"Calm down Axton. Aku hanya mampir sebentar" ucap pria di depan Ara yang semakin membuat Ara bingung bukan main.
Axton ? Austin ? Siapa mereka ?Ara menyadari satu hal jika kedua pria ini memiliki wajah yang sama seperti. Bahkan Ara sama sekali tidak bisa membedakan mereka. Oh kecuali dari baju mereka.Satu berpakaian casual dan satunya lagi berpakai formal. Ara menatap pria berpakaian formal itu yang melangkah dengan cepat menghampirinya."Pergi dari kamarku sekarang!" sentak pria tersebut yang membuat Ara tersentak kaget. Bahkan pria di depannya itu langsung memucat dan menganggukkan kepalanya sebelum berlalu pergi."Axton?" Gumam Ara yang membuat Axton langsung menoleh dan menatap Ara."Kenapa ?" Jawab Axton dan Ara terlihat kagetJadi pria di depannya ini bernama Axton. Pria yang tidur dengannya. Oh sebentar siapa yang tidur dengannya malam itu."Kau atau dia yang tidur denganku ?" Pertanyaan bodoh Ara sukses membuat Axton memincingkan matanya marah."Kau bahkan tak bisa mengenali siapa yang tidur denganmu ? Berapa banyak pria yang sudah tidur denganmu ?"Perkataan Axton membuat Ara menatap pria di depannya dengan tatapan tak suka. Bagaimana bisa pria ini menuduhnya adalah perempuan tidak baik.Apakah pria ini pria baik-baik yang hanya tidur dengannya. Cih Ara sendiri saja meragukan. Bertanya-tanya kira-kira Ara ini perempuan ke berapa dari sekian banyak perempuan yang pernah di tiduri oleh pria itu."Aku tidak semurah itu. Kalian mirip dan aku sama sekali tidak mengenal kalian. Aku juga tidak tau mana yang menculikku" ucap Ara dengan berani.Axton mengangkat sebelah alisnya dan menatap perempuan yang sungguh berbeda dengan perempuan yang ditemuinya beberapa saat yang lalu.Kemarin perempuan ini hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun. Tetapi sekarang perempuan ini seperti berusaha menampilkan taringnya.Seperti menunjukkan jika dia tidak mudah di intimidasi oleh siapapun."Aku yang membawamu kemari. Dia adalah kembaran ku dan kuharap kau lebih baik menghindarinya" ucap Axton dan Ara mendengus."Kurasa tidak hanya dia saja. Sepertinya aku juga harus menghindarimu" ucap Ara sinis.Axton tersenyum mengejek menatap perempuan di depannya. Sangat berani dan menantang. Bukankah itu lebih menarik ?"Tak kusangka ibu dari anakku memiliki mulut yang tajam juga" ucap Axton yang membuat wajah Ara memerah.Mengingat jika dirinya sedang mengandung hasil perbuatan mereka membuat Ara menjadi malu sendiri. Tidak ada perasaan marah pada dirinyaAra cukup tau dengan resiko yang akan dihadapinya ketika pulang dari Las Vegas. Kemungkinan akan hamil sudah di masukkan ke dalam daftar pikirannya.Tetapi Ara juga tidak menyangka jika hal itu benar-benar terjadi padanya. Mengandung anak pria yang tak dikenalnya."Memilih diam, Nona ?" Ledek Axton dan Ara hanya memalingkan wajahnya.Axton hanya menampilkan senyum tipisnya melihat Ara yang diam dan menatap keluar jendela. Udara dingin masuk melalui jendela dan nerpa rambut Ara yang terlihat terawat dan lembut."Karena kau sudah kembali. Tolong antarkan aku pulang" ucap Ara yang sama sekali tak disangka oleh Axton jika hal itu yang akan dikatakan Ara."Tidak bisa. Mulai sekarang kau tinggal denganku" ucap Axton dan Ara langsung mengalihkan pandangan matanya."Kau tidak bisa seperti itu. Aku memiliki kehidupanku" ucap Ara dan Axton berdecih pelan."Kehidupanmu sekarang adalah denganku. Kau hanya perlu diam merawat kandunganmu dan patuh terhadapku"Ara melototkan matanya. Bagaimana bisa pria itu berpikir seperti itu. Ara tau jika pria ini menginginkan anak yang sedang dikandungnya.Ara bisa menjaga dan melahirkannya secara sehat jika memang itu yang diinginkan oleh pria itu. Tetapi jika untuk hidup bersama pria ini bukanlah planning hidup Ara.Dirinya tidak akan mau tinggal dengan pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Memang siapa pria itu yang bisa mengatur dan menjalankannya bagaikan boneka."Jika kau ingin aku melahirkan anak ini. Aku bisa tetapi untuk bersamamu aku tidak ada keinginan sama sekali" ucap Ara tajam"Aku tidak pernah meminta persetujuan siapapun tentang apa yang kumau. Begitupun hari ini" ucap Axton sebelum membalikkan badannya dan ingin berlalu pergi."Kehidupanmu sekarang adalah menjadi wanitaku" Axton berlalu pergi dan tak lupa mengunci pintunya meninggalkan Ara yang masih duduk di tempatnya.*-*-*Austin melihat Axton turun dari lantai atas dengan wajah kusutnya. Melihat kembarannya Austin berdiri dari sofa dan mengikuti langkah Axton yang menuju bar ujung ruangan.Axton mengambil gelas kecil dan minuman yang sebaiknya di minumnya saat ini. Sebelum kemarahannya mendominasi dan mungkin akan mengacaukan segalanya."Kau apakan perempuan itu ? Aku tak pernah melihatmu dengan perempuan apalagi kau tinggal bersama memilih jauh-jauh pergi ke London" ucap Austin yang hanya di lirik Axton yang sedang mengeluarkan sebatang rokoknya."Apa urusanmu kemari ?" ucap Axton yang tak menjawab pertanyaan saudaranya itu. Austin berdecak sebal mendengar respon Axton."Melly mengatakan jika kau mengajaknya ke London hanya untuk memeriksa seorang gadis. Itu sangat menarik dan tentu saja aku ingin tau"Axton berdecak mendengar penuturan Austin. Salah sudah Axton mengajak sahabat dari saudara kembarnya. Tetapi Axton sama sekali tidak tau harus meminta bantuan siapa untuk memeriksa Ara.Hanya Melly saja orang yang tidak mungkin di sogok oleh orang tuanya. Memang perempuan itu akan bocor pada Austin tetapi pasti akan berhenti di situ dan tidak akan keluar kemana-mana lagi."Ini bukan urusanmu. Kembalilah sebelum orang tua itu mencarimu" sinis Axton dan Austin terlihat mengedikkan bahunya."Pikirkan dirimu sendirimu, Dude. Bagaimana jika Daddy tau perempuan itu mengandung dan kau tau kesepakatan yang ..." ucap Austin yang membuat Axton menghentikan kegiatannya merokoknya memberikan tanda agar Austin tida melanjutkan ucapannyaHingga Axton menghela nafas dan menyelipkan batang rokok itu di sela bibirnya dan menghisapnya pelan. Kepulan asap langsung berterbangan ketika Axton menghembuskannya."Ini anakku bukan anak pria itu" sahut Axton yang membuat Austin yang mendengarnya menggelengkan kepalanya.*_*_*Suara derap langkah beberapa orang mendekat membuat Ara yang sejak tadi merebahkan diri langsung menatap horor ke arah pintu.Belum sempat Ara menebak-nebak siapa yang ada di balik pintu. Seseorang membuka pintu dan memunculkan Axton berdiri dengan dua orang di belakangnya.Salah satu di antara mereka menggunakan baju dokter adalah seorang perempuan. Ara langsung mendudukkan tubuhnya bersiaga."Lakukan dengan cepat" ucap Axton yang membuat Ara melebarkan matanya."Tunggu! Kau mau apa ?" Ucap Ara ketika perempuan itu mendekatinya."Aku harus kembali ke Las Vegas malam ini. Kurasa kau tidak akan ikut dengan cara baik-baik. Jadi aku menggunakan caraku" ucap Axton yang membuat Ara menggelengkan kepalanya."Tunggu... Tunggu kita belum bicara apapun. Tunggu sebentar" ucap Ara panik dan berdiri dari ranjangnya.Axton mengangkat sebelah alisnya melihat Ara yang bertingkah seperti itu. Perempuan berpakaian dokter itu menoleh pada Axton seakan ingin mengatakan sesuatu."Kau bisa keluar dulu, Melly" ucap Axton yang membuat kedua orang itu menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar.Ara menghela nafas pelan melihat dua orang itu memilih pergi. Ara tau jika pria di depannya ini berniat membiusnya."Apa yang akan kau tawarkan" ucap Axton yang membuat Ara langsung mengalihkan pandangan matanya pada pria itu."Aku tidak bisa ikut denganmu. Jika kau akan kembali ke Las Vegas kembalilah sendiri, aku di sini saja" ucap Ara yang membuat Axton berdecih pelan."Itu bukan penawaran. Kau harus ikut denganku" ucap Axton dan Ara menggelengkan kepalanya.Ara melangkahkan kakinya mebolak balikkan badannya. Seakan berpikir sesuatu dan hal itu membuat Axton kesal sendiri.Axton tidak pernah sudah menunggu sesuatu. Semua yang diinginkannya harus di dapatkan dan harus terselesaikan. Menunggu bukanlah tugasnya."Aku harus berkuliah, aku harus mengikuti ujian akhir dua Minggu lagi. Jadi kau tidak boleh mengajakku seenaknya" ungkap Ara dengan kesal.Jika kalian berpikir Ara akan merasa takut dengan pria di depannya ini kalian salah. Ara tidak takut sama sekali, dan Ara tau jika dia takut pria di depannya ini merasa di atas awan.Waktunya akan terbuang sia-sia jika Ara tidak mengikuti ujian akhir. Kelulusan sudah di depan matanya dan tidak mungkin Ara melepaskannya dengan mudah.Tidak hanya satu hari dua hari yang dihabiskannya untuk kuliah. Tetapi beberapa tahun dan itu bukanlah waktu yang sebentar."Aku memang mengandung anakmu sekarang tetapi aku juga ingin tamat kuliah dan memiliki karir yang bagus" lanjut Ara seakan tidak ingin di bantah."Karir ? Siapa yang mengatakan kau akan bekerja ? Aku tidak akan mengijinkan mu bekerja" ucap Axton yang membuat Ara melototkan matanya."Kau tuan antah berantah bagaimana bisa kau mengatakan hal itu dengan seenaknya sendiri. Entah salah apa aku dengan Tuhan karena harus mengandung anakmu ini sialan!" Maki Ara yang membuat sebuah smirk muncul di sudut bibir Axton.Axton melihat jam yang melingkar di tangannya dan seperti menekan sebuah earphone di telinganya."Masuklah dan bereskan segera" ucap Axton yang membuat Ara melototkan matanya.Tidak hanya dua orang yang masuk ke dalam melainkan lima orang yang masuk dengan tubuh besarnya. Hanya perempuan berbaju dokter itu saja yang merupakan perempuan dan yang lainnya laki-laki.Ara menggelengkan kepalanya ketika empat pria itu mendekatinya dengan cepat. Ara ingin berlari tetapi sebuah tangan besar langsung menahannya.Dengan cepat mereka memegang Ara dengan kuat dan berusaha agar Ara tidak bisa lari kemana-mana."Axton kumohon kau tidak bisa melakukan ini padaku" ucap Ara dengan tangisan yang mulai keluar dari air matanya.Menatap pria yang masih berdiri di depannya dengan angkuh. Bahkan perempuan di samping Axton itu terlihat iba dengan keadaan Ara saat ini."Dokter, aku tidak mau. Tidak mau" ucap Ara dengan deraian tangis yang turun di kedua pipinya."Cepat lakukan, Melly" ucap Axton dengan suara dinginnya yang membuat perempuan itu mau tidak mau maju ke depan.Perempuan itu menghela nafas menatap Ara dengan tatapan ibanya. Ara berusaha memberontak tetapi tubuhnya di pegang dengan kuat."Maafkan aku" bisik perempuan bernama Melly itu sebelum menyuntikkan sesuatu di lengan Ara.*-*-*"Apa kau yakin melakukan ini, Axton ?" Ucap Melly yang membuat Axton meliriknya dengan tatapan dingin.Mereka saat ini sedang berada di jet pribadi milik Axton yang sedang terbang menuju Las Vegas. Sudah terlalu lama Axton mengundur keberangkatan mereka.Perusahaannya tidak bisa di tinggalkan lebih lama lagi. Banyak pekerjaan yang menantinya. Lagian hasil sudah keluar dan mengatakan jika Ara baik-baik saja jika melakukan penerbangan.Austin sudah kembali ke Las Vegas dua hari yang lalu. Melly yang memang sedang disewa oleh Axton mau tidak mau harus tetap tinggal."Kau kusewa bukan untuk berkomentar" ucap Axton tajam yang membuat Melly memutar matanya.Melly cukup mengenal bagaimana prilaku Axton walaupun dirinya adalah sahabat Austin. Kedua kembaran itu memiliki paras yang sama tetapi memiliki sifat yang sangat berbeda.Axton cenderung lebih kasar, dingin dengan segala sikap arogannya. Sedangkan Austin lebih tenang dan memiliki sikap yang ramah dengan siapapu
Pintu di buka membuat Ara menoleh dan menemukan sosok perempuan yang sedikit familiar di ingatannya. Hingga memori Ara berputar kembali dan membuatnya ingat dengan perempuan di depannya."Kau dokter itu!" Ucap Ara dan Melly tersenyum mendengarnya.Perempuan itu berjalan masuk dan mendekati ranjang. Hingga sebuah kernyitan muncul di dahi perempuan itu."Pria brengsek" gumam Melly yang membuat Ara menatapnya dengan wajah bingung.Melly mendekati ranjang dan menaruh tas miliknya di bawah ranjang sebelum berbalik tanpa mengatakan apapun.Perempuan itu keluar kamar dan menghilang untuk beberapa menit. Sebelum kembali dengan seorang pria yang terlihat murung seperti baru saja di omeli."Katakan dengan bos bodohmu! Bagaimana bisa dia memborgol perempuan hamil" Omelan Melly meluncur dengan mulus yang membuat Ara paham siapa yang baru saja mengomeli pria itu.Dengan cepat pria itu melepaskan borgol di tangan Ara. Rasa lega langsung menghampiri Ara, setidaknya tang
Ara membuka pintu di depannya dengan rasa ragu luar biasa. Mungkin pria itu hanya mengerjainnya.Ara paling benci jika harus merasa ragu ataupun sampai di kerjai. Perasaan kesal selalu menghantuinya.Namun senyuman Ara melebar ketika pintunya terbuka dan tidak di kunci seperti sebelumnya.Axton menepati janjinya.Ara mengintip keluar dan menemukan seorang pria dengan baju hitam berdiri di depan kamar. Pria itu menoleh dan segera memberikan hormat pada Ara."Nona ingin turun ?" Tanya pria itu yang membuat Ara mengedipkan matanya sebelum menganggukkan kepalanya.Awalnya Ara mengira jika pria itu akan menahannya mungkin bahkan mendorongnya agar masuk. Ternyata pria itu tak menahannya membuat Ara membuka pintu semakin lebar. Suasana ruangan mewah langsung masuk ke dalam matanya.Sepertinya Axton adalah pria kaya. Sialan! Tentu saja pria itu kaya bahkan pria itu memiliki dokter pribadi yang bisa membiusnya sampai bisa di bawa kesini.Bagaimana Ara bis
Axton membuka pintu mobilnya dan menemukan salah satu pengawalnya ada di samping mobil. Pria itu menundukkan tubuhnya hormat pada Axton.Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Pekerjaannya hari ini sangat menyita waktu dan tenaga. Kenapa juga banyak permasalahan akhir-akhir ini. Membuatnya semakin lelah saja."Bagaimana keadaan rumah ?" Ucap Axton yang membuat pengawal itu mendongak dan berdehem sebentar."Semuanya aman, Mr. Ellard. Tidak ada yang mencurigakan" ucapnya lancar dan Axton menganggukkan kepalanya.Axton berjalan menuju pintu tepat ketika mobilnya bergerak maju dipindahkan ke garasi rumahnya.Axton membuka pintu di depannya dan berjalan pelan di antara kegelapan di rumahnya ini. Jam sudah malam dan setiap sudut rumah pasti akan gelap gulita.Namun kali ini terasa beda. Kenapa ruang keluarga terlihat lampunya masih menyala. Tidak mungkin jika pelayan berani-beraninya menonton televisi di sana.Axton berdecak kesal dan berjalan menuju ruang keluar
Axton masuk ke dalam ruangan praktek yang membuat seorang perempuan di meja kerjanya menoleh. Sebuah tatapan tak menyangka muncul di wajah Melly."Seriusan ? Mr. Ellard datang ke sini ?" Ucap Melly sambil menggelengkan kepalanya pelan.Axton hanya memandang datar Melly dan memilih duduk di depan perempuan itu. Jam menunjukkan pukul sepuluh siang. "Jadi apa yang mau dikonsultasikan oleh Mr. Ellard nih ?" Ucap Melly sambil mengambil catat buku di mejanya.Di balik wajah tenang Axton sebenarnya Axton sedang mengumpati dirinya sendiri. Bagaimana bisa dirinya berakhir di sini, di ruang praktik Melly.Tidak lain tidak bukan adalah dokter kandungan. Pertanyaan yang sejak semalam terus berputar di pikirannya yang membuat Axton nekat pergi ke tempat praktik Melly."Urusan ranjang ya ?" Celetuk Melly yang membuat Axton berdehem pelan."Itu hal wajar katakan saja mau tanya apa" oceh Melly lagi yang membuat Axton berdehem dan menganggukkan kepalanya."Apa kau ya
Axton memasuki rumah besar itu dan menemukan kesunyian di sana. Menandakan jika orang yang sedang di carinya memang tidak ada di sini. Axton mengalihkan tatapan matanya pada seorang pelayan yang sedang berdiri di samping Vas dengan wajah ketakutannya. Semua orang takut terhadap Axton.Selama bertahun-tahun Axton tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di mansion besar ini dan semua orang tau akan hal ituTetapi entah gerangan apa yang membuat Axton mau datang kesini dan menginjakkan kakinya lagi di sini. Tetapi pasti itu bukan hal yang baik."Dimana Austin ?" tanya Axton dengan suara dinginnya dan pelan itu terlihat meneguk ludahnya dengan susah payah."Mr. Ellard sudah seminggu tidak pulang" jawab pelayan itu dengan takut-takut.Wajahnya semakin memucat kala Axton mengumpat keras dan menghela nafas berat. Seminggu ? Waktu yang sama dengan Ara yang menghilang dari rumah.Sepertinya Austin kali ini tidak hanya sedang bermain-main kecil dengan Axton. Tetapi
Ara mendudukkan tubuhnya di kursi makan dan menatap beberapa temannya yang mulai bergabung di meja makan. Pagi ini mereka akan sarapan bersama sambil membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya. Itu yang dikatakan Clark."Kau ingin makan sesuatu ?" Ucap Clark yang membuat Ara menoleh dan menggelengkan kepalanya."Aku tadi sudah makan apel. Oh atau bisakah kau membuatkan susu ibu hamil untukku ?" Ucap Ara dan Clark langsung mengiyakan ucapannya.Ara tetap menyandarkan tubuhnya dan mengelus perutnya pelan. Menatap Frank dan Dave yang mulai berbincang ke sana kemari. Tak lupa Ara juga melirik Austin yang juga bergabung dan makan sepiring roti bakar di hadapannya.Ketika asik dengan pikirannya tiba-tiba namanya disebut dan membuat Ara menoleh menatap Dave yang tadi menyebutnya."Apaan ?" Ucap Ara dan Dave menoleh kearahnya."Aku dan Frank berpikir jika sepertinya anakmu ini kan harus ada bapaknya. Nanti aku yang akan menjadi bapak untuk anakmu ini" uca
"Gimana kalau Ara suka denganmu ?" Ucap Austin yang sukses menghentikan langkah kaki Axton.Axton membalikkan badannya menatap Austin yang terlihat serius dengan ucapannya.Suka ? Ara suka padanya ? Pikiran seperti itu tidak pernah terlintas di pikirannya. Walaupun tidak pernah terlintas tetapi hal itu tak menutup kemungkinan jika Ara bisa saja menyukainya.Axton terdiam tidak tau harus mengatakan apa pada kembarannya. Ucapan Axton sangat tak terduga bahkan tak pernah terpikirkan jawabannya."Lebih tepatnya dalam kasus ini. Kau harus mencintainya, Axton. Posisinya tidak akan mudah karena janji bullshitmu. Kita tau akan hal itu" ucap Austin dan Axton langsung paham kemana arah pembicaraannya.Menjadi anak pertama dari Boss Mafia bukanlah hal mudah. Menjadi sosok yang diincar kematiannya oleh setiap musuh ayahnya adalah mimpi buruk bagi Axton.Dulu Axton adalah sosok yang ceria seperti anak pada umumnya. Hingga kematian Ibunya mengantarkannya menjadi sosok pend
"Axton" suara lirih itu terdengar untuk ketiga kalinya.Hal itu membuat Axton mengerjapkan matanya beberapa kali dan berusaha mengumpulkan semua nyawanya yang berjejeran.Axton mengerutkan keningnya ketika suara panggilan itu terdengar kembali."Aku mau melahirkan" suara kecil itu terdengar begitu lemahAxton langsung menoleh kearah Ara yang terlihat sudah kesakitan. Mata Axton langsung melotot melihat hal itu dan menatap jam nakas yang menunjukkan pukul dua malam"Kau akan lahiran ?" Ucap Axton dan Ara tersenyum kecil kemudian menganggukkan kepalanya.Axton yang merasa panik langsung turun dari ranjang dan membuka pintu kamar. Axton masih dengan celana piyamanya terlihat kebingungan."Panggilkan Layla untuk menghubungi supir dan kau bawa aku ke rumah sakit" ucap Ara di tengah ringisannya.Hal itu membuat Axton berhenti dan langsung berbalik untuk lari ke kamar sebelah. Membangunkan Layla yang malam ini memang tidur di kamar Aerin.Layla
Ara berjalan menuju taman belakang dengan perutnya yang sudah terlihat sedikit membuncit. Usia kandungannya sudah menginjak umur 7 bulan.Hari ini Axton tengah berada di Japan. Ada beberapa perjanjian luar negeri yang harus membuat Axton untuk pergi.Alhasil Ara dan Aerin di titipkan di rumah Gaston. Ara tidak masalah akan hal itu. Sudah seminggu Axton belum kembali kemari.Tetapi Ara cukup tau jika suaminya itu tengah sibuk. Lagian setiap malam Axton selalu menyempatkan untuk menelfonnya ketika malam.Ketika Aerin sudah tertidur lelap di sampingnya. Mau tidak mau Ara membawa Aerin untuk tidur bersamanya karena anaknya itu semakin aktif kesana kemari.Ara tidak bisa memantaunya jika dengan leluasa jika mereka berbeda kamar. Apalagi dengan perutnya yang sudah sebuncit ini."Kau akan kemana ?" Ucap seseorang yang membuat Ara menoleh dan menemukan Gaston yang tengah berdiri di sampingnya."Ke gazebo, Daddy. Memangnya Daddy mau kemana ?" Ucap Ara denga
Axton mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya. Pikirannya sedang kalut. Perpindahan perusahaan harus ditunda untuk beberapa hari.Pikirannya sedang kacau dan Ara sedang merajuk. Istrinya itu sudah memilih untuk tidur di kamar Aerin selama dua hari ini.Semenjak mereka pulang dari London. Istrinya itu memilih untuk tidak mengatakan apapun.Tetapi Axton sangat lega jika Ara tidak menunjukkan jika mereka sedang bertengkar dihadapan Austin maupun DaddynyaAra bahkan tetap memeluk Gaston dengan sayang sebelum mereka masuk ke dalam mobil. Istrinya itu benar-benar perempuan yang sangat baik hati.Sekaligus kejamIstrinya itu sangat kejam karena mengabaikannya. Ara membuatnya menjadi orang paling salah di sini.Padahal Axton juga kecewa dengan tindakan istrinya itu.Ara menyembunyikan semuanya dari Axton. Merayunya untuk memaafkan Gaston dengan iming-iming akan memberikan Axton anak lagi.Tetapi sialnya perempuan itu malah menggunakan kontrasepsi
Ara menata makanan di meja makan ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Gaston terlihat sudah duduk di kursinya dan terlihat tengah menggoda Aerin yang berceloteh senang.Kemudian di susul dengan Austin yang masuk ke dalam ruang makan. Axton sedang mandi di atas jadi pria itu belum turun hingga saat ini."Vanessa minta tolong siapkan makanan untuk Melly. Aku akan membawanya nanti, dia sedang tidur" ucap Austin dan Vanessa yang memang sedang membantunya langsung menganggukkan kepalanya."Belva, tolong panggilkan Axton juga dia belum turun hingga detik ini" ucap Ara dan perempuan itu langsung menganggukkan kepalanya.Belva dipindahkan ke rumah ini agar bisa membantu Gaston ataupun Melly serta Austin yang sudah menetap di sini.Hanya Axton dan Ara yang sering terbang ke sana kemari dari London ke Las Vegas. Untuk menjenguk Gaston ataupun AustinKemarin Axton mengatakan jika mungkin dia akan mulai menetap di Las Vegas. Membangun perusahaannya di sini s
"Kau terlihat akrab dengan Gaston" ucap Melly yang membuat Ara menoleh.Ara saat ini sedang memilih beberapa tas yang mungkin sedang menarik perhatiannya. Mereka saat ini sedang berada di salah satu mall terbesar di Las Vegas.Melly mengatakan jika hari ini Austin yang akan membiayai mereka berdua. Sebagai bentuk rayuan karena Austin tidak bisa melanjutkan honeymoon mereka karena ada alasan yang mendesak.Ara tertawa mendengar penuturan Melly yang berapi-api. Alhasil Melly mengajaknya untuk menguras semua isi tabungan milik Austin."Gaston pria yang baik. Memang kau tidak akrab ?" Ucap Ara dan Melly tersenyum."Gaston awalnya tidak setuju jika Austin denganku" ucapan Melly sukses membuat Ara menghentikan gerakannya dan membalikkan badan menatap saudara iparnya itu."Kau serius ?"Melly menganggukkan kepalanya dan mengangkat tangan memanggil salah satu pelayan toko yang langsung mendekati mereka. Melly menyerahkan tas yang sudah di pilihnya."G
"Ayo sana. Katanya mau baikan" ucap Ara dengan menggendong Aerin yang tengah merengek karena baru saja bangun tidur.Mereka berdua tengah berdiri di depan balkon sambil memandangi Gaston yang terlihat di gazebo belakang. Dengan tablet di tangannya mungkin melihat berita.Axton yang berdiri di sampingnya terlihat melototkan matanya pada Ara. Tetapi misi Ara kali ini tidak boleh meleset."Bikin perjanjiannya kan baru semalem. Masa udah harus dijalankan" ucap Axton dan Ara yang gantian melototkan matanya."Hey Tuan Arogan! Kau sudah mengambil jatahmu semalam. Sekarang giliranmu untuk membuktikan" ucap Ara dan Axton terlihat mendengus."Aku sedang membantumu menenangkan Aerin" ucap Axton sambil berniat mengambil Aerin dari pelukan Ara.Tetapi Ara segera berpaling agar Axton tak sempat mengambil Aerin. Hal itu membuat Axton mencebikkan bibirnya.Entah bagaimana Axton dari hari ke hari antara semakin menggemaskan dan sedikit mengesalkan. Suaminya itu bisa berubah menc
*-*-*Axton keluar dari mobil dengan jas super mewahnya. Beberapa pasang kamera langsung menyorotnya ketika pertama kali membuka pintu.Axton memutari mobil dan membukakan pintu untuk Ara. Mengambil alih Aerin yang sudah terlihat cantik dengan gaun mungil berwarna senada dengan mereka berdua. Gaun berwarna Navy.Istrinya itu terlihat ragu-ragu awalnya. Tetapi Axton memberikan sebuah senyuman manis dan uluran tangan.Seakan-akan mengatakan jika Ara ragu dia bisa menjadikan Axton pegangannya nanti. Ara dengan perlahan memegang tangan Axton dan membuat Axton semakin menyinggungkan senyumnya.Mereka berdua berdiri di samping mobil dan semua sorotan kamera langsung terarah kearah mereka.Axton menggandeng Ara untuk berjalan melewati beberapa wartawan itu. Axton sudah bisa menduga seperti apa pesta pernikahan saudaranya ini akan berjalan.Apalagi Melly bukan hanya dari keluarga biasa di Las Vegas. Lengkap sudah berita yang akan dibawakan oleh semua awak
"Selamat Malam, Chef Axton" ucap Ara pada Axton yang tengah berdiri di depan kompor dengan celemek yang dipasangkan Ara tadi.Jam menunjukkan pukul enam sore. Tadi Ara sedang memasak ketika Axton pulang dari kantor.Axton yang baru saja datang langsung beranjak untuk mencuci tangan dan menghampiri Aerin yang sedang berceloteh di tempat duduk bayinya.Axton menggendong Aerin dan memberikan godaan pada anaknya itu. Ara hanya diam saja melihat interaksi Anak dan Ayah tersebut.Hingga aroma menyedapkan tercium. Bukan aroma masakannya melainkan aroma dari Aerin yang buang air besar.Jika urusan buang air besar Axton belum mempelajarinya. Jadi mau tidak mau Axton yang harus melanjutkan acara memasak.Tak lupa juga Ara iseng menyuruh Axton untuk mengenakan Celemek. Suaminya itu tidak protes sama sekali dan segera mengenakannya.Dengan mengatakan jika Ara harus segera membereskan Aerin karena anaknya nanti akan menangis karena tidak nyaman.Bukankah A
"Aku haus" ucap Ara pada Axton yang terlihat duduk di sampingnya dengan beberapa berkas di tangannya.Sudah seminggu Axton mulai bekerja kembali. Tetapi tentu saja masih dalam jarak jauh. Mereka masih berada di mansion milik Gaston.Perang dingin masih terasa di antara anak dan bapak itu. Tetapi Ara tidak bisa mengomentari apapun bukan ?"Kau ingin minum apa ?" Tanya Axton setelah menaruh berkasnya dan mengulurkan tangannya menoel pipi Aerin yang terlelap di lengannya.Mereka saat ini tengah menonton televisi dengan Axton yang juga membawa pekerjaannya. Ara tidak bisa mencegahnya karena memang banyak sekali tugas Axton yang terbengkalai kalau kejadian akhir-akhir ini."Air putih saja" ucap Ara dan Axton menganggukkan kepalanya.Axton beranjak dari tempatnya dengan mencuri sebuah kecupan di puncak kepala Ara. Sebelum berbalik arah keluar dari kamar mereka di rumah ini.Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ara dan Axton tidak bisa tidur. Kemudi