"Shh, pelan dong sayang.."
Bukannya memelankan, jihan semakin menekankan kapas yang ditetesi alkohol yang ia gunakan untuk mengobati luka Minho yang kini resmi menjadi kekasihnya.
"Aw, aw! Sakit!" ringis Minho.
"Ini gak sebanding sama apa yang udah lu lakuin!" sentak Jihan.
"J-jangan segitunya juga, iya deh maaf.." ucap Minho yang sesekali meringis.
"Bukan minta maaf, tapi tobat!"
"Iya iya, aw! Pelan, please!"
Dari kejauhan, Jisung dengan teman-temannya mengintip Minho dari jendela UKS. Lalu mereka saling bertatapan.
"Si Minho ngapa ya?"
"Bucin."
...
"Lah, apa salahnya?"
"Gak baik kalo makan mie terus, gue tau ya!" sentak Jihan.
"Jisung, mulut lo bocor amat."
"Nyatanya begitu, ya kali gue bilang lo nyemilin obat maag sama minum air putih," sahut Jisung yang langsung dipukul Jihan.
"Jaga mulut lo, Han."
Jihan kembali menatap Minho yang gugup menatap makanan di depannya. Saat merasa ditatap, Minho menoleh dan melihat Jihan yang sedang menatapnya dengan senyuman yang terlihat menyeramkan baginya.
"Kenapa diem? Dimakan, sayuran enak loh," celetuk Jihan saat Minho yang hanya diam.
"Bisa gak, jangan sayuran aja?"
Jihan semakin tersenyum lebar, "Makan atau... Gue cekokin satu piring ke mulut lo?"
"J-jangan, yaudah iya."
Minho langsung melahap makanannya yang sesekali mual saat melahap sayurannya. Jihan menatap kembarannya sembari tersenyum bangga.
Jihan menaikkan sebelah alisnya lalu menatap Minho dengan tatapan matanya dengan senyuman yang tak luntur sedari tadi. Jisung hanya terpaku melihat teman dan kembarannya.
...
"Sepenting apa emangnya?"
"Kok kamu tiba-tiba posesif gini sih?" tanya Minho.
"Gue gak bilang 'lo gak boleh pergi' tapi gue nanya, sepenting apa urusan lo?" tanya Jihan yang membuat Minho terdiam.
"Hm... I-itu aku cuma ketemu temen lama aku, mereka nyuruh ketemuan," ucap Minho gugup.
"Kenapa lo gak mau ngasih tau?"
"Aku gak mau kamu tau siapa mereka, mereka terlalu berbahaya. A-aku, aku minta kamu pulang sama Jisung aja, ya?" pinta Minho.
"Aku mau ikut kalo gitu."
"Jihan, please!"
"Seberbahaya apa sih mereka? Gue mau tau, terus kenapa lo nemuin mereka kalo mereka berbahaya?" tanya Jihan lagi.
Minho menggigit bibirnya, "I-itu, karena dulu aku punya janji kalo aku bakal ngenalin pacar aku ke mereka," jawab Minho gugup.
"Kenapa bukan Lia, Ryujin atau mantan lo yang lain? Kenapa harus gue?"
"Kamu gak suka?"
"Bukan gitu, Minho! Gue khawatir tau gak! Lo bisa aja salah pergaulan kalo ketemu mereka lagi!" sentak Jihan.
"Dan kamu bisa gak jangan ngekang aku? Aku makan mie, salah! Aku ketemu temen lama kamu juga larang! Aku harus gimana? Ngikutin semua mau kamu? Aku juga punya kehidupan sendiri!" bentak Minho.
Jihan tersentak saat Minho membentaknya. Ia menundukkan kepalanya lalu menoleh ke belakang saat Jisung dan teman-temannya yang menguping.
"Yaudah lo bebas, gue gak bakal ngekang lagi," ucap Jihan lalu menghampiri Jisung.
"Han, pulang bareng buru!"
"Oh? I-iya, ayo."
...
"Jihan udah dong jangan nangis gue jadi ikutan nangis," ucap Jisung yang sesekali mengusap air matanya yang menetes lagi dan lagi.
"Gue kasih tau Mama, nih?"
Jihan masih diam. Ancaman Jisung sedari tadi tak mempan bagi Jihan, "Yaudah lo mau Minho gue bikin babak belur?"
"Jangan ya anjing!"
"Terus gue harus gimana? Gue gak mau liat lo nangis lagi, gimana kalo nanti dia berhasil ngambil mahkota lo? Bakal lebih dari ini dan gue gak mau! Putusin Minho, ya?"
"Gue lupa belum ngasih tau ini ke lo. Fluffy, kucing kesayangan gue mati kemarin..." lirih Jihan.
"Fluffy... Kucing yang paling gemuk itu? Gimana bisa?" tanya Jisung.
Jihan menggeleng tak tahu, "Waktu gue mau ngasih makan siang, dia gak bangun-bangun, gue kira tidurnya nyenyak banget sampe gue angkat badannya pun diem aja, tapi ternyata..."
Jisung memeluk Jihan saat kembarannya akan menangis lagi. Ia mengelus punggungnya agar Jihan tenang.
"Nangis sepuasnya, nangis supaya beban ditubuh lo ilang, keluarin semuanya.." Dan tepat saat Jisung telah mengucapkan kalimat itu, Jihan menangis kencang dipelukan Jisung.
"Jadi lo bukan nangisin Minho yang kasar sama lo, sore tadi?" tanya Jisung saat Jihan sudah tenang.
Cklek~
"Jisung, Jihan ayo ma--- Jihan kenapa nangis? Jisung, Jihan kenapa? Kamu jailin?" tanya Han Seohee, Ibu dari Jisung dan Jihan.
Seohee menghampiri kedua anaknya yang sedang duduk dikasur mereka, "Jihan kenapa? Ada masalah, sayang? Sini cerita sama Mama."
Jihan menatap Seohee sembari mengerucutkan bibirnya, "Fluffy mati, Ma..."
"Bukannya kucing lain masih ada? Kayak Cheeky sama Choco, Jisung juga punya tupai lucu loh," sahut Seohee.
"Iya emang sih, Ma. Tapi Fluffy itu berharga bagi aku, dia kucing pemberian orang tua kita, jadi kalo dia pergi kita gak tau harus ke siapa kalo kita kangen mereka." Seohee tersenyum miris melihat anak gadisnya yang merindukan orang tua aslinya.
"Mama sama Papa 'kan ada, kita udah bilang ke kalian 'kan? Anggep kita orang tua kandung kalian, ya? Jangan sungkan terus, kalian udah kita rawat dari bayi loh."
"Maaf, Ma. Kita jadi agak canggung aja pas tau kalo kita cuma anak angkat doang." Seohee mengelus rambut Jihan dan Jisung sembari tersenyum tulus.
"Maafin kita ya, kehidupan kita dari dulu emang sederhana dan gak semewah temen-temen kalian," ucap Seohee sembari tersenyum tipis.
"Gapapa, Ma! Beneran, gini aja cukup loh buat kita," sela Jisung.
"Iya tuh, segini aja kita gak tau cara bales perbuatan Mama sama Papa kayak gimana," timpal Jihan.
"Makasih ya, sayang. Yaudah, ayo kita makan malam dulu." Jisung dan Jihan mengangguk lalu mengikuti Seohee berjalan ke meja makan.
...
"Beneran gapapa nih?"
"Iya Lee Minho, ngapain izin kalo lo gak mau kalo gak gue izinin?"
"T-tapi, kamu beneran ngizinin?"
"Nanya gitu lagi, putus kita!"
"Jangan, yaudah iya! Aku pergi dulu ya, besok aku jemput."
"Hm, bye.."
Tut tut..
Entah kenapa Minho merasa jawaban Jihan tak membuatnya merasa puas. Jihan yang tadi bukanlah Jihan yang ia kenal yang setiap berbicara dengannya pasti meninggikan suaranya.
Ji❤️
Aku harap kamu gak marah dan gak ngikutin ucapanku sore tadi|
Aku minta maaf, jangan marah ya?|
(Read)
"Dibaca doang? It's okay, kayaknya gue batalin aja janjinya," monolog Minho lalu pergi ke tujuannya sekarang.
Setelah beberapa menit, akhirnya Minho sampai di tujuannya. Setelah memarkirkan kendaraannya, Minho masuk ke toko di depannya.
Di toko itu Minho kebingungan, sejujurnya ia tak tau bagaimana selera gadisnya itu.
"Teenfiction dia kayaknya gak suka deh, apa gue harus beli yang horor? Yaudah lah, ya."
Setelah membeli beberapa buku, Minho kembali menjalankan motornya dan pergi ke tempat lain.
...
Ting tong!
"Bukain sono, Han!"
"Lo yang paling muda, jadi lo yang bukain!"
"Eh tapi kok bellnya cuma dipencet sekali, ya?"
"Lo jangan bikin gue parno!"
"Makanya buka!"
Jihan mendengus kesal. Ia tau Jisung penakut, jadi percuma memaksanya membuka pintu, "Lah cuma ada kre---" Ucapan Jihan tak dilanjutkan, gadis itu terpaku dengan barang di depannya lalu berteriak senang.
Jisung yang mendengar teriakan Jihan pun menghampirinya, "Ada apa? Kenapa teriak?"
"Gak usah kepo dan jangan masuk kamar gue!"
Setelahnya Jihan melesat ke kamarnya dan tak lupa membawa beberapa kantong plastik yang ada di depan rumahnya tadi lalu mengunci pintu kamarnya.
"Inikan buku yang udah lama gue pengenin, kok dia tau? Siapa yang ngirim ya?" Tak peduli, Jihan lebih memilih melihat barang yang lain.
"Dia bahkan tau idola gue..."
Lalu Jihan terpaku dengan kotak yang tak terlalu besar. Dengan segera ia membukanya dan melihat isinya.
"Aku mau liat kamu pake kacamata ini di sekolah besok, jangan lupa pake ya? Kupikir kamu bakal keliatan polos kalo pake. Oh ya, pake juga lipbalm sama lip scrub yang kukasih, bibir kamu agak kering sama hitam tuh, hehe. Aku gak tau kamu suka parfum yang wanginya apa, jadi semoga kamu suka ya. Satu lagi, pake semua skincare yang kukasih ya?"
Jihan terpaku setelah membaca surat yang ada di kotak tadi. Ia mulai berfikir siapa yang kira-kira memberi barang sebanyak ini padanya.
Yang terpenting bukan itu baginya. Masalahnya, disini ia tak pernah menggunakan sedikitpun barang yang disebut skincare itu, jadi bagaimana ia menggunakannya?
Setidaknya, Jihan harus berterima kasih pada orang itu.
"Minho, Minho, Minho! Sini cepetan!" seru Jihan antusias."Kenapa?" Jihan menarik baju seragam Minho hingga membuat seragamnya sedikit berantakan, "Aku gak PD banget ini, tolong dong," rengek Jihan."Y-ya tolong gimana?""Aku lepas kacamatanya, boleh?" Minho menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Kenapa harus izin ke aku? 'kan kamu yang ada inisiatif sendiri mau pake kacamata itu." "Orang yang ngasih aku kacamata ini tuh nyuruh aku pake disini sekarang, tapi aku gak percaya diri," ucap Jihan. "Kenapa kamu nurut gitu aja? Emang tau siapa orangnya?" Jihan menggeleng sembari terkekeh polos. "Udah gitu aja, cantik kok. Kamu juga beda banget hari ini." Jihan meraba wajahnya lalu menatap M
"Kak Minho! Anterin aku belanja, yuk!" seru seorang gadis yang berstatus sebagai kekasih Lee Minho. "Mau beli apalagi sih, hm? Kemarin udah belanja," sahut Minho. "Skincare 'ku abis, jadi harus beli, ayo!" Minho yang pasrah pun akhirnya mengantar kekasihnya menuju tempat tujuannya dan membeli semua keperluannya. "Ada lagi yang mau dibeli?" "Gak ada deh kayaknya." Minho mengangguk lalu kembali menggandeng tangan gadisnya dan berjalan menuju restoran terdekat, "Kita makan dulu yuk, aku traktir." "Makasih, sayang!" Dan tanpa diketahui siapapun, Minho tersenyum miring melihat gadisnya yang sangat antusias. ... "Enak banget ya sampe gak dikasih jeda dulu makannya," celetuk Minho yang gem
"Gue punya ide! Sung, bantu gue ya?" Jisung menatap Jihan dengan malas, "Apa sih? Udah puas jadi orang gilanya?" tanya Jisung karena sedari tadi Jihan berbicara sendiri selama perjalanan menuju sekolah. "Serius, please! Gue butuh bantuan lo nanti," pinta Jihan saat kembarannya telah memarkirkan motornya dan bersiap turun. Jihan turun terlebih dahulu lalu memegang lengan Kakaknya sembari mengerucutkan bibirnya, "Please, Hannie-ku sayang!" Jisung yang acuh hanya menjawab, "Lo juga Hannie ya, bego." "Tapi panggilan gue Jihan, gak kayak lo yang dipanggil Hannie. Ayolah, mau ya?" "Ck, emang apa sih? Jangan sampe lo bikin pertemanan gue sama dia hancur." Jihan mengangguk lalu mengeluarkan sticky note di sakunya lalu ia tunjukkan pada Jisung. "Itu buat apaan?"
"Jangan sekolah atau lo, gue kurung sebulan?" ancam Jisung. Namun tak sesuai ekspektasi Jisung, Jihan dengan mudahnya mengangguk mengikuti perintah kembarannya. Jisung mengernyit heran, "Bukannya kemarin lo gak mau ngikutin omongan gue?" tanya Jisung. "Emang. Tapi gue mau liat gimana reaksi dia kalo kali ini gue gak ngirim surat di lokernya," jawab Jihan lalu kembali meringkuk di balik selimut. Namun Jihan kembali duduk dan menatap Jisung lalu berkata, "Oh iya, jangan lupa kabarin gue tentang respon temen lo itu, oke?" "Hm... O-oke, gue berangkat dulu." "Sip, hati-hati dijalan." ... "Oi, Sung!" Jisung menoleh dan melihat Minho yang sama seperti dirinya, baru sampai di sekolah. "Oh,