Axton memasuki rumah besar itu dan menemukan kesunyian di sana. Menandakan jika orang yang sedang di carinya memang tidak ada di sini.
Axton mengalihkan tatapan matanya pada seorang pelayan yang sedang berdiri di samping Vas dengan wajah ketakutannya. Semua orang takut terhadap Axton.Selama bertahun-tahun Axton tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di mansion besar ini dan semua orang tau akan hal ituTetapi entah gerangan apa yang membuat Axton mau datang kesini dan menginjakkan kakinya lagi di sini. Tetapi pasti itu bukan hal yang baik."Dimana Austin ?" tanya Axton dengan suara dinginnya dan pelan itu terlihat meneguk ludahnya dengan susah payah."Mr. Ellard sudah seminggu tidak pulang" jawab pelayan itu dengan takut-takut.Wajahnya semakin memucat kala Axton mengumpat keras dan menghela nafas berat. Seminggu ? Waktu yang sama dengan Ara yang menghilang dari rumah.Sepertinya Austin kali ini tidak hanya sedang bermain-main kecil dengan Axton. TetapiAra mendudukkan tubuhnya di kursi makan dan menatap beberapa temannya yang mulai bergabung di meja makan. Pagi ini mereka akan sarapan bersama sambil membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya. Itu yang dikatakan Clark."Kau ingin makan sesuatu ?" Ucap Clark yang membuat Ara menoleh dan menggelengkan kepalanya."Aku tadi sudah makan apel. Oh atau bisakah kau membuatkan susu ibu hamil untukku ?" Ucap Ara dan Clark langsung mengiyakan ucapannya.Ara tetap menyandarkan tubuhnya dan mengelus perutnya pelan. Menatap Frank dan Dave yang mulai berbincang ke sana kemari. Tak lupa Ara juga melirik Austin yang juga bergabung dan makan sepiring roti bakar di hadapannya.Ketika asik dengan pikirannya tiba-tiba namanya disebut dan membuat Ara menoleh menatap Dave yang tadi menyebutnya."Apaan ?" Ucap Ara dan Dave menoleh kearahnya."Aku dan Frank berpikir jika sepertinya anakmu ini kan harus ada bapaknya. Nanti aku yang akan menjadi bapak untuk anakmu ini" uca
"Gimana kalau Ara suka denganmu ?" Ucap Austin yang sukses menghentikan langkah kaki Axton.Axton membalikkan badannya menatap Austin yang terlihat serius dengan ucapannya.Suka ? Ara suka padanya ? Pikiran seperti itu tidak pernah terlintas di pikirannya. Walaupun tidak pernah terlintas tetapi hal itu tak menutup kemungkinan jika Ara bisa saja menyukainya.Axton terdiam tidak tau harus mengatakan apa pada kembarannya. Ucapan Axton sangat tak terduga bahkan tak pernah terpikirkan jawabannya."Lebih tepatnya dalam kasus ini. Kau harus mencintainya, Axton. Posisinya tidak akan mudah karena janji bullshitmu. Kita tau akan hal itu" ucap Austin dan Axton langsung paham kemana arah pembicaraannya.Menjadi anak pertama dari Boss Mafia bukanlah hal mudah. Menjadi sosok yang diincar kematiannya oleh setiap musuh ayahnya adalah mimpi buruk bagi Axton.Dulu Axton adalah sosok yang ceria seperti anak pada umumnya. Hingga kematian Ibunya mengantarkannya menjadi sosok pend
"Aku tidak ingin pulang, Axton" ucap Ara dan cengkraman di pundaknya terasa sedikit menekan."Ara kau sedang hamil anakku, jadi kau milikku" bisik Axton lagi dan Ara menggelengkan kepalanya.Ara melepaskan tangan Axton dan maju menerima gelato yang sudah disediakan. Ketika tangannya akan memberikan uang kepada penjual.Tiba-tiba tangan Axton sudah terulur lebih dulu memberikan uang pada penjual gelato itu.Pria itu mengalihkan pandangan matanya ketika sudah menyelesaikan transaksi itu. Menatap Ara yang tentu saja tingginya jauh dari tinggi Axton.Ara tidak ingin kabur. Entah kenapa hatinya ingin mereka membicarakan hal ini. Sampai kapanpun kabur tidak akan menyelesaikan masalah.Buktinya walaupun Austin saudara pria itu sendiri yang membawanya kabur. Pria ini masih menemukannya.Apalagi jika dirinya kabur ke London. Pasti Axton juga bisa menemukannya dengan mudah. Jangan membuang waktu untuk kabur yang tau jawabannya akan sia-sia."London adalah rumahku, hidupku di sana Axton" ucap Ar
Ara melirik Axton yang sedang serius menyetir di sampingnya. Pria itu setelah mengatakan jika dirinya adalah 'Istrinya'. Axton membawanya pergi dari sana.Hal itu membuat Clark menjadi kesal tetapi Axton mengatakan jika ini adalah hal penting. Clark mau tidak mau mengiyakan dan tidak menutupi wajah kesalnya pada AxtonSekarang Ara sendiri tidak tau akan di bawa kemana. Axton hanya membantunya masuk ke dalam mobil dan sekarang pria itu sibuk dengan kegiatannya."Jika ada yang ingin dikatakan, katakan saja" ucap Axton tiba-tiba dan membuat Ara terkesiap langsung mengalihkan pandangan matanya."Tidak baik perempuan hamil memendam rasa" ucap Axton lagi setelah Ara tak mengatakan apapun dan hanya diam.Ara yang mendengar bahasa Axton yang berbeda langsung menatap pria itu dengan pandangan ngeri. Menatap Axton dari atas sampai bawah"Kau Axton ? Oh atau Austin ?" Ucap Ara yang seketika meragukan jika pria di sampingnya ini adalah Axton."Jadi kau sampai sekarang belum bisa membedakan ku dan
Ketika ingin mengungkapkan penolakannya. Tiba-tiba tangan Axton bergerak mengusap perutnya tersebut. Perasaan hangat langsung terasa memenuhi relung hatinya.Tidak pernah di sangkanya jika Axton akan melakukan hal itu. Hal kecil beribu makna dan reaksi yang ditimbulkannya pada tumbuhnya.Axton masih dengan menyandarkan tubuhnya pria itu tetap mengelus perutnya lembut. Sesekali hanya jempol tangan Axton saja yang bergerak mengusap."Kita menikah, kita rawat anak ini sampai besar" ucap Axton yang membuat Ara semakin terdiam."Orang tua yang lengkap adalah kunci utama anak akan bertumbuh baik. Itu kata Mom" ucap Axton dengan suara kecilnya.Ara tertegun mendengar hal itu. Untuk pertama kalinya Axton mengatakan hal yang menyangkut kehidupan keluarganya, kecuali Austin.Axton yang menjauhkan tubuhnya membuat Ara menoleh menatap pria itu. Tangan Axton masih berada di perutnya."Kita nikah ya" lanjut Axton dengan menatapnya sungguh-sungguh.Entah kerandoman apa lagi yang akan dirasakannya ji
Ara menatap cincin yang melingkar di tangannya. Cincin sederhana tetapi beribu makna baginya. Cincin pernikahan. Tak pernah dipikirkannya jika dirinya akan menikah ketika baru saja lulus sekolah.Apa yang akan dikatakan orang tuanya jika mengetahui tentang fakta ini. Ara menghela nafas pelan. Ini sudah jalan takdirnya dan kenyataannya harus berjalan seperti ini.Pernikahan mereka diselenggarakan secara tertutup. Tidak banyak orang yang datang atau malahan hanya beberapa orang saja.Bibi, Austin, Melly, teman-temannya dan beberapa orang yang tak dikenalnya. Bahkan setelah acara utama mereka semua hanya memutuskan untuk makan bersama.Selesai.Pernikahan yang manis bukan. Ara menggelengkan kepalanya ketika pikirannya menjalar kemana-mana.Saat ini dirinya tengah berada di kamar yang ditempatinya selama di apartemen Axton. Pria itu mengatakan jika ada beberapa hal yang harus di urusnya jadi pria itu menghilang sejak satu jam yang lalu.Keren bukan. Me
Ara memasuki ruangan super mewah yang dilengkap oleh berbagai perlengkapan bekerja super lengkap. Tidak heran jika mengingat ini adalah ruang petinggi perusahaan seperti Axton.Lebih tepatnya ini adalah perusahaan miliknya. Tentu saja dia lebih spesial dari siapapun.Hari ini pagi-pagi sekali Axton membangunkannya mengatakan jika hari ini Ara akan di ajak ke perusahaannya. Alhasil di sinilah mereka berdua.Mood Axton terlihat sangat baik bahkan pria itu tidak menatapnya dingin sama sekali. Ingatannya langsung berputar pada ucapan Melly beberapa waktu lalu ketika perempuan itu memeriksa kandungannya."Mungkin sedikit olahraga ranjang bisa membuatmu mengontrol pria itu"Sepertinya tuhan menghukumnya untuk tidak akan pernah bisa melupakan ucapan Melly. Maafkan hamba mu ini dengan pikiran kotornya."Apa yang sedang kau pikirkan" ucap Axton dengan menoel lengan Ara.Ara menatap pria itu yang berdiri di sampingnya dengan menggunakan jas mahalnya."A
Ara menatap beberapa orang yang berdiri menatapnya. Mereka terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum melambaikan tangannya."Kau pasti pegawai baru ?" ucap salah satu pria yang membuat Ara langsung tersenyum kaku.Kenapa suasananya begini ?"Ya, Aratha Casabelle. Mohon bantuannya" ucap Ara dengan canggung dan mereka langsung tersenyum."Salam kenal, Ara" ucap pria itu dengan mengulurkan tangan padanya. Ara dengan senang hati langsung mengangkat tangannya dan menjabat tangan pria itu."Devian" ucap pria itu dan membuat Ara tersenyum.Ketika pria itu ingin berucap kembali tiba-tiba sosok perempuan yang ditemuinya kemarin masuk. Perempuan yang baru diketahui Ara bernama Mrs. Fransiska."Saya harap kalian bisa berbaur dengan baik dengan Mrs. Casabelle dan bisa saling bekerja sama ya" ucap Mrs. Fransiiska yang langsung dijawab dengan serempak oleh semua orang di Divisi ini."Devian, tolong bantu Mrs. Casabelle" ucap perempuan itu sebelum
"Axton" suara lirih itu terdengar untuk ketiga kalinya.Hal itu membuat Axton mengerjapkan matanya beberapa kali dan berusaha mengumpulkan semua nyawanya yang berjejeran.Axton mengerutkan keningnya ketika suara panggilan itu terdengar kembali."Aku mau melahirkan" suara kecil itu terdengar begitu lemahAxton langsung menoleh kearah Ara yang terlihat sudah kesakitan. Mata Axton langsung melotot melihat hal itu dan menatap jam nakas yang menunjukkan pukul dua malam"Kau akan lahiran ?" Ucap Axton dan Ara tersenyum kecil kemudian menganggukkan kepalanya.Axton yang merasa panik langsung turun dari ranjang dan membuka pintu kamar. Axton masih dengan celana piyamanya terlihat kebingungan."Panggilkan Layla untuk menghubungi supir dan kau bawa aku ke rumah sakit" ucap Ara di tengah ringisannya.Hal itu membuat Axton berhenti dan langsung berbalik untuk lari ke kamar sebelah. Membangunkan Layla yang malam ini memang tidur di kamar Aerin.Layla
Ara berjalan menuju taman belakang dengan perutnya yang sudah terlihat sedikit membuncit. Usia kandungannya sudah menginjak umur 7 bulan.Hari ini Axton tengah berada di Japan. Ada beberapa perjanjian luar negeri yang harus membuat Axton untuk pergi.Alhasil Ara dan Aerin di titipkan di rumah Gaston. Ara tidak masalah akan hal itu. Sudah seminggu Axton belum kembali kemari.Tetapi Ara cukup tau jika suaminya itu tengah sibuk. Lagian setiap malam Axton selalu menyempatkan untuk menelfonnya ketika malam.Ketika Aerin sudah tertidur lelap di sampingnya. Mau tidak mau Ara membawa Aerin untuk tidur bersamanya karena anaknya itu semakin aktif kesana kemari.Ara tidak bisa memantaunya jika dengan leluasa jika mereka berbeda kamar. Apalagi dengan perutnya yang sudah sebuncit ini."Kau akan kemana ?" Ucap seseorang yang membuat Ara menoleh dan menemukan Gaston yang tengah berdiri di sampingnya."Ke gazebo, Daddy. Memangnya Daddy mau kemana ?" Ucap Ara denga
Axton mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya. Pikirannya sedang kalut. Perpindahan perusahaan harus ditunda untuk beberapa hari.Pikirannya sedang kacau dan Ara sedang merajuk. Istrinya itu sudah memilih untuk tidur di kamar Aerin selama dua hari ini.Semenjak mereka pulang dari London. Istrinya itu memilih untuk tidak mengatakan apapun.Tetapi Axton sangat lega jika Ara tidak menunjukkan jika mereka sedang bertengkar dihadapan Austin maupun DaddynyaAra bahkan tetap memeluk Gaston dengan sayang sebelum mereka masuk ke dalam mobil. Istrinya itu benar-benar perempuan yang sangat baik hati.Sekaligus kejamIstrinya itu sangat kejam karena mengabaikannya. Ara membuatnya menjadi orang paling salah di sini.Padahal Axton juga kecewa dengan tindakan istrinya itu.Ara menyembunyikan semuanya dari Axton. Merayunya untuk memaafkan Gaston dengan iming-iming akan memberikan Axton anak lagi.Tetapi sialnya perempuan itu malah menggunakan kontrasepsi
Ara menata makanan di meja makan ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Gaston terlihat sudah duduk di kursinya dan terlihat tengah menggoda Aerin yang berceloteh senang.Kemudian di susul dengan Austin yang masuk ke dalam ruang makan. Axton sedang mandi di atas jadi pria itu belum turun hingga saat ini."Vanessa minta tolong siapkan makanan untuk Melly. Aku akan membawanya nanti, dia sedang tidur" ucap Austin dan Vanessa yang memang sedang membantunya langsung menganggukkan kepalanya."Belva, tolong panggilkan Axton juga dia belum turun hingga detik ini" ucap Ara dan perempuan itu langsung menganggukkan kepalanya.Belva dipindahkan ke rumah ini agar bisa membantu Gaston ataupun Melly serta Austin yang sudah menetap di sini.Hanya Axton dan Ara yang sering terbang ke sana kemari dari London ke Las Vegas. Untuk menjenguk Gaston ataupun AustinKemarin Axton mengatakan jika mungkin dia akan mulai menetap di Las Vegas. Membangun perusahaannya di sini s
"Kau terlihat akrab dengan Gaston" ucap Melly yang membuat Ara menoleh.Ara saat ini sedang memilih beberapa tas yang mungkin sedang menarik perhatiannya. Mereka saat ini sedang berada di salah satu mall terbesar di Las Vegas.Melly mengatakan jika hari ini Austin yang akan membiayai mereka berdua. Sebagai bentuk rayuan karena Austin tidak bisa melanjutkan honeymoon mereka karena ada alasan yang mendesak.Ara tertawa mendengar penuturan Melly yang berapi-api. Alhasil Melly mengajaknya untuk menguras semua isi tabungan milik Austin."Gaston pria yang baik. Memang kau tidak akrab ?" Ucap Ara dan Melly tersenyum."Gaston awalnya tidak setuju jika Austin denganku" ucapan Melly sukses membuat Ara menghentikan gerakannya dan membalikkan badan menatap saudara iparnya itu."Kau serius ?"Melly menganggukkan kepalanya dan mengangkat tangan memanggil salah satu pelayan toko yang langsung mendekati mereka. Melly menyerahkan tas yang sudah di pilihnya."G
"Ayo sana. Katanya mau baikan" ucap Ara dengan menggendong Aerin yang tengah merengek karena baru saja bangun tidur.Mereka berdua tengah berdiri di depan balkon sambil memandangi Gaston yang terlihat di gazebo belakang. Dengan tablet di tangannya mungkin melihat berita.Axton yang berdiri di sampingnya terlihat melototkan matanya pada Ara. Tetapi misi Ara kali ini tidak boleh meleset."Bikin perjanjiannya kan baru semalem. Masa udah harus dijalankan" ucap Axton dan Ara yang gantian melototkan matanya."Hey Tuan Arogan! Kau sudah mengambil jatahmu semalam. Sekarang giliranmu untuk membuktikan" ucap Ara dan Axton terlihat mendengus."Aku sedang membantumu menenangkan Aerin" ucap Axton sambil berniat mengambil Aerin dari pelukan Ara.Tetapi Ara segera berpaling agar Axton tak sempat mengambil Aerin. Hal itu membuat Axton mencebikkan bibirnya.Entah bagaimana Axton dari hari ke hari antara semakin menggemaskan dan sedikit mengesalkan. Suaminya itu bisa berubah menc
*-*-*Axton keluar dari mobil dengan jas super mewahnya. Beberapa pasang kamera langsung menyorotnya ketika pertama kali membuka pintu.Axton memutari mobil dan membukakan pintu untuk Ara. Mengambil alih Aerin yang sudah terlihat cantik dengan gaun mungil berwarna senada dengan mereka berdua. Gaun berwarna Navy.Istrinya itu terlihat ragu-ragu awalnya. Tetapi Axton memberikan sebuah senyuman manis dan uluran tangan.Seakan-akan mengatakan jika Ara ragu dia bisa menjadikan Axton pegangannya nanti. Ara dengan perlahan memegang tangan Axton dan membuat Axton semakin menyinggungkan senyumnya.Mereka berdua berdiri di samping mobil dan semua sorotan kamera langsung terarah kearah mereka.Axton menggandeng Ara untuk berjalan melewati beberapa wartawan itu. Axton sudah bisa menduga seperti apa pesta pernikahan saudaranya ini akan berjalan.Apalagi Melly bukan hanya dari keluarga biasa di Las Vegas. Lengkap sudah berita yang akan dibawakan oleh semua awak
"Selamat Malam, Chef Axton" ucap Ara pada Axton yang tengah berdiri di depan kompor dengan celemek yang dipasangkan Ara tadi.Jam menunjukkan pukul enam sore. Tadi Ara sedang memasak ketika Axton pulang dari kantor.Axton yang baru saja datang langsung beranjak untuk mencuci tangan dan menghampiri Aerin yang sedang berceloteh di tempat duduk bayinya.Axton menggendong Aerin dan memberikan godaan pada anaknya itu. Ara hanya diam saja melihat interaksi Anak dan Ayah tersebut.Hingga aroma menyedapkan tercium. Bukan aroma masakannya melainkan aroma dari Aerin yang buang air besar.Jika urusan buang air besar Axton belum mempelajarinya. Jadi mau tidak mau Axton yang harus melanjutkan acara memasak.Tak lupa juga Ara iseng menyuruh Axton untuk mengenakan Celemek. Suaminya itu tidak protes sama sekali dan segera mengenakannya.Dengan mengatakan jika Ara harus segera membereskan Aerin karena anaknya nanti akan menangis karena tidak nyaman.Bukankah A
"Aku haus" ucap Ara pada Axton yang terlihat duduk di sampingnya dengan beberapa berkas di tangannya.Sudah seminggu Axton mulai bekerja kembali. Tetapi tentu saja masih dalam jarak jauh. Mereka masih berada di mansion milik Gaston.Perang dingin masih terasa di antara anak dan bapak itu. Tetapi Ara tidak bisa mengomentari apapun bukan ?"Kau ingin minum apa ?" Tanya Axton setelah menaruh berkasnya dan mengulurkan tangannya menoel pipi Aerin yang terlelap di lengannya.Mereka saat ini tengah menonton televisi dengan Axton yang juga membawa pekerjaannya. Ara tidak bisa mencegahnya karena memang banyak sekali tugas Axton yang terbengkalai kalau kejadian akhir-akhir ini."Air putih saja" ucap Ara dan Axton menganggukkan kepalanya.Axton beranjak dari tempatnya dengan mencuri sebuah kecupan di puncak kepala Ara. Sebelum berbalik arah keluar dari kamar mereka di rumah ini.Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ara dan Axton tidak bisa tidur. Kemudi