Home / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 26. Jangan Minta Aku Tinggal

Share

26. Jangan Minta Aku Tinggal

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2025-04-03 13:00:14

"Kamu bakalan balik dianter sopir," ucap Rai saat ia masuk dari pintu utama, entah dari mana ia pergi sejak sore tadi.

Gendhis yang kaget karena kedatangan Rai setelah pergi meninggalkannya di penthouse tanpa berpamitan, hanya bisa mengangguk. Ia beranjak, memberesi isi tas yang dibawanya kemarin sore, termasuk ponsel dan lipstik andalan. Beberapa kali ia tampak membasahi bibirnya, matanya asik mengikuti gerakan Rai yang tengah berganti kemeja, santai sekali bertelanjang dada dan memamerkan tatonya di depan Gendhis.

"Sisa kekurangan pembayaran kamu udah diurus orangku," lanjut Rai, "semisal kurang, kamu tinggal bilang," katanya.

"Oke," balas Gendhis singkat. "Kalau gitu, aku bisa pergi sekarang?" tanyanya.

"Sopirku lagi perjalanan dari rumah ke sini," jawab Rai.

"Oh, kukira barusan kamu dari luar sama sopir," pancing Gendhis. Ia sekadar ingin tahu, ke mana perginya Rai selama beberapa jam tadi.

"Tadi aku ke rumah sakit, ada partus," sahut Rai tenang. "Pasien minta dipantau langs
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Candu Cinta Dokter Muda   27. Hanya Akan Terluka

    Seperti yang Gendhis minta, meski tetap meminta orang untuk mengawasi dan menjaga sang cinta pertama, Rai tak lagi menemui Gendhis. Selain sibuk dengan pekerjaannya, Rai memberi ruang pada Gendhis untuk merenungkan apa yang sudah mereka lalui dan setidaknya Gendhis memiliki waktu untuk menyadari bahwa keputusan untuk tidak mencampuri hidup masing-masing lagi adalah salah. "Dokter Christ," wajah cantik berpoles natural muncul di pintu ruang praktik Rai, setengah badannya melongok lebih dalam. "Masih ada pasien?" tanyanya. "Baru aja selesai," balas Rai tak acuh. "Nggak lupa kan? Mami ngajak makan malem?""Aku harus pulang ke rumah besar, Kiara. Ane-san nunggu," jawab Rai. Perempuan cantik yang adalah tunangan Rai itu akhirnya masuk dan duduk menghadapi Rai di mejanya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada, tatapannya curiga tapi senyum terpatri di wajahnya."Ane-san atau pelacur itu?" tuduh Kiara tanpa basa-basi. "Pelacur itu?" dahi Rai mengerut. "Aku denger rumor soal itu dar

    Last Updated : 2025-04-03
  • Candu Cinta Dokter Muda   28. Bertemu Lagi dan Lagi

    "Orang yang menunda pesananku kemarin, dia orang penting ya?" tanya Surya, pelanggan VIP Gendhis, seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat, beristri dan beranak dua. "Mas Surya dengernya gimana emangnya?" tanya Gendhis sambil menuang minuman untuk Surya ke dalam gelas. "Permainannya rapi, aku nggak bisa ngelak," balas Surya. "Dia ngirim orangnya, ngancam, sial!" desisnya. "Ada dua orang lagi yang harus batal reservasi," gumam Gendhis menarik lengkung senyumnya. Rutinitas ini adalah pekerjaan yang harus ditekuni Gendhis sepanjang 10 tahun belakangan, ia sudah terbiasa mencipta ekpresi palsu di depan pelanggannya. Termasuk berpura-pura menikmati setiap detik yang ia harus lalui saat bercinta dengan mereka."Aku udah bayar mahal ke Mami, uangku nggak kembali," sahut Surya. "Beruntung, hari ini ada yang mau ngobrol bisnis, jadi kerugianku bakalan teratasi," tambahnya. "Mas bisa berhenti untuk reservasi kalau nggak mau rugi," kata Gendhis santai. "Kamu udah nggak mau melayaniku? Kenap

    Last Updated : 2025-04-04
  • Candu Cinta Dokter Muda   29. Tidak Ada Yang Bisa Menyentuhmu

    "Enggak, ini sekadar rehat dari kesibukan sejenak," kata Surya melirik Gendhis sebentar. "Tuang minum!" perintahnya pada Gendhis. Tanpa menjawab, Gendhis berdiri, mengambil teko di meja dan juga gelas cantik untuk Rai. Dituangkannya teh melati hangat itu hati-hati, dengan tatapan tajam Rai yang tak lepas sama sekali darinya. "Ini soal urusan kiriman barang, ya Pak?" ucap Surya lagi, sedikit menyadari bahwa Rai tengah menatap intens pelacurnya. "Nggak pa-pa kita ngobrolin bisnis tapi ada dia?" tanya Rai menunjuk Gendhis. "Kalau dia sampai bocorin masalah ini, dia tau konsekuensinya, Pak," sahut Surya."Saya bakalan bantu urus barang itu, jaminan tanpa kegagalan, nggak ada kebocoran informasi, tapi saya minta satu syarat lagi ditambahkan dalam perjanjian yang sudah dikirim tadi pagi," gumam Rai. Surya tersenyum, "Apapun itu, Pak. Nggak nyangka Pak Christopher sendiri yang akan datang menemui saya," katanya senang. Rai menyeringai tajam, lagi-lagi, tatapannya beralih pada Gendhis.

    Last Updated : 2025-04-04
  • Candu Cinta Dokter Muda   30. Ijinkan Hanya Malam Ini

    Gendhis terisak cukup lama, ia tenggelam di pelukan Rai begitu nyaman. Rai pun tak keberatan menjadi tempat Gendhis untuk bersandar, ia tak bicara apapun dan rela menunggu tangis Gendhis reda tanpa banyak bertanya. "Kamu tau kalau aku ada di sini sama Mas Surya?" tanya Gendhis masih sesenggukan, tapi tangisnya sudah tak lagi ada. "Aku ke sini karena tau kamu lagi sama dia," balas Rai. "Dia nggak akan berani booking kamu lagi setelah ini, sorry, mungkin kamu jadi rugi banyak karena berkurang satu pelanggan. Tapi aku nggak akan berhenti Ndhis, siapa lagi yang berani main tangan ke kamu, berurusan sama aku," katanya serius. "Nggak cuma satu-dua yang kayak Mas Surya. Sebagian besar yang dateng ke aku sering begitu, kasar, dan punya fantasi yang aneh. Mereka merasa wajib dilayani apapun keinginannya karena ngerasa udah bayar mahal. Kebanyakan yang hasrat seksualnya nggak terpenuhi di rumah, larinya ke kami," ungkap Gendhis jujur. "Dan kamu masih tahan kerja kayak begini?" mata Rai memb

    Last Updated : 2025-04-05
  • Candu Cinta Dokter Muda   31. I Want You

    Gendhis tidak menolak, ia biarkan Rai memagut lembut bibirnya, menuntaskan rasa. Seakan seluruh beban di dadanya siap meledak saat itu juga, Gendhis berpasrah. Apalagi saat Rai dengan hati-hati membopong tubuhnya dan membaringkannya di ranjang. Mereka berpandangan sejenak, cinta itu masih menyala, tersimpan dalam sorot mata yang mengungkap segalanya meski tanpa terwakili kata. "Aku cinta sama kamu, Ndhis," ungkap Rai gentle sekali. "Nggak peduli apapun kondisimu. Aku begini karena aku nggak mau nyesel untuk kedua kali," sebutnya yakin. Gendhis membasahi bibirnya beberapa kali, ia pandangi lekat wajah tampan yang tubuhnya berbaring menindihnya ini. Dirabanya pipi dengan rahang tajam milik Rai, bagaimana ini? Bolehkah ia terlena oleh cinta lama yang masih membara sedemikian besarnya? Bisakah Gendhis menepis segala kekhawatiran akan dunia dan masa bodoh saja? Mampukah Gendhis melenyapkan segenap ketakutan yang selama ini ditanggungnya?"Apa boleh aku juga bilang perasaanku, Rai?" tanya

    Last Updated : 2025-04-06
  • Candu Cinta Dokter Muda   32. Hidup Seorang Rai

    Masih berbaring di ranjang berdua, sama-sama hanya berbalut selimut tebal membungkusnya, Rai dan Gendhis larut dalam pikiran masing-masing. Napas keduanya sudah kembali normal, mereka tak bicara apapun tapi Gendhis nyaman tenggelam dalam pelukan Rai yang hangat."Sejak terakhir kali kamu tidur sama aku, berapa orang yang kamu layani setelahnya?" tanya Rai sengaja berbicara sambil menempelkan bibirnya di telinga Gendhis. "Aku dipake dua orang, tapi aku minta mereka pake pengaman," ungkap Gendhis jujur. "Tarifnya jadi jauh lebih murah?" ekspresi Rai tampak takjub. "Iya, aku takut harus berakhir di meja operasimu lagi," jawab Gendhis klise. Meski sebenarnya ia hanya menjaga diri agar andai ia harus hamil suatu saat, adalah anak Rai yang ada di dalam rahimnya. "Kerugianmu bakalan kuganti," ucap Rai. "Berapa?" tanyanya. Gendhis menggeleng lemah, "Aku nolak 6 pelanggan, padahal aku butuh makan," gumamnya. "Bikin rekening baru, kutransfer yang kamu butuh ke rekening itu, jangan sampe M

    Last Updated : 2025-04-07
  • Candu Cinta Dokter Muda   33. Membuatnya Jauh Lebih Mudah

    "Sekarang giliranku," ucap Rai, ia kecup kening Gendhis sekejap. "Janin itu, apa milik Surya juga?" tembaknya tak terduga. Bukannya menjawab, Gendhis semakin menyusup di bawah ketiak Rai, menyembunyikan wajahnya. Ia mainkan jemarinya di atas dada Rai, enggan menjawab sebenarnya. "Aku nggak maksa kamu jawab kalau emang kamu nggak mau," kata Rai bijak. "Emang kamu berekspektasi apa, Rai?" Gendhis sedikit mendongak, ia tatap wajah tampan Rai yang sudah mulai bersih dari keringat. "Bukan Mas Surya, dia baru selesai pelantikan anggota dewan, selama proses pemilihan, dia nggak ngehubungin aku," tukasnya. "Oh, oke," Rai mengangguk paham. Sebenarnya, ia ingin bertanya jauh lebih dalam, tapi ditahannya. Ia tidak mau membuat suasana hati Gendhis berubah, mereka baru saja saling mengungkap rasa. Membiarkan situasi tetap manis dan hangat adalah pilihan terbaik bagi Rai saat ini. "Kamu nggak ke rumah sakit? Udah nggak ada kerjaan?" tanya Gendhis mengalihkan topik pembicaraan."Enggak," sahut

    Last Updated : 2025-04-07
  • Candu Cinta Dokter Muda   34. Aku Janji

    "Kamu mau berangkat kerja?" tanya Gendhis masih enggan membuka mata. Pagi sudah menjelang, setelah mengobrol panjang lebar semalaman dan bercinta 2 ronde lagi setelahnya, Gendhis lelap tidur di pelukan Rai. Kini, ia terbangun oleh kilau sinar matahari yang menyusup di sela-sela tirai jendela, pun juga aroma maskulin Rai yang menguar di sebelahnya. "Aku ada praktik poli di rumah sakit daerah, jam 8 harus udah standby," balas Rai. Ia lalu duduk di sisi ranjang, mengusap rambut berantakan Gendhis yang berusaha dirapikan pemiliknya. "Aku udah memperpanjang reservasi kamar ini, Bang Ardi juga udah kuminta ngirim baju ganti," katanya. "Reservasi Mas Surya ke Mami cuma sampai siang ini, Rai.""Itu udah kuurus, kamu boleh balik ke rumah bordil itu besok pagi. Semoga urusanku sama germo-mu itu juga bisa selesai secepatnya.""Urusan apa?" Gendhis spontan bangun dari posisi tidurnya. "Membebaskanmu.""Maksudnya?" Senyum Rai terkembang, ia kecup kening Gendhis sesaat, "Berapa kali harus kubi

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Candu Cinta Dokter Muda   73. Kekhawatiran Gendhis

    "Kalau emang nggak ada waktu nggak usah dipaksain ah," Gendhis menepuk lengan Rai lembut. "Bulan madu bisa di rumah juga," ucapnya sambil berusaha mengimbangi langkah Rai yang lebar itu. "Beneran nggak pa-pa?" tanya Rai. Ia sengaja menghentikan langkahnya seraya menatap Gendhis dengan sorot teduhnya yang membius. "Aku pengin kamu juga menikmati pernikahan kita sebagaimana pasangan lainnya, Ndhis," tandasnya. "Aku menikmati kok," ucap Gendhis mengembangkan senyumnya. 'Aku sadar nilaiku, nggak boleh nuntut yang macem-macem ke kamu.'"Tapi ekspresimu nggak bilang gitu. Ke depannya, aku bakalan usahain semaksimal mungkin buat kebahagiaanmu," janji Rai. "Aku tau kamu cukup terbebani sama situasi kita saat ini. Bahkan mungkin, nikah sama aku sebenernya nggak ada dalam to do list hidupmu.""Nikah sama kamu emang dadakan, nggak pernah terpikir di kepalaku sama sekali, dan nggak ada dalam anganku bakalan jadi istrimu secepat ini. Tapi aku bahagia, Rai. Aku seneng bisa dampingin kamu.""Terus

  • Candu Cinta Dokter Muda   72. Tiba-Tiba Saja

    "It's okay Dok, mungkin akan normal untuk satu atau dua bulan ke depan. Nggak ada masalah," ucap Dokter Andri pada Rai. Ia baru saja selesai memeriksa Gendhis di urutan terakhir. "Makasih Dok, maaf bikin Dokter Andri telat pulang," balas Rai. "Nggak masalah," kata Dokter Andri tak keberatan. "Mbak Gendhis, nanti kalau ada yang mau ditanyakan bisa ke Dokter Christ, hasil USG juga nggak perlu penjelasan dari saya, ya," ucapnya. "Iya, makasih Dokter," gumam Gendhis tersenyum simpul. "Kalau gitu kami pamit, Dok. Makasih sekali lagi," ujar Rai kemudian berdiri, ia papah Gendhis keluar dari ruang praktik Dokter Andri, lalu memintanya untuk duduk di kursi tunggu. "Biar kuurus administrasinya bentar. Aku belom bisa pake identitas sebagai suamimu, jadi kamu nggak bisa jadi penerima manfaat fasilitas untuk keluarga tenaga medis di rumah sakit ini," terangnya."Iya nggak pa-pa," ucap Gendhis maklum. "Aku tunggu di sini," katanya. Menatap langkah Rai yang menjauh, pikiran Gendhis kembali mel

  • Candu Cinta Dokter Muda   71. Diam-Diam

    Rai mematung kaku di pintu utama rumahnya, tatapan matanya yang biasa teduh itu dipenuhi kilat marah yang ia tahan mati-matian. Di seberangnya, Eriska dan Kiara berdiri berdampingan, melempar senyum tak terdefinisikan untuk Rai. "Calon istri nggak pa-pa kan main ke rumah kamu, Bang?" kata Kiara tanpa beban. Ia mencoba melongok ke dalam beberapa kali, tapi tubuh tinggi Rai jelas menghalanginya."Mami nganter, kasian Kiara kalau kamu cuekin di rumah kan," kata Eriska lalu nyelonong masuk begitu saja, menabrak tegap tubuh Rai yang pasrah bungkam menempel daun pintu. "Kayak cicak deh Bang," cibir Kiara. "Masuk ya," katanya mengekor langkah Eriska. "Kalian mau ngapain? Aku ada jadwal poli dua jam lagi," ujar Rai menyusul masuk, menemui tamunya yang sudah duduk di ruang tamu. "Rumah kamu gede ya Bang," kata Kiara mengitarkan padangan. "Tapi nggak pa-pa kalau nanti abis nikah kita tinggal di apartemen aja, kalau ke sini aksesnya dari rumah sakit rada jauh," katanya nyerocos. "Cari aja y

  • Candu Cinta Dokter Muda   70. Penawar Selera

    "Gimana?" Gendhis menyambut kepulangan Rai di meja makan dengan beberapa masakan yang sudah terhidang, senyumnya terkembang cantik. Ini adalah kali pertamanya memasak untuk Rai. "Kamu yang masak?" lengkung senyum Rai ditarik dengan paksa oleh pemiliknya. Tidak! Gendhis tidak boleh tahu hal apa yang baru saja terjadi dengannya di rumah Ben dan bagaimana Taka-Sama menuntutnya untuk tetap fokus pada rencana. "Iya, aku belajar sama Ann, tadi dia ke sini, katanya ini semua makanan kesukaan kamu," ucap Gendhis ceria. "Terus Ann ke mana sekarang?" Rai celingak-celinguk mencari sosok cantik sang ibu angkat. "Udah pulang, katanya kalau Ben pulang ke rumah dan dia nggak ada, bisa gawat," jawab Gendhis mengedikkan bahunya. "Udah laper belom? Mau langsung makan atau bersih-bersih dulu?" tanyanya mendekati Rai, meraih lengannya dan membimbingnya untuk duduk di salah satu kursi. "Aku langsung coba dulu masakannya," ucap Rai pengertian. "Tolong ambilin nasinya," pintanya lembut. Gendhis mengan

  • Candu Cinta Dokter Muda   69. Melemahnya Keyakinan

    "Kenapa tiba-tiba gini?" tanya Rai setengah berbisik di samping ayah angkatnya, Ben.Ben mengedikkan pundaknya, "Kayak nggak kenal Taka-Sama," tukasnya. "Nggak ada masalah sama proses kemaren kan?" "Bisa jadi. Bersiap aja buat semua kemungkinan," balas Ben. Ia melangkah masuk lebih dulu, membungkukkan badan lantas mengambil duduk di atas tatami paling depan. "Ben, aku perlu bicara sama Christ, bukan sama Ketua," tolak Taka-Sama, pimpinan para Tetua. "Aku diusir?" gumam Ben terpana. "Kita ada urusan nanti. Saat ini, aku perlu bicara cuma sama Christ. Keluar dulu sana," perintah Taka-Sama. Meski terlihat khawatir, Ben tak memiliki pilihan lain. Ia beranjak dan melangkah keluar setelah sebelumnya menepuk pundak Rai sebagai bentuk dukungan. "Christopher," panggil Taka-Sama setelah Rai duduk menempati tatami yang tadi sempat Ben duduki. "Apa kabar, Kakek?" tanya Rai setenang mungkin. "Rada pusing, aku dari bandara langsung ke sini. Denger kabar soal kamu, Kiara ngadu," ucap Taka-S

  • Candu Cinta Dokter Muda   68. Hari Keberuntungan

    Gendhis bungkam, di depannya Rai ikut diam, hanya jemarinya yang sibuk menjentik-jentik permukaan luar gelas kopinya. Sementara, pandangan Rai tajam ke arah Gendhis, ada letupan marah dari sorot teduh itu, tapi tertahan sangat rapat dalam keheningan yang merebak entah sudah berapa puluh menit berlalu. "Mami tadi telepon, minta ketemu. Kusuruh aja ke sini," ungkap Gendhis hati-hati, sambil mengamati ekspresi dingin suaminya yang tak berubah sama sekali. "Nggak taunya, dia sama Doni, asistennya Mario," lanjutnya. Sontak pandangan mata Rai yang tadi sempat tertuju pada jelaga di dasar gelasnya, naik menatap Gendhis lagi. Sorot marah itu berubah seketika menjadi kabut khawatir yang tak bisa Rai sembunyikan. "Aku nggak diapa-apain," ucap Gendhis seakan bisa membaca arti dari pandangan teduh di mata sang suami. "Mau apa dia?" desis Rai seketika beranjak, ia mendekati Gendhis, duduk di sebelahnya. Diamatinya tubuh Gendhis saksama, mencari kalau-kalau terdapat luka atau lebam bekas pukula

  • Candu Cinta Dokter Muda   67. Pergi Ke mana?

    "Mereka lapor kalau Nyonya minta mereka makan siang dulu di restoran bawah. Pas mereka balik, Nyonya udah nggak ada di kamar," lapor Ardi sambil menunjuk dua orang yang diminta berjaga untuk kamar Gendhis. "Siapa yang goblok?" gumam Rai terlihat sangat kesal. Pulang dari bekerja, Rai berharap bisa bertemu istrinya untuk bermanja, tapi ia justru tidak menemukan Gendhis di kamarnya. Gendhis juga tidak meninggalkan pesan apapun pada Rai, ponselnya tidak bisa dihubungi. "Suruh mereka pergi sebelum gue lempar dua bedebah ini dari jendela!" sengal Rai terdengar sangat marah. Ardi langsung tanggap, ia gerakkan tangannya demi mengusir dua orang penjaga yang tak berguna itu. Hanya menyisakan dirinya dan Rai saja, Ardi paham bahwa Rai ingin mengobrol serius. "Para tetua apa orangnya Mario?" tembak Rai langsung, meminta pendapat Ardi. "Kalau para tetua, menurut gue nggak mungkin. Pasti udah geger duluan kan?" balas Ardi menganalisis. "Kemungkinan Kiara atau Eriska?" "Gue juga lagi mikir

  • Candu Cinta Dokter Muda   66. Ancaman Serius

    "Naik level ya lo sekarang, Sugar," cibir Wida iri, ia amati seisi kamar hotel yang dihuni Gendhis. "Mami ngajak janji temu cuma mau bilang itu?" gumam Gendhis sambil meneguk air mineralnya. "Lo nggak bisa sembunyi dari Mario selamanya, Sugar," ucap Wida tiba-tiba, hampir membuat Gendhis tersedak. "Lo sengaja ngajak ketemuan sama gue biar dia bisa ngelacak lokasi gue?""Gue serba salah. Pacar dokter lo itu menekan gue sampe gue nggak bisa ngelawan. Si Mario ngancam bakalan ngebongkar semua tentang rumah bordil kalau nggak bisa bikin janji sama lo," sengal Wida kalut. "Terus?" Gendhis membulatkan matanya. "Lo siap-siap," kata Wida mencurigakan. "Gue bisa dijeblosin ke penjara sama Mario kalau nggak bisa nemuin lo! Dan identitas soal pacar dokter lo itu udah dipegang sama orangnya Mario. Lo nggak mau terjadi sesuatu kan sama dia?" "Lo ngancem gue, Mi?" sergah Gendhis tak habis pikir."Iya. Biar lo selesaiin urusan lo secepatnya sama Mario!" ucap Wida tanpa keraguan. Ia berdiri dar

  • Candu Cinta Dokter Muda   65. Tidak Akan Melepasmu

    "Apa yang bakalan terjadi kalau Mami Eris-mu itu tau soal acara pernikahan kita, Rai?" tanya Gendhis hati-hati. Setelah selesai prosesi pernikahan yang sangat privat dan rahasia itu, Rai dan Gendhis memilih untuk tinggal lebih dulu di hotel. Sementara Rai pergi bekerja nanti sore, akan lebih aman jika Gendhis menunggu sang suami di kamar hotel dengan penjagaan beberapa orang suruhan Ben. Nanti, jika sudah selesai pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Rai, mereka baru akan pulang ke rumah besar di mana Rai menobatkan Gendhis sebagai nyonya rumahnya. "Aku juga nggak punya bayangan, yang pasti, kamu yang paling terancam kalau Mami sampe tau," jawab Rai menoleh perempuan yang berbaring damai di sebelahnya. "Aku nggak kasih tau siapapun dari pihakku soal pernikahan kita. Cuma berusaha untuk nggak membuka kemungkinan kalau pernikahan ini justru bakalan bocor dari pihakku," desis Gendhis. "Mamiku tadi sempat WA. Mario nyariin aku, dia mau booking buat lusa," ceritanya. "Terus kamu bilang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status