"Kak Minho! Anterin aku belanja, yuk!" seru seorang gadis yang berstatus sebagai kekasih Lee Minho.
"Mau beli apalagi sih, hm? Kemarin udah belanja," sahut Minho.
"Skincare 'ku abis, jadi harus beli, ayo!"
Minho yang pasrah pun akhirnya mengantar kekasihnya menuju tempat tujuannya dan membeli semua keperluannya.
"Ada lagi yang mau dibeli?"
"Gak ada deh kayaknya."
Minho mengangguk lalu kembali menggandeng tangan gadisnya dan berjalan menuju restoran terdekat, "Kita makan dulu yuk, aku traktir."
"Makasih, sayang!"
Dan tanpa diketahui siapapun, Minho tersenyum miring melihat gadisnya yang sangat antusias.
...
"Enak banget ya sampe gak dikasih jeda dulu makannya," celetuk Minho yang gemas melihat tingkah kekasihnya.
"Banget! Kakak pinter banget milih restoran," jawab gadis itu.
"Ini 'kan langganan Kakak dari dulu."
Gadis itu hanya mengangguk lalu kembali memakan makanannya. Namun tak lama, ia tiba-tiba berhenti makan.
"Eh bentar Kak, aku mau ke toilet dulu."
Minho mengangguk santai lalu membiarkan gadis itu pergi. Selama kekasihnya pergi, Minho mengeluarkan sesuatu dan menaburkannya didalam minuman kekasihnya lalu mengaduknya dan kembali pada posisinya.
Dan seolah-olah tak tau apa-apa saat kekasihnya bertingkah aneh, lalu kembali pada rencana awalnya.
...
"Kak, tanggung jawab!"
Minho menggaruk telinganya lalu menoleh malas ke arah sang mantan, "Tanggung jawab apaan? Kita bukan siapa-siapa lagi dan gue udah bilang, jangan nyesel sama apa yang udah kita perbuat dulu."
"Tapi kamu harus tanggung jawab, aku hamil anak kamu!" seru gadis tadi yang membuat orang disekitarnya menoleh kaget.
"Halu."
Minho tak peduli, ia melangkah pergi meninggalkan mantan kekasihnya dan siswa-siswi yang menatapnya heran.
"Aku punya bukti! Aku bisa aja sebarin biar kamu malu dan tau rasa!" teriak gadis itu kesal.
Namun Minho terkekeh lalu menoleh ke belakang, "Silahkan, tapi jangan salahin gue kalo lo bakal lebih malu lagi, Choi Jisu."
Gadis bernama Choi Jisu itu tak peduli, ia tetap menyebarkan rumor pada semua siswa disekolahnya dan rumor itu menyebar dengan cepat.
Dan bertepatan dengan itu, Minho pun melancarkan aksinya. Ia mengirim sebuah rekaman pada grup yang mana isinya ialah semua siswa disekolahnya juga.
Dan semua orang pun tau, singa takkan marah jika tak ada yang mengganggunya. Dan ucapan Minho benar, disini Jisu yang sangat malu.
Dan hal itu tak terjadi sekali, Minho berkali-kali mengencani gadis-gadis yang menyukainya dan terus-menerus melakukan hal yang sama pada setiap gadis, dan itu membuatnya begitu senang.
Tak jarang ketika semua mantan kekasihnya itu hamil, ada yang langsung mengaborsi, keluar dari sekolah atau bahkan seolah ia tak hamil dan bersekolah sembari menahan rasa malu.
"Lo mau ngapain sih?"
"Mau nyatain perasaan, dukung gue ya!"
"Lo suka sama siapa emang?"
"Minho."
"Oh--- eh, apa? Lee Minho playboy yang senior kita itu?" tanya temannya terkejut.
"Iya, emang kenapa?"
Temannya menggeleng panik lalu menahan tangan temannya itu, "Gue peringatin lo, mending jangan! Atau lo bakal nyesel kayak gue."
Namun gadis bernama Shin Ryujin itu tersenyum tipis lalu menepuk pundak temannya, "Gak usah khawatir, gue kebal kok. Gue kayak gitu juga mau bales dendam karena udah bikin temen gue begini."
"Jangan, Ryu! Dia itu kuat banget pesonanya, sekalipun lo main-main tapi akhirnya lo bakal baper juga! Apalagi kita cewek!" larang temannya.
"Tenang, Lia. Gue itu jarang ngerasain yang namanya jatuh cinta jadi serahin semuanya ke gue." Dan disaat itu pula, Lia tak bisa lagi melarang sahabatnya.
Karena Ryujin dengan Minho makin lama semakin dekat dan seolah tak bisa terpisahkan.
...
"Sumpah, gedek gue lama-lama!"
"Napa lo, gondok?" tanya seorang lelaki yang wajahnya mirip dengan gadis di depannya.
"Jangan mancing emosi gue, deh!"
Melihat kembarannya yang terlihat marah, lelaki tadi berinisiatif menghampiri dan menenangkannya, "Gak biasanya lo semarah ini, ada yang ganggu lo?"
"Temen lo, tuh! Semua temen gue pada bunting gegara dia," gerutu gadis tadi yang bernama Han Jihyo.
"Pada bunting? Oh, si Minho?"
"Jangan nyebut namanya!!" teriak Jihyo sembari melempar bantal ke arah Kakak kembarannya.
"Yaudah iya maaf, lagian gue gak temenan sama dia."
"Tch! Gak temenan tapi sering berduaan, berarti pacaran?" cetus Jihyo yang sering disebut Jihan itu.
"Ya gak gitu juga Jihan, gue gak homo ya!"
...
'Haha, lo kira gue gak tau?'
Minho mengusap rambut kekasihnya dengan penuh kelembutan, "Kamu tau gak? Aku sayang banget sama kamu, aku gak pernah jatuh cinta sedalam ini sama perempuan," ucapnya.
'Demi apa? Akhirnya gue bisa taklukin dia?'
"Masa sih? Coba buktiin."
Cup!
Ryujin lantas nemukul lengan Minho yang tiba-tiba menciumnya, "Hey, ini tempat umum!" sentaknya.
"Berarti kalo dikamar berdua, boleh? Lagipun, aku cuma bersihin nasi yang ada di deket bibir kamu tadi," jawab Minho yang dibuat-buat polos.
"Y-ya nggak lah! Ini first love aku tau," sahut Ryujin yang kesal karena jantungnya berdegup tak karuan.
"Ya bagus dong, aku yang pertama."
Ryujin mencebikkan bibirnya, "Mending yang terakhir sih, tapi lebih baik yang pertama dan terakhir."
"Berarti aku dong?"
Minho tersenyum jahil menatap Ryujin yang kini pipinya memerah malu, "Kamu mah yang pertama doang! Mana ada kalo kamu juga yang terakhir!" cetus Ryujin.
"Kata siapa? Kita otw KUA kok sayang."
"Dih, halu!"
"Nggak kok. Aku udah nabung buat biaya nikah kita, tinggal minta restu satu pihak aja karena orang tua aku udah setuju, kamu 'kan udah pernah ketemu mereka," ucap Minho serius. Membuat Ryujin tersenyum senang, dalam arti lain.
'Gue berhasil? Berarti besok tinggal ngelakuin intinya, yes!'
'Jangan seneng dulu, Shin Ryujin.'
"Kamu seniat itu? Kok gak bilang! Kamu dapet darimana semua uangnya?!" seru Ryujin.
Minho tersenyum menyombongkan diri, "Aku 'kan diem-diem kerja paruh waktu, makanya kalo malem kita gak bisa ketemuan."
'Kerja bukan, seneng-seneng iya.'
"Ya ampun Minho, i love you!"
"I love you too, Lee Ryujin."
Ryujin memukul lengan kekasihnya dengan kesal, "Margaku masih Shin, kita belum sah!" ketus Ryujin.
"Iya deh iya."
...
"Kok bisa sih, bertahan lama?"
Gadis bernama Han Jihyo yang kerap kali dipanggil Jihan itu menggerutu kesal karena temannya mampu bertahan selama itu dengan lelaki yang bahkan tak pantas disebut lelaki.
"Kenapa sih, Ji?"
"Ini loh, temen lo yang bajingan itu! Dia pacaran sama temen gue tapi kok lama banget," pungkas Jihan pada Kakak kembarannya.
"Minho? Emang kenapa? Lo iri?"
"Kagak! Gue takut Ryujin keburu baper sebelum ngerencanain niat awalnya!" sahut gadis itu.
Han Jisung, Kakak kembaran Jihan mengangguk lalu teringat ucapan temannya itu, "Oh jadi dia yang pengen naklukin hati esnya Minho. Emang berapa hari mereka?"
"Bukan hari, tapi bulan! Ini udah nginjek bulan kelima dan mereka masih bertahan kayak awal jadian, bahkan gak ada konflik! Dan lo tau darimana kalo dia mau naklukin Minho?" tanya Jihan mengintimidasi.
"Semua orang juga tau sama ambisi dia kali," sahut Jisung santai.
"Mampus, berarti Minho tau? Hannie bantuin gue!" rengek Jihan.
"Bantuin apaan?"
"Bikin supaya Minho amnesia!"
Jisung menyentil dahi kembarannya, "Gimana caranya? Dan lagi, orang tuanya nanti yang kerepotan dan lo malah santai. Dia ngelupain gue juga repot banget nanti."
"Dih, gak ada guna punya temen macem dia!"
"Ada, buat nyontek."
"Han Jisung, lo bener-bener gak guna, anjir!
"Han Jihyo, anda sungguh merepotkan karena mengatur hidup orang. Hidup lo aja belum bener, urusin dulu diri lo!"
"Ngajak berantem, sini lo!"
...
"Gue punya ide! Sung, bantu gue ya?" Jisung menatap Jihan dengan malas, "Apa sih? Udah puas jadi orang gilanya?" tanya Jisung karena sedari tadi Jihan berbicara sendiri selama perjalanan menuju sekolah. "Serius, please! Gue butuh bantuan lo nanti," pinta Jihan saat kembarannya telah memarkirkan motornya dan bersiap turun. Jihan turun terlebih dahulu lalu memegang lengan Kakaknya sembari mengerucutkan bibirnya, "Please, Hannie-ku sayang!" Jisung yang acuh hanya menjawab, "Lo juga Hannie ya, bego." "Tapi panggilan gue Jihan, gak kayak lo yang dipanggil Hannie. Ayolah, mau ya?" "Ck, emang apa sih? Jangan sampe lo bikin pertemanan gue sama dia hancur." Jihan mengangguk lalu mengeluarkan sticky note di sakunya lalu ia tunjukkan pada Jisung. "Itu buat apaan?"
"Jangan sekolah atau lo, gue kurung sebulan?" ancam Jisung. Namun tak sesuai ekspektasi Jisung, Jihan dengan mudahnya mengangguk mengikuti perintah kembarannya. Jisung mengernyit heran, "Bukannya kemarin lo gak mau ngikutin omongan gue?" tanya Jisung. "Emang. Tapi gue mau liat gimana reaksi dia kalo kali ini gue gak ngirim surat di lokernya," jawab Jihan lalu kembali meringkuk di balik selimut. Namun Jihan kembali duduk dan menatap Jisung lalu berkata, "Oh iya, jangan lupa kabarin gue tentang respon temen lo itu, oke?" "Hm... O-oke, gue berangkat dulu." "Sip, hati-hati dijalan." ... "Oi, Sung!" Jisung menoleh dan melihat Minho yang sama seperti dirinya, baru sampai di sekolah. "Oh,
"Shh, pelan dong sayang.." Bukannya memelankan, jihan semakin menekankan kapas yang ditetesi alkohol yang ia gunakan untuk mengobati luka Minho yang kini resmi menjadi kekasihnya. "Aw, aw! Sakit!" ringis Minho. "Ini gak sebanding sama apa yang udah lu lakuin!" sentak Jihan. "J-jangan segitunya juga, iya deh maaf.." ucap Minho yang sesekali meringis. "Bukan minta maaf, tapi tobat!" "Iya iya, aw! Pelan, please!" Dari kejauhan, Jisung dengan teman-temannya mengintip Minho dari jendela UKS. Lalu mereka saling bertatapan. "Si Minho ngapa ya?" "Bucin." ... "Lah, apa salahnya?" "Gak baik kalo makan mie terus, gue tau ya!" sen
"Minho, Minho, Minho! Sini cepetan!" seru Jihan antusias."Kenapa?" Jihan menarik baju seragam Minho hingga membuat seragamnya sedikit berantakan, "Aku gak PD banget ini, tolong dong," rengek Jihan."Y-ya tolong gimana?""Aku lepas kacamatanya, boleh?" Minho menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Kenapa harus izin ke aku? 'kan kamu yang ada inisiatif sendiri mau pake kacamata itu." "Orang yang ngasih aku kacamata ini tuh nyuruh aku pake disini sekarang, tapi aku gak percaya diri," ucap Jihan. "Kenapa kamu nurut gitu aja? Emang tau siapa orangnya?" Jihan menggeleng sembari terkekeh polos. "Udah gitu aja, cantik kok. Kamu juga beda banget hari ini." Jihan meraba wajahnya lalu menatap M