"Gue punya ide! Sung, bantu gue ya?"
Jisung menatap Jihan dengan malas, "Apa sih? Udah puas jadi orang gilanya?" tanya Jisung karena sedari tadi Jihan berbicara sendiri selama perjalanan menuju sekolah.
"Serius, please! Gue butuh bantuan lo nanti," pinta Jihan saat kembarannya telah memarkirkan motornya dan bersiap turun.
Jihan turun terlebih dahulu lalu memegang lengan Kakaknya sembari mengerucutkan bibirnya, "Please, Hannie-ku sayang!"
Jisung yang acuh hanya menjawab, "Lo juga Hannie ya, bego."
"Tapi panggilan gue Jihan, gak kayak lo yang dipanggil Hannie. Ayolah, mau ya?"
"Ck, emang apa sih? Jangan sampe lo bikin pertemanan gue sama dia hancur." Jihan mengangguk lalu mengeluarkan sticky note di sakunya lalu ia tunjukkan pada Jisung.
"Itu buat apaan?"
"Gue bakal jadi secret admirrer-nya dia, dan gue bakal bikin dia fokus ke gue lalu putusin Ryujin biar dia gak kejebak kebiasaan gila si Lee itu!" seru Jihan antusias.
Jisung tersentak, ia reflek menghentikan langkahnya membuat Jihan ikut menghentikan langkahnya.
"Secara gak langsung lo mau jadi target dia? Gak gue izinin!" sentak Jisung lalu melanjutkan langkahnya.
"Gue gak bakal jatuh ke pesona dia, beneran!"
Jisung berdecak lalu menatap Jihan dengan amarah yang ia tahan, "Semua cewek yang deketin dia awalnya gitu, dan berakhir baper dihamilin lalu ditinggalin, gue gak mau Ji.."
Yang awalnya marah, kini menjadi sedih. Jisung menundukkan kepalanya lalu memalingkan wajahnya, "Gue gak mau lo kenapa-napa."
"... Inget, kita ini cuma anak angkat keluarga Han, kalo mereka tau kalo harga diri lo jatuh sama Minho, kita gak tau respon mereka gimana, bisa aja responnya diluar ekspektasi karena mereka bukan orang tua kandung kita," lanjut Jisung.
"Inget ya? Gue sayang sama lo, jaga mahkota lo sebelum lo nyeselin semuanya."
Setelahnya Jisung pergi meninggalkan kembarannya yang merasa bersalah.
'Maaf Kak gue bantah lo kali ini, tapi gue gak bakal biarin dia rebut mahkota berharga gue dan temen gue lagi.'
...
Kini, Ryujin dan Minho berada di tengah-tengah lapangan sekolah. Dengan tatapan siswa-siswi lain yang berlalu-lalang melihat mereka dengan rasa penasaran.
"Kak Minho, kita putus!"
Minho menyeringai tipis yang untungnya tak disadari siapapun, "Loh, kenapa? Salah aku apa? Aku belum nikahin kamu loh, kamu mau perjuanganku sia-sia?"
Ryujin yang melihat tingkah Minho pun berteriak senang dalam hati, namun wajahnya ia buat sedatar dan sekecewa mungkin.
Ryujin menghela nafas lalu memalingkan wajahnya, "Aku kecewa sama Kakak, aku baru tau kalo Kakak sebejat itu. Temen aku bahkan hamil tua gara-gara Kakak, dan begonya aku baru tau karena dia nyembunyiin semuanya."
'Dih, akting lo bagus.'
"Kakak gak sengaja, Ryu! Lagipun Kakak mabuk, Kakak juga inget jelas cctv di hotel yang liatin video kalo semua mantan Kakak yang goda Kakak," ujar Minho berusaha mencari pembelaan.
"Tapi Kakak gak bertanggungjawab atas semuanya dan itu gak sekali, itu yang bikin aku kecewa!"
Raut wajah Minho dibuat pasrah dan sedih, "Terus Kakak harus gimana? Gak mungkin Kakak nikahin semua mantan Kakak 'kan?"
"Nikahin Lia, cuma dia mantan Kakak yang berhasil pertahain janinnya," pinta Ryujin dengan santai.
"Tapi Kakak cintanya sama kamu, itu sama aja bohong!"
"Ya 'kan aku pengen Kakak jadi cowok yang bertanggung jawab, Kak! Lebih baik kita putus, ya?" Minho menggeleng panik.
'Bagus, berlututlah Lee Minho.'
Seolah bisa membaca pikiran Ryujin, Minho langsung bertekuk lutut dihadapan Ryujin dan disaksikan semua orang, "Kasih Kakak kesempatan buat berubah, Kakak gak bakal begitu lagi setelah ini."
"Itu beneran Lee Minho?"
"Woah, Lee Minho playboy bisa bertekuk lutut ke cewek tomboy kek Ryujin?"
"Gila, Ryujin bisa taklukin hati Minho?"
"Tapi gimana kalo Ryujin beneran ninggalin Minho? Bisa gawat sih."
Dan semakin banyak lagi desas-desus yang terdengar saat Minho mulai menitikkan air matanya saat Ryujin berbicara lagi, "Kita putus dan gak ada bantahan! Jangan nyesel sama apa yang udah kita buat!"
Lalu Ryujin pun pergi, meninggalkan Minho sendirian di tengah-tengah lapangan. Tak lama teman-teman Minho menghampiri lalu berniat menenangkan Minho yang menangis.
Namun tak sesuai ekspektasi.
"Hahaha!"
Teman-teman Minho mengernyit heran melihat Minho yang kini terus terawa senang.
"Temen lo dah gila tuh!"
"Ho, lo ngapa sih?"
"Lo ketawa apa nangis sih? Sampe ada air mata gitu."
"Lo depresi ditinggal Ryujin?"
Dan tanpa mereka sadari, Ryujin tersenyum senang melihat Minho yang ia anggap gila karena telah putus dengannya.
Minho mengusap air matanya yang menetes, "Gue gak galau, seorang Lee Minho gak mungkin galau-in cewek, gue cuma lagi seneng aja."
"Tapi bukannya lo gagal ya?"
Minho menyeringai, "Ini belum selesai, dan bukan gue yang galau tapi dia yang udah mutusin gue, hahaha!" Setelahnya Minho kembali tertawa.
"Beneran gila."
...
"Udah dapet target lagi aja, tapi tumben gak secara langsung," monolog Minho yang menemukan sticky note yang berisikan beberapa kata yang ditempelkan dilokernya.
Minho mengangguk saat membaca nama seorang gadis di catatan itu, "Selamat datang di dunia gue, Jihan."
"Eh tapi, Jihan mana ya? Jisung Han temen gue? Tapi nggak deh, dia 'kan lurus."
Lalu sesampainya dikelas, matanya tak sengaja menatap Jisung yang sedang menenggelamkan wajahnya dilipatan tangannya.
"Eh, Sung!"
"Apaan?"
"Lo kenal Jihan?"
Jisung mengangkat wajahnya dan menatap Minho dengan terkejut, "Siapa lo bilang? Jihan?"
"Iya, kenal gak?"
Jisung tak menjawab, ia berlari tanpa melihat Minho yang kini menyeringai.
'Kayaknya gue harus kejar cewek yang namanya Jihan ini.'
...
Brak!
Jisung menggebrak pintu kelas dengan kencang yang mana membuat seisi kelas terkejut dengan kedatangannya.
"Jihan, sini lo!"
Jihan yang sedang berbicara dengan temannya pun berdecak lalu menghampiri Jisung dengan malas.
"Apaan sih?"
Jisung mengatur nafasnya sejenak lalu menarik kembarannya ke tempat sepi lalu menatapnya tajam.
"Lo apa-apaan sih? Udah gue bilang, jangan! Sekarang lo jadi target dia, harusnya lo gak perlu soalnya Minho udah putus sama Ryujin!" sentak Jisung. Namun bukannya takut, Jihan lebih merasa bersalah kali ini.
"Maaf Kak, tapi ini tuh supaya dia jera. Tenang aja, gue udah ada rencana kok," ujar Jihan sembari tersenyum miring.
"Kalo gagal gimana? Gue takut banget, Ji.." lirih Jisung. Jihan lantas memeluk kembarannya dan menenangkannya.
"Gue minta maaf banget. Tapi please, dukung gue untuk kali ini," pinta Jihan. Namun Jisung tetap menggeleng.
"Gak, Ji! Bila perlu lo gak usah sekolah dulu sampe dia nemuin target baru sebelum dia tau siapa lo!" seru Jisung.
"Iya Hannie, gue paham. Tapi gue udah rencanain ini baik-baik dan gue gak akan gagal, percaya sama gue!" tegas Jihan.
Jisung melepas pelukannya dan menunduk. Jihan tau seberapa khawatirnya Jisung padanya, tapi ia sendiri tak ingin jika akan ada banyak lagi gadis yang kehilangan harga diri mereka.
"... Gue cuma mau supaya gak ada korban-korban lagi, gue kasian liat cewek-cewek lain yang rela berhenti sekolah cuma karena hamil, please ya Han?" Jisung tak mampu berkutik lagi.
"Janji, lo gak bakal kenapa-kenapa?"
Jihan tersenyum lalu mengangguk, "Gue janji. Dan gue juga janji, gak bakal ada lagi cewek di sekolah ini yang hamil diluar nikah lagi."
"Tapi gimana caranya?"
"Rahasia."
"Jangan sekolah atau lo, gue kurung sebulan?" ancam Jisung. Namun tak sesuai ekspektasi Jisung, Jihan dengan mudahnya mengangguk mengikuti perintah kembarannya. Jisung mengernyit heran, "Bukannya kemarin lo gak mau ngikutin omongan gue?" tanya Jisung. "Emang. Tapi gue mau liat gimana reaksi dia kalo kali ini gue gak ngirim surat di lokernya," jawab Jihan lalu kembali meringkuk di balik selimut. Namun Jihan kembali duduk dan menatap Jisung lalu berkata, "Oh iya, jangan lupa kabarin gue tentang respon temen lo itu, oke?" "Hm... O-oke, gue berangkat dulu." "Sip, hati-hati dijalan." ... "Oi, Sung!" Jisung menoleh dan melihat Minho yang sama seperti dirinya, baru sampai di sekolah. "Oh,
"Shh, pelan dong sayang.." Bukannya memelankan, jihan semakin menekankan kapas yang ditetesi alkohol yang ia gunakan untuk mengobati luka Minho yang kini resmi menjadi kekasihnya. "Aw, aw! Sakit!" ringis Minho. "Ini gak sebanding sama apa yang udah lu lakuin!" sentak Jihan. "J-jangan segitunya juga, iya deh maaf.." ucap Minho yang sesekali meringis. "Bukan minta maaf, tapi tobat!" "Iya iya, aw! Pelan, please!" Dari kejauhan, Jisung dengan teman-temannya mengintip Minho dari jendela UKS. Lalu mereka saling bertatapan. "Si Minho ngapa ya?" "Bucin." ... "Lah, apa salahnya?" "Gak baik kalo makan mie terus, gue tau ya!" sen
"Minho, Minho, Minho! Sini cepetan!" seru Jihan antusias."Kenapa?" Jihan menarik baju seragam Minho hingga membuat seragamnya sedikit berantakan, "Aku gak PD banget ini, tolong dong," rengek Jihan."Y-ya tolong gimana?""Aku lepas kacamatanya, boleh?" Minho menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Kenapa harus izin ke aku? 'kan kamu yang ada inisiatif sendiri mau pake kacamata itu." "Orang yang ngasih aku kacamata ini tuh nyuruh aku pake disini sekarang, tapi aku gak percaya diri," ucap Jihan. "Kenapa kamu nurut gitu aja? Emang tau siapa orangnya?" Jihan menggeleng sembari terkekeh polos. "Udah gitu aja, cantik kok. Kamu juga beda banget hari ini." Jihan meraba wajahnya lalu menatap M
"Kak Minho! Anterin aku belanja, yuk!" seru seorang gadis yang berstatus sebagai kekasih Lee Minho. "Mau beli apalagi sih, hm? Kemarin udah belanja," sahut Minho. "Skincare 'ku abis, jadi harus beli, ayo!" Minho yang pasrah pun akhirnya mengantar kekasihnya menuju tempat tujuannya dan membeli semua keperluannya. "Ada lagi yang mau dibeli?" "Gak ada deh kayaknya." Minho mengangguk lalu kembali menggandeng tangan gadisnya dan berjalan menuju restoran terdekat, "Kita makan dulu yuk, aku traktir." "Makasih, sayang!" Dan tanpa diketahui siapapun, Minho tersenyum miring melihat gadisnya yang sangat antusias. ... "Enak banget ya sampe gak dikasih jeda dulu makannya," celetuk Minho yang gem