Ara membuka matanya ketika hawa dingin menerpa kakinya. Ara mengernyitkan keningnya karena merasa terganggu hawa dingin tersebut.
Secara refleks Ara menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Tetapi ketika merasakan jika tubuhnya polosnya tergeser dengan selimut Ara langsung membuka matanya.Keterkejutan seakan-akan menyadarkannya saat ini.Suasana yang sangat asing yang dilihatnya langsung membuat Ara mendudukkan tubuhnya. Dengan cekatan Ara menahan selimut yang melorot menunjukkan tubuh telanjangnya.Ara mengalihkan pandangan mata dan terfokus pada kasur sampingnya.Seorang pria asing berada di samping hanya dengan celana pendek super ketatnya. Terlihat tidur dengan lelap dengan pose layaknya Seorang model telanjang.Otak Ara langsung memproses semuanya dan tentu saja Ara bukanlah gadis bodoh yang tidak tau apa yang baru saja dilakukannya.Tidak ada pikiran positif ketika menemukan tubuhnya telanjang dengan pria yang tidur di sampingnya.Bahkan jawaban Positif saja tidak ada di pikiran Ara saat ini. Ara menyibak selimut dan menemukan sebuah tanda yang membuat hatinya semakin mencelos. Darah.Ara menepuk kepalanya beberapa kali dan menyumpah serapah memaki dirinya sendiri.Ara mencari jam dan tak menemukan apa yang dicarinya. Pandangan yang dilihat saat ini hanya pakaian yang tergelatak di lantai.Bahkan tas dan juga ponselnya berakhir naas di lantai dingin. Ara menghela nafas dan memilih beranjak.Ara berusaha turun dari ranjang dengan perlahan dengan membawa selimut di badannya. Sesekali Ara menoleh kebelakang ketika mengambil bajunya.Memastikan jika pria itu tidak bangun sama sekali. Wajah pria itu sangat asing baginya dan bahkan seperti Ara tidak ingat jika berbicara dengan pria itu saat di ClubYa pastinya mereka bertemu di Club kemarin sebelum berakhir di ranjang berdua seperti ini.Ara segera mengenakan bajunya dan mengambil tas dengan barang-barangnya secara cepat. Ara menendang celana bahan yang menyangkut di sepatunya dengan kesal.Tak lupa Ara juga mengacungkan jari tengahnya pada celana itu sebelum berbalik memilih keluar dari kamar hotel yang menampungnya semalam.Dibukanya ponsel yang menampilkan pukul 9 pagi. Tidak ada pesan ataupun telfon dari teman-temannya. Bagaimana bisa mereka tidak mencarinya selama Ara menghilang semalaman.Namun gambar pesawat di ujung ponselnya menjawab segala pertanyaan Ara. Ara mengumpat pelan dan segera mengaktifkan ponselnya sambil menunggu pintu lift terbuka.Dentingan lift bersamaan dengan puluhan pesan masuk ke dalam ponselnya. Tentu saja semua pesan dari teman-temannyaAra menekan kontak nama Clark dan deringan pertama temannya itu langsung mengangkatnya. Bahkan Ara juga mendengar helaan nafas lega dari seberang sana sebelum suaranya menyapa."Astaga! Kau darimana saja ? Kami mencarimu" Tanya Clark yang membuat Ara menghela nafas dan menekan tombol lantai lift."Ceritanya panjang. Kau dimana ?" Ucap Ara sambil berjalan keluar dari lift ketika pintu terbuka dan Lobby hotel super mewah langsung menyambutnyaTetapi ini bukan saatnya Ara mengagumi interior gedung ini. Saat ini yang penting adalah Ara kembali dan bertemu dengan teman-temannya."Bandara! Hari ini kita balik ke London. Kami masih menunggumu, kopermu sudah kubawa ke Bandara. Dua jam lagi kita berangkat, Ra" ucap Clark yang membuat Ara mengumpat sekali lagi.Entah berapa banyak dosa yang sudah dilakukannya dalam kurun waktu satu hari. Bahkan kata-kata mutiara yang jarang sekali keluar dari mulutnya sudah meluncur dengan mudah hari ini."Ok, aku langsung ke bandara saja" ucap Ara sambil keluar dari Lobby dan menatap sekitar.Suasana di sini masih cukup lenggang. Mungkin karena masih pagi dengan efek tahun baru yang baru saja mereka rasakan sekarang."Kau dimana ?" Tanya Clark yang terlihat gusar.Ara menoleh dan menatap sebuah patung yang sangat besar disampingnya. Ara mengernyitkan keningnya heran."Mesir ?" Gumam Ara dengan tololnya dan suara makian Clark terdengar.Demi tuhan! Di hadapannya saat ini bangunan ini berbentuk Piramida. Dengan patung ciri khas dari negara Mesir. Ara tidak mengarangnya."Kau gila ?" ucap Clark dan Ara menggelengkan kepalanya yang tentu saja temannya tidak akan melihatnya.Bagaimana bisa dirinya berakhir di tempat seperti ini. Di lihat dari segi manapun hotel ini bukanlah hotel harga murah. Kesan mewah terlihat jelas di bangunan hotel ini.Biarkan pria itu yang membayarnya. Ya pria sialan yang bisa-bisanya tidur dengannya tadi malam. Memang sial hidupnya."Oh kau sepertinya di Luxor hotel. Itu hotel terdekat dengan Club kemarin kata Dave" ucap Clark dan sebuah suara dari speaker terdengar samar-samar dari telfon di seberang sana."Kita bisa bicara nanti lagi. Sekarang panggil taksi dan ke bandara sebelum kau ketinggalan" *-*-*Ara mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi ruang kelas dan beberapa temannya langsung menatap kedatangannya.Mereka menatapnya seakan-akan Ara adalah manusia antah berantah yang muncul ke permukaan.Mungkin mereka sedang melihat wajah Ara yang memang terlihat pucat dari pagi. Menyebalkan sekali menjadi pusat perhatian semua orang."Apa ?" Ucap Ara saat Dave terlihat menggelengkan kepalanya."Kau baik-baik saja ?" Tanya Dave dan Ara menganggukkan kepalanya ragu.Dirinya sedang tidak baik. Selama semalaman penuh Ara merasa badannya tidak enak dan perutnya terus saja mual.Kemungkinan akibat kecapekan saja. Sepulangnya dari Las Vegas Ara langsung bekerja full time untuk menggantikan temannya.Hari-harinya super sibuk di penuhi dengan kuliah dan juga kerja. Beberapa kali Ara sering melupakan jam makannya sepertinya penyakit lambungnya kumat.Tetapi apakah semua temannya melihat perubahannya. Bahkan saat ini Clark terlihat memincingkan matanya menyelidik."Sepertinya kau kurang asupan. Bagaimana jika kita ke Club dan bersenang-senang" sahut Frank dan Ara memutar matanya.Temannya yang satu itu, sangat suka sekali menghambur-hamburkan uang. Tidak salah juga lagian Clark dan Frank dari keluarga kaya raya.Sikap Clark dan Frank sangat jauh berbeda. Walaupun mereka kembar Clark selalu saja tidak setuju dengan segala sifat Frank. Bahkan saat ini Clark sudah menoyor kepala Frank dengan keras. Temannya itu terlihat sebal menatap Clark yang dengan tega menganiayanya."Itu asupanmu!" Sindir Clark dan Frank hanya menjulurkan lidahnya mengejek saudara kembarnya itu.Suara tepuk tangan membuat semua orang menoleh dan menemukan Professor yang akan mengajar hari ini."Lanjut nanti di apartemen ya" ucap Dave dan semua orang mengangguk termasuk Ara.*-*-*Ara mendudukkan tubuhnya di sofa dengan menatap ponselnya yang menyala tanpa melakukan apapun. Sangat terlihat jika Ara sedang melamun dan memikirkan sesuatu.Hal itu tak luput dari pandangan mata Clark yang membuat perempuan yang awalnya sedang menjadi juri pertandingan Dave dan Frank memilih beranjak.Clark duduk di samping Ara yang membuat Ara menoleh dan menatapnya. Ara berusaha mengalihkan perhatian seakan dirinya sedang sibuk dengan ponselnya.Padahal Clark sendiri tau jika Ara jelas-jelas sedang melamun."Ada masalah apa sih ?" Bisik Clark yang membuat Ara menatapnya lama."Keknya gue hamil deh" jawab Ara yang membuat Clark melototkan matanya kaget."Seriusan ?" Ara menganggukkan kepalanya dan juga menggelengkan kepalanya dengan cepat."Gue nggak tau. Tapi tanda-tandanya begitu" ucap Ara dan Clark mengigit bibirnya.Clark adalah satu-satunya sahabat yang diceritakan Ara secara jelas apa yang terjadi di malam itu. Walaupun yang diingat Ara hanya pagi saat dirinya terbangun disamping pria itu.Bahkan pria yang tak diingat wajahnya oleh Ara saat ini. Ara berpikir jika tidak berguna juga mengingat-ingat wajah pria itu.Bukankah itu hanya kesalahan satu malam saja. Tidak perlu di ingat-ingat dan lagipula jarak Las Vegas dan London sangat jauh.Jika terjadi sesuatu dengan dirinya. Tentu saja Ara tidak mungkin mencari pria itu."Lo bilang lihat cairannya di perut Lo" ucap Clark lagi dan Ara menganggukkan kepalanya.Ara memang menemukan cairan yang ya kalian Taulah di atas perutnya saat dia memakai baju. Hal itu yang membuat Ara yakin jika semuanya akan baik-baik saja.Pria itu tidak membuangnya di dalam."Kita tidak tau itu ronde ke berapa" Sahutan Dave sukses membuat Ara dan juga Clark menoleh kaget.Tak menyangka jika dua laki-laki itu sudah berdiri di samping mereka berlagak seperti sedang mengamati sesuatu. Bahkan tangan Frank sudah berada di dagu terlihat berpikir.Ternyata sejak tadi Dave memilih untuk mematikan permainan mereka dan mengajak Frank untuk menguping.Dave melihat jika obrolan Clark dan Ara terlihat serius serta berusaha ditutupi. Mereka semakin penasaran apalagi dengan perubahan sikap Ara yang sangat berbeda daripada biasanya."Ya benar. Bisa saja itu ronde ke 1 atau 2 di dalam. Lalu Ronde ketiganya di luar. Pasti gol dong" ucap Frank sambil menaik turunkan alisnya menatap Dave.Hal itu tidak membuat Ara bukannya mereka lega tetapi semakin merasa down. Ara memegang keningnya dan memikirkan semuanya.Dave memilih beranjak pergi tanpa mengatakan apapun dengan kembali membawa tiga kardus kecil. Lalu menyodorkannya pada Ara."Coba nih testpack" ucap Dave yang membuat semua orang langsung menatapnya horor."Lo cek kehamilan ?" Tanya Clark yang membuat Dave mendengus."Punya pacar gue" ucap Dave yang membuat semua orang menganggukkan kepalanya paham."Kalau hamil beneran gimana ?" Bisik Ara yang membuat Dave memutar matanya jengah."Tenang ada kita" jawab Dave dan mata Ara langsung berkaca-kaca mendengar jawaban Dave yang sangat mantap.Ara mengambil ketiga kotak itu dan berjalan menuju toilet di apartemen Dave ini. Membuat ketiga temannya menunggu dengan hati yang sangat gelisah.Bahkan Frank terlihat mondar - mandir seperti seorang suami yang menunggu istrinya lahiran. Hal itu membuat Clark kesal dan Dave hanya menghela nafas melihat pertengkaran dua saudara itu.Hingga suara pintu terbuka membuat ketiga orang itu langsung berhenti dan menegakkan tubuh mereka. Siap mendengar jawaban apa yang akan disampaikan Ara.Ara yang hanya diam saja membuat Clark langsung memajukan badannya dan mengambil alih benda pipih di tangan Ara. Di lihatnya hasil tersebut yang membuat Clark melebarkan matanya.Tanpa mengatakan apapun Clark maju dan memeluk Ara yang sudah menangis. Tanpa kata-kata kedua teman pria nya itu tau hasil apa yang mereka dapat hari ini.*-*-*Ara melangkah kakinya menyusuri koridor universitasnya. Jam sudah menunjukkan pukul dua sore. Beberapa mahasiswa ataupun mahasiswi sudah beranjak pulang.Hal itu membuat suasana universitas nya terasa berbeda daripada biasanya. Sedangkan Ara harus mengambil sebuah buku di lokernya untuk materi tugas terbaru untuk besok. Setelah itu Ara harus segera kembali ke tempat kerjanya. Weekend supermarket biasanya ramai dan Cole tidak akan senang jika Ara ijin terlalu lamaJadi Ara harus segera bergegas dan belajar dengan giat. Beberapa bulan ke depan Ara sepertinya dirinya tidak akan sendiri lagi.Perutnya akan semakin membesar dan ada seseorang yang harus dihidupinya. Selama bertahun-tahun terakhir Ara hidup sebatang kara tanpa kehadiran keluarga. Kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Sedangkan Ara adalah anak tunggal yang di titipkan pada bibinya.Semenjak kehadiran Ara di dalam keluarga Bibinya. Keluarga mereka semakin tidak beraturan. Bukan masalah ekonomi.
Ara mendudukkan tubuhnya di salah satu bangku taman. Suasana begitu dingin di sini angin musim semi sudah mulai terasa. Seperti ingin membekukan tubuhnya yang hanya menggunakan sebuah kaos kebesaran.Dengan tangan yang terasa dingin Ara memegang perutnya. Mengusapnya sebentar dan kembali menatap langit yang terlihat mulai menggelap.Suasana kampusnya sudah sepi dan mungkin saja hanya dirinya yang berada di sini. Tetapi Ara memang sedang menikmati rasa kesepian dan kesendirian ini.Sudah selama seminggu ini Ara senang sekali menyendiri hal itu selalu membuat ketiga temannya merasa khawatir. Tetapi Ara selalu mengatakan dirinya baik-baik saja.Deringan ponsel Ara sukses mengalihkan perhatian Ara. Dengan cepat Ara merogoh tasnya dan menemukan ponselnya yang sudah berteriak-teriak ingin segera di angkat.Di sana nama Cole muncul. Ara langsung melihat jam di ponselnya dan mengerang pelan. Dia sudah terlambat lima belas menit. Bagaimana bisa Ara sampai lupa jika hari ini ada jadwal kerja."
"Kau mengingatku, Casabelle ?" Ucapan pria di depannya ini membuat Ara terkejut dan memundurkan beberapa langkahnya."Namaku Ara, bukan Casabelle" ucap Ara dan sebuah senyuman muncul di sudut bibir pria itu."Aratha Casabelle" sahut pria itu lagi yang membuat Ara meneguk ludahnya dengan susah payah."Apa maumu ?" Bisik Ara yang tentu saja diyakininya mampu di dengarkan oleh pria di depannya.Axton memasukkan ke dua tangannya ke dalam saku dan memperhatikan sekitar. Suasana begitu sepi dan hanya mereka berdua yang ada di sini.Apakah ini tempat dimana perempuan ini bekerja selama beberapa tahun terakhir ? Pekerjaannya membuat Axton tidak bisa langsung terbang menjemput Ara.Axton harus menunda keberangkatannya selama dua Minggu. Sebenarnya pekerjaannya hingga saat ini belum selesai. Tetapi anak buahnya baru mengabarkan jika Ara baru saja dikabarkan menghilang dari intaian anak buahnya. Mereka menduga jika Ara hanya di dalam rumah. Tetapi mereka salah ketika Ara datang bersama teman-t
Ara menatap pria dengan jas mahalnya itu melangkah masuk ke dalam kamar ini. Belva langsung membungkukkan badannya hormat dan melangkah mundur.Belva memilih untuk beranjak dan keluar dari kamar. Menyisakan Ara dan juga pria yang sama sekali tak diketahui namanya ini.Tetapi satu hal yang Ara tau jika pria di depannya ini adalah dalang yang membawanya kemari. Menculik dan mengurungnya tanpa sebab."Apa maumu ?" Ucap Ara dan pria itu memberikan senyuman kecilnya.Mood Ara untuk menyantap makanan itu langsung lenyap seketika. Pria ini sudah datang pasti karena tau jika Ara sudah bangun dan mungkin akan berulah."Cukup simpel, menikah dan lahirkan anakku dengan sehat" ucapan Axton sukses membuat Ara memegang perutnya."Bagaimana kau tau ?" Cicit Ara dan Axton hanya tersenyum kecil dan berjalan mendekati sofa tepat di seberang Ara.Suara langkah kaki pria itu menggema di lantai yang dingin dan kamar yang senyap ini. Hal itu mengingatkan Ara tentu kejadian kemarin malam ketika di super mar
"Calm down Axton. Aku hanya mampir sebentar" ucap pria di depan Ara yang semakin membuat Ara bingung bukan main.Axton ? Austin ? Siapa mereka ?Ara menyadari satu hal jika kedua pria ini memiliki wajah yang sama seperti. Bahkan Ara sama sekali tidak bisa membedakan mereka. Oh kecuali dari baju mereka.Satu berpakaian casual dan satunya lagi berpakai formal. Ara menatap pria berpakaian formal itu yang melangkah dengan cepat menghampirinya."Pergi dari kamarku sekarang!" sentak pria tersebut yang membuat Ara tersentak kaget. Bahkan pria di depannya itu langsung memucat dan menganggukkan kepalanya sebelum berlalu pergi."Axton?" Gumam Ara yang membuat Axton langsung menoleh dan menatap Ara."Kenapa ?" Jawab Axton dan Ara terlihat kagetJadi pria di depannya ini bernama Axton. Pria yang tidur dengannya. Oh sebentar siapa yang tidur dengannya malam itu."Kau atau dia yang tidur denganku ?" Pertanyaan bodoh Ara sukses membuat Axton memincingkan matanya marah."Kau bahkan tak bisa mengenali
"Apa kau yakin melakukan ini, Axton ?" Ucap Melly yang membuat Axton meliriknya dengan tatapan dingin.Mereka saat ini sedang berada di jet pribadi milik Axton yang sedang terbang menuju Las Vegas. Sudah terlalu lama Axton mengundur keberangkatan mereka.Perusahaannya tidak bisa di tinggalkan lebih lama lagi. Banyak pekerjaan yang menantinya. Lagian hasil sudah keluar dan mengatakan jika Ara baik-baik saja jika melakukan penerbangan.Austin sudah kembali ke Las Vegas dua hari yang lalu. Melly yang memang sedang disewa oleh Axton mau tidak mau harus tetap tinggal."Kau kusewa bukan untuk berkomentar" ucap Axton tajam yang membuat Melly memutar matanya.Melly cukup mengenal bagaimana prilaku Axton walaupun dirinya adalah sahabat Austin. Kedua kembaran itu memiliki paras yang sama tetapi memiliki sifat yang sangat berbeda.Axton cenderung lebih kasar, dingin dengan segala sikap arogannya. Sedangkan Austin lebih tenang dan memiliki sikap yang ramah dengan siapapu
Pintu di buka membuat Ara menoleh dan menemukan sosok perempuan yang sedikit familiar di ingatannya. Hingga memori Ara berputar kembali dan membuatnya ingat dengan perempuan di depannya."Kau dokter itu!" Ucap Ara dan Melly tersenyum mendengarnya.Perempuan itu berjalan masuk dan mendekati ranjang. Hingga sebuah kernyitan muncul di dahi perempuan itu."Pria brengsek" gumam Melly yang membuat Ara menatapnya dengan wajah bingung.Melly mendekati ranjang dan menaruh tas miliknya di bawah ranjang sebelum berbalik tanpa mengatakan apapun.Perempuan itu keluar kamar dan menghilang untuk beberapa menit. Sebelum kembali dengan seorang pria yang terlihat murung seperti baru saja di omeli."Katakan dengan bos bodohmu! Bagaimana bisa dia memborgol perempuan hamil" Omelan Melly meluncur dengan mulus yang membuat Ara paham siapa yang baru saja mengomeli pria itu.Dengan cepat pria itu melepaskan borgol di tangan Ara. Rasa lega langsung menghampiri Ara, setidaknya tang
Ara membuka pintu di depannya dengan rasa ragu luar biasa. Mungkin pria itu hanya mengerjainnya.Ara paling benci jika harus merasa ragu ataupun sampai di kerjai. Perasaan kesal selalu menghantuinya.Namun senyuman Ara melebar ketika pintunya terbuka dan tidak di kunci seperti sebelumnya.Axton menepati janjinya.Ara mengintip keluar dan menemukan seorang pria dengan baju hitam berdiri di depan kamar. Pria itu menoleh dan segera memberikan hormat pada Ara."Nona ingin turun ?" Tanya pria itu yang membuat Ara mengedipkan matanya sebelum menganggukkan kepalanya.Awalnya Ara mengira jika pria itu akan menahannya mungkin bahkan mendorongnya agar masuk. Ternyata pria itu tak menahannya membuat Ara membuka pintu semakin lebar. Suasana ruangan mewah langsung masuk ke dalam matanya.Sepertinya Axton adalah pria kaya. Sialan! Tentu saja pria itu kaya bahkan pria itu memiliki dokter pribadi yang bisa membiusnya sampai bisa di bawa kesini.Bagaimana Ara bis
"Axton" suara lirih itu terdengar untuk ketiga kalinya.Hal itu membuat Axton mengerjapkan matanya beberapa kali dan berusaha mengumpulkan semua nyawanya yang berjejeran.Axton mengerutkan keningnya ketika suara panggilan itu terdengar kembali."Aku mau melahirkan" suara kecil itu terdengar begitu lemahAxton langsung menoleh kearah Ara yang terlihat sudah kesakitan. Mata Axton langsung melotot melihat hal itu dan menatap jam nakas yang menunjukkan pukul dua malam"Kau akan lahiran ?" Ucap Axton dan Ara tersenyum kecil kemudian menganggukkan kepalanya.Axton yang merasa panik langsung turun dari ranjang dan membuka pintu kamar. Axton masih dengan celana piyamanya terlihat kebingungan."Panggilkan Layla untuk menghubungi supir dan kau bawa aku ke rumah sakit" ucap Ara di tengah ringisannya.Hal itu membuat Axton berhenti dan langsung berbalik untuk lari ke kamar sebelah. Membangunkan Layla yang malam ini memang tidur di kamar Aerin.Layla
Ara berjalan menuju taman belakang dengan perutnya yang sudah terlihat sedikit membuncit. Usia kandungannya sudah menginjak umur 7 bulan.Hari ini Axton tengah berada di Japan. Ada beberapa perjanjian luar negeri yang harus membuat Axton untuk pergi.Alhasil Ara dan Aerin di titipkan di rumah Gaston. Ara tidak masalah akan hal itu. Sudah seminggu Axton belum kembali kemari.Tetapi Ara cukup tau jika suaminya itu tengah sibuk. Lagian setiap malam Axton selalu menyempatkan untuk menelfonnya ketika malam.Ketika Aerin sudah tertidur lelap di sampingnya. Mau tidak mau Ara membawa Aerin untuk tidur bersamanya karena anaknya itu semakin aktif kesana kemari.Ara tidak bisa memantaunya jika dengan leluasa jika mereka berbeda kamar. Apalagi dengan perutnya yang sudah sebuncit ini."Kau akan kemana ?" Ucap seseorang yang membuat Ara menoleh dan menemukan Gaston yang tengah berdiri di sampingnya."Ke gazebo, Daddy. Memangnya Daddy mau kemana ?" Ucap Ara denga
Axton mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya. Pikirannya sedang kalut. Perpindahan perusahaan harus ditunda untuk beberapa hari.Pikirannya sedang kacau dan Ara sedang merajuk. Istrinya itu sudah memilih untuk tidur di kamar Aerin selama dua hari ini.Semenjak mereka pulang dari London. Istrinya itu memilih untuk tidak mengatakan apapun.Tetapi Axton sangat lega jika Ara tidak menunjukkan jika mereka sedang bertengkar dihadapan Austin maupun DaddynyaAra bahkan tetap memeluk Gaston dengan sayang sebelum mereka masuk ke dalam mobil. Istrinya itu benar-benar perempuan yang sangat baik hati.Sekaligus kejamIstrinya itu sangat kejam karena mengabaikannya. Ara membuatnya menjadi orang paling salah di sini.Padahal Axton juga kecewa dengan tindakan istrinya itu.Ara menyembunyikan semuanya dari Axton. Merayunya untuk memaafkan Gaston dengan iming-iming akan memberikan Axton anak lagi.Tetapi sialnya perempuan itu malah menggunakan kontrasepsi
Ara menata makanan di meja makan ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Gaston terlihat sudah duduk di kursinya dan terlihat tengah menggoda Aerin yang berceloteh senang.Kemudian di susul dengan Austin yang masuk ke dalam ruang makan. Axton sedang mandi di atas jadi pria itu belum turun hingga saat ini."Vanessa minta tolong siapkan makanan untuk Melly. Aku akan membawanya nanti, dia sedang tidur" ucap Austin dan Vanessa yang memang sedang membantunya langsung menganggukkan kepalanya."Belva, tolong panggilkan Axton juga dia belum turun hingga detik ini" ucap Ara dan perempuan itu langsung menganggukkan kepalanya.Belva dipindahkan ke rumah ini agar bisa membantu Gaston ataupun Melly serta Austin yang sudah menetap di sini.Hanya Axton dan Ara yang sering terbang ke sana kemari dari London ke Las Vegas. Untuk menjenguk Gaston ataupun AustinKemarin Axton mengatakan jika mungkin dia akan mulai menetap di Las Vegas. Membangun perusahaannya di sini s
"Kau terlihat akrab dengan Gaston" ucap Melly yang membuat Ara menoleh.Ara saat ini sedang memilih beberapa tas yang mungkin sedang menarik perhatiannya. Mereka saat ini sedang berada di salah satu mall terbesar di Las Vegas.Melly mengatakan jika hari ini Austin yang akan membiayai mereka berdua. Sebagai bentuk rayuan karena Austin tidak bisa melanjutkan honeymoon mereka karena ada alasan yang mendesak.Ara tertawa mendengar penuturan Melly yang berapi-api. Alhasil Melly mengajaknya untuk menguras semua isi tabungan milik Austin."Gaston pria yang baik. Memang kau tidak akrab ?" Ucap Ara dan Melly tersenyum."Gaston awalnya tidak setuju jika Austin denganku" ucapan Melly sukses membuat Ara menghentikan gerakannya dan membalikkan badan menatap saudara iparnya itu."Kau serius ?"Melly menganggukkan kepalanya dan mengangkat tangan memanggil salah satu pelayan toko yang langsung mendekati mereka. Melly menyerahkan tas yang sudah di pilihnya."G
"Ayo sana. Katanya mau baikan" ucap Ara dengan menggendong Aerin yang tengah merengek karena baru saja bangun tidur.Mereka berdua tengah berdiri di depan balkon sambil memandangi Gaston yang terlihat di gazebo belakang. Dengan tablet di tangannya mungkin melihat berita.Axton yang berdiri di sampingnya terlihat melototkan matanya pada Ara. Tetapi misi Ara kali ini tidak boleh meleset."Bikin perjanjiannya kan baru semalem. Masa udah harus dijalankan" ucap Axton dan Ara yang gantian melototkan matanya."Hey Tuan Arogan! Kau sudah mengambil jatahmu semalam. Sekarang giliranmu untuk membuktikan" ucap Ara dan Axton terlihat mendengus."Aku sedang membantumu menenangkan Aerin" ucap Axton sambil berniat mengambil Aerin dari pelukan Ara.Tetapi Ara segera berpaling agar Axton tak sempat mengambil Aerin. Hal itu membuat Axton mencebikkan bibirnya.Entah bagaimana Axton dari hari ke hari antara semakin menggemaskan dan sedikit mengesalkan. Suaminya itu bisa berubah menc
*-*-*Axton keluar dari mobil dengan jas super mewahnya. Beberapa pasang kamera langsung menyorotnya ketika pertama kali membuka pintu.Axton memutari mobil dan membukakan pintu untuk Ara. Mengambil alih Aerin yang sudah terlihat cantik dengan gaun mungil berwarna senada dengan mereka berdua. Gaun berwarna Navy.Istrinya itu terlihat ragu-ragu awalnya. Tetapi Axton memberikan sebuah senyuman manis dan uluran tangan.Seakan-akan mengatakan jika Ara ragu dia bisa menjadikan Axton pegangannya nanti. Ara dengan perlahan memegang tangan Axton dan membuat Axton semakin menyinggungkan senyumnya.Mereka berdua berdiri di samping mobil dan semua sorotan kamera langsung terarah kearah mereka.Axton menggandeng Ara untuk berjalan melewati beberapa wartawan itu. Axton sudah bisa menduga seperti apa pesta pernikahan saudaranya ini akan berjalan.Apalagi Melly bukan hanya dari keluarga biasa di Las Vegas. Lengkap sudah berita yang akan dibawakan oleh semua awak
"Selamat Malam, Chef Axton" ucap Ara pada Axton yang tengah berdiri di depan kompor dengan celemek yang dipasangkan Ara tadi.Jam menunjukkan pukul enam sore. Tadi Ara sedang memasak ketika Axton pulang dari kantor.Axton yang baru saja datang langsung beranjak untuk mencuci tangan dan menghampiri Aerin yang sedang berceloteh di tempat duduk bayinya.Axton menggendong Aerin dan memberikan godaan pada anaknya itu. Ara hanya diam saja melihat interaksi Anak dan Ayah tersebut.Hingga aroma menyedapkan tercium. Bukan aroma masakannya melainkan aroma dari Aerin yang buang air besar.Jika urusan buang air besar Axton belum mempelajarinya. Jadi mau tidak mau Axton yang harus melanjutkan acara memasak.Tak lupa juga Ara iseng menyuruh Axton untuk mengenakan Celemek. Suaminya itu tidak protes sama sekali dan segera mengenakannya.Dengan mengatakan jika Ara harus segera membereskan Aerin karena anaknya nanti akan menangis karena tidak nyaman.Bukankah A
"Aku haus" ucap Ara pada Axton yang terlihat duduk di sampingnya dengan beberapa berkas di tangannya.Sudah seminggu Axton mulai bekerja kembali. Tetapi tentu saja masih dalam jarak jauh. Mereka masih berada di mansion milik Gaston.Perang dingin masih terasa di antara anak dan bapak itu. Tetapi Ara tidak bisa mengomentari apapun bukan ?"Kau ingin minum apa ?" Tanya Axton setelah menaruh berkasnya dan mengulurkan tangannya menoel pipi Aerin yang terlelap di lengannya.Mereka saat ini tengah menonton televisi dengan Axton yang juga membawa pekerjaannya. Ara tidak bisa mencegahnya karena memang banyak sekali tugas Axton yang terbengkalai kalau kejadian akhir-akhir ini."Air putih saja" ucap Ara dan Axton menganggukkan kepalanya.Axton beranjak dari tempatnya dengan mencuri sebuah kecupan di puncak kepala Ara. Sebelum berbalik arah keluar dari kamar mereka di rumah ini.Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ara dan Axton tidak bisa tidur. Kemudi