan pulang sekarang, Bun." Tidak lama setelah itu, Dina memutuskan sambungan telepon dan bergegas untuk mempersiapkan apa yang akan dibawanya untuk pulang. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia langsung menyambar tasnya dan memasukkan pakaiannya dengan serampangan d

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 94

    Sampai di rumah, suasana di antara mereka masih dipenuhi keheningan. Sinta tetap bungkam sejak meninggalkan pantai, dan ekspresi wajahnya jelas menunjukkan kekesalan yang tak bisa disembunyikan. Danang sudah berusaha mengajaknya bicara selama perjalanan, tetapi Sinta tetap menutup rapat mulutnya.Setelah Sinta turun dari motor, Danang segera memanggilnya dengan suara penuh rasa bersalah. "Maaf, Sayang," ucapnya pelan, tetapi Sinta tidak merespons dan langsung berjalan menuju pintu gerbang rumahnya."Sinta!!" Danang menarik tangan Sinta dengan cepat, membuat langkahnya terhenti di depan pagar. Sinta menoleh dengan tatapan marah, menghentakkan tangannya dari genggaman Danang."Mas! Aku malu! Kenapa Mas melakukan itu di tempat umum?!" serunya dengan nada penuh emosi, air mata mulai menggenang di matanya.Danang menundukkan kepala, merasa bersalah. "Maaf, aku salah. Aku nggak kepikira

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 93

    Dinda keluar dari kamar dan melangkah perlahan menuju ruang keluarga, tempat Mamanya, Endang, sedang duduk santai di sofa dengan segelas teh hangat di tangannya. Televisi menyala, menampilkan acara favoritnya, drama favoritnya di salah satu televisi swasta. Dinda berdiri sejenak di ambang pintu, seolah mengumpulkan keberanian sebelum melangkah masuk."Mama," panggil Dinda pelan sambil mendekat dan duduk di sebelah Mamanya. Suaranya terdengar sedikit ragu, membuat Endang meliriknya dengan alis sedikit terangkat."Ada apa, Din? Kok tiba-tiba manggil Mama seperti itu? Mau minta sesuatu, ya?" tanya Endang setengah bercanda, sambil menyeruput tehnya.Dinda tersenyum kecil, tetapi kemudian menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara. "Ma, kalau ada orang yang Mama kenal… terus dia terlihat bersama pria lain yang bukan suaminya, tapi kelihatan sangat mesra… apa yang Mama akan lakukan?" tanya

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 92

    Dina perlahan menurunkan ponselnya ke atas pahanya, tangannya gemetar dan wajahnya pucat. Tatapannya kosong, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. "Al... ini... ini..." katanya dengan suara bergetar, memandang Alma dengan mata yang mulai berkaca-kaca.Melihat sahabatnya begitu terpukul, Alma langsung mengambil ponsel dari tangan Dina. "Coba sini, Din. Biar aku lihat," katanya cepat. Ia menatap layar ponsel itu, dan detik berikutnya matanya membelalak. Alma spontan berseru lantang, nyaris berteriak, "Sudah gila suamimu, Din! Terang-terangan dia main hati! Dia pikir dia siapa?!"Dina mengusap wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menenangkan diri, meski jelas emosinya bercampur aduk. "Semakin cepat aku ingin lepas darinya," ucap Dina lirih, suaranya sarat dengan kekecewaan dan kepedihan."Iya! Kau harus gugat cerai dia, Din! Laki-laki model begitu nggak pantas dipertahankan

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 91

    Dinda masuk ke kamarnya sambil memegang kartu SIM baru yang baru saja ia beli. Ia membuka ponselnya, mengganti kartu SIM dengan hati-hati, dan memastikan nomor barunya aktif. Setelah beberapa detik, notifikasi dari operator muncul, menandakan nomor tersebut telah siap digunakan."Hm, sekarang semuanya sudah siap. Tinggal kirim videonya ke Kak Dina," gumam Dinda sambil menarik napas panjang, ekspresinya terlihat tegang. Ia membuka galeri dan melihat video Danang dengan wanita yang tidak dikenalnya, lalu mulai mulai mengetik. Dia menuliskan 'Suamimu main gila'.Namun, ia berhenti sejenak, menatap layar ponselnya dengan ragu. "Apa Kak Dina sanggup menerima ini ? Tapi kalau aku nggak kirim, dia nggak akan tahu kelakuan Mas Danang di luar sana," ujar Dinda, berbicara dengan dirinya sendiri.Ia menggigit bibirnya, kemudian menguatkan hati. "Nggak, aku harus kirim. Kak Dina berhak tahu kebenarannya!"

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 90

    "Kena kau!!" seru Dinda dalam hati, amarahnya membuncah hingga wajahnya memerah. Tangannya gemetar saat ia terus merekam kemesraan Danang dan Sinta dari dalam taksi. Matanya tidak lepas dari layar ponselnya, memastikan setiap detik momen itu terekam dengan jelas."Kau selingkuh, Mas! Aku tidak akan tinggal diam. Kak Dina harus tahu!" ucap Dinda dengan suara keras, penuh emosi. Perkataannya menggema di dalam taksi, membuat sang sopir melirik ke arah kaca spion dengan rasa penasaran."Aku tidak akan membela Mas Danang. Walaupun dia saudaraku, aku tidak bisa diam melihat ini!" lanjut Dinda, suaranya penuh tekad. Wajahnya memancarkan kemarahan, sementara jemarinya sibuk mengetik pesan di ponselnya, bersiap untuk mengirimkan video itu kepada Dina.Namun, ketika ia hendak menekan tombol kirim, Dinda berhenti sejenak. Pikirannya diliputi keraguan. "Tidak... kalau aku langsung mengirim video ini

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 89

    "Bunda, bau semur jengkolnya harum banget sampai kecium di depan rumah," seru Deni sambil masuk ke dapur dengan langkah santai. Di tangannya ada kantong plastik berisi keripik singkong dan talas yang ia beli di pasar untuk bekal ke kota. Ia meletakkan bungkusan itu di atas meja, lalu menarik kursi untuk duduk.Bundanya menoleh dari cobek yang sedang ia gunakan untuk menghaluskan bumbu, lalu tersenyum kecil. "Masa sih, Den? Bunda biasa saja masaknya," jawabnya, meskipun senyumnya menunjukkan ia cukup senang mendengar pujian Deni."Iya, Bunda, serius! Harumnya enak banget," sahut Deni dengan nada meyakinkan. "Nggak salah kalau semur jengkol buatan Bunda dibilang terenak di kampung ini," tambahnya sambil terkekeh, mencoba menggoda bundanya.Bundanya tertawa kecil, lalu menggelengkan kepala. "Kamu ini suka banget muji setinggi langit. Jadi, ada nggak kripiknya?" tanyanya, sambil melirik kantong pl

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 88

    "Lumayan," gumam Dina sambil menatap dapur kecil di ruko yang baru saja disewanya untuk memulai usaha. Matanya mengamati setiap sudut dengan seksama—kompor sederhana yang ia beli dari tabungannya, rak kecil tempat menyimpan beberapa peralatan dapur, dan kulkas kecil yang mulai terisi bahan-bahan untuk masakan. Meski sederhana, ruangan ini terasa seperti langkah awal menuju impian besarnya.Ia menghela napas panjang, melepaskan sedikit lelah setelah seharian membereskan ruko itu. Di sudut ruangan, sebuah tikar mungil terbentang, tempat ia sekarang duduk. Tikar itu baru saja ia beli di pasar dekat rumah, menjadi pengganti sementara karena ia belum mampu membeli kursi makan.Dina meraih segelas teh hangat yang ia letakkan di sebelahnya, menyesap perlahan sambil memandang ruangan itu lagi. "Ini baru permulaan," katanya dalam hati, mencoba menguatkan diri. Ia membayangkan ruko ini kelak menjadi tempat yang ramai, penuh p

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 87

    Danang menggeleng dengan senyum yang lebih lebar. Ia menatap Sinta dengan mata yang penuh perasaan, seolah kata-katanya keluar dari lubuk hatinya. "Cuma ada satu, Sin. Kamu. Kamu satu-satunya yang bisa bikin hati ini berdebar kayak gini," ucapnya dengan nada tulus, tatapannya tak berpaling dari wajah Sinta.Sinta tertawa kecil, suaranya terdengar bercampur rasa kaget dan bahagia. "Mas ini bisa aja. Awas ya, jangan bohong!" katanya sambil menunjuk Danang dengan ekspresi menggemaskan. Ia menatap pria di depannya dengan rasa penasaran yang tidak bisa disembunyikan. "Mas ngomongnya sweet banget, sih. Tapi aku masih penasaran. Serius, Mas suka sama aku se-segitu dalamnya?" tanyanya dengan nada bercanda, meski matanya terlihat menunggu jawaban yang tulus.Danang tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. "Aku serius, Sin. Aku nggak main-main," katanya dengan nada tenang tapi penuh arti. Ia menarik napas sebelum melanjutkan. "Kamu adalah satu-satunya

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 86

    Danang tersentak dari lamunannya. Matanya berbinar saat menatap Sinta, sebuah senyuman kecil muncul di wajahnya. Ia menggaruk pipinya yang mulai berkeringat, lalu berkata dengan nada jujur, meski suaranya terdengar sedikit serak, "Aku suka menatap wajah cantikmu, Sinta."Sinta langsung tersipu mendengar kata-kata Danang. Pipinya memerah seperti buah delima yang ranum. Dengan gerakan pelan, ia mengelus pipinya menggunakan jari-jari lentiknya. "Mas ini bisa saja. Siapa bilang aku cantik? Itu kan cuma Mas yang bilang," balasnya dengan suara lembut sambil menundukkan pandangan, jelas tergambar rasa malunya.Danang tersenyum simpul, pandangannya tetap tertuju pada Sinta. "Ya, aku bilang kamu cantik," ucapnya tegas, meski ia menundukkan kepala sedikit, menyembunyikan kegugupannya. Tangannya perlahan menyentuh gelas di depannya, memainkan ujung-ujungnya, seolah mencari sesuatu untuk menenangkan dirinya.Sinta tertawa kecil, sua

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status