Keesokan harinya, setelah sarapan Rania pun pamit pada ibunya untuk berangkat kerja di rumah ibu RT.
"Ibu, Rania berangkat kerja ya. Doakan Rania agar semangat kerja hari ini," ucapnya dengan senyum.
"Iya nak, ibu akan selalu mendoakan kamu," jawab ibunya.
"Assalamualaikum ibu," salam Rania sambil mencium tangan ibunya dengan takzim.
"Wa'alaikumsalam nak, hati-hati di jalan," ucap ibunya.
"Iya ibu," jawab Rania.
Rania pun keluar dari rumahnya dengan hati yang senang dan semangat. Tiba-tiba adiknya memanggilnya.
"Kak, tungguin," teriak adiknya.
"Ada apa Tania?" Tanya Tania.
"Kakak semangat kerja ya. Dan mulai hari ini kakak juga tidak usah antar adik ke sekolah," jawab adiknya dengan senyum di bibir mungilnya.
"Iya adikku sayang," ucap Rania mencubit pipi adiknya.
Rania pun melanjutkan jalannya ke rumah ibu RT. Dan tak lama kemudian Rania tiba di rumah ibu RT, dia langsung mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Tok tok" bunyi ketukan pintu.
"Assalamualaikum," salam Rania.
Ibu RT yang lagi memasak di dapurnya mendengar suara ketukan pintu dan salam dari luar langsung ke depan membuka pintunya dan mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam," jawab ibu RT.
"Maaf ibu RT, saya telat," ucapnya dengan menunduk.
"Tidak apa-apa. Mari masuk nanti saya akan tunjukkan tempat untuk mencuci baju serta detergen ya!" Perintah ibu RT.
"Baik ibu RT," jawabnya.
Rania masuk dalam rumah ibu RT dan mengikuti dari belakang ibu RT untuk menunjukkan tempat pakaian kotor dan detergen serta tempat mencuci baju yang berada di belakang.
"Sudah mengerti ya Rania?" Tanya ibu RT melihat ke Rania.
"Iya ibu RT, Rania sudah mengerti," jawabnya.
"Ya sudah saya ke depan mau menyiapkan sarapan buat pak RT dan anak-anak saya," ucapnya.
"Baik ibu RT," jawabnya.
Ibu RT pun ke depan untuk menyiapkan sarapan buat keluarganya, sedangkan Rania langsung mencuci pakaian kotor yang ada di baskom besar.
Rania dengan semangat bekerja tanpa merasa lelah atau capek karena yang ada dalam pikirannya yaitu ingin membahagiakan ibu dan adiknya. Dia tidak masalah menjadi tulang punggung di keluarganya asalkan ibu dan adiknya bisa makan setiap hari.
Setelah mencuci, Rania langsung menjemurnya di jemuran. Dan setelah semuanya beres, dia langsung mencuci piring yang kotor serta membersihkan rumah ibu RT sambil menunggu pakaian yang kering, Rania menyetrika baju yang ada di keranjang khusus pakaian yang kering yang mau disetrika.
Dan pakaian yang dia cuci pun sudah kering dia mengambilnya lalu melipatnya dan menyimpan dalam keranjang agar besok dia setrika. Pekerjaan Rania sudah selesai semuanya, dia pamit pada ibu RT untuk pulang ke rumahnya.
"Ibu RT, kerjaan saya sudah selesai semua. Saya pamit pulang ya," ucapnya.
"Oh iya nak, tapi tunggu dulu ini ada sedikit oleh-oleh buat ibu dan adikmu," jawabnya sambil memberikan bingkisan pada Rania.
"Alhamdulillah, terimakasih ibu RT," jawabnya dengan senang dan menerima bingkisan dari ibu RT.
"Sama-sama," ucap ibu RT.
"Assalamualaikum," salam Rania.
"Wa'alaikumsalam," jawab ibu RT.
Rania pun keluar dari rumah ibu RT untuk pulang ke rumahnya. Sepanjang jalan mata Rania melihat kanan dan kiri dan berharap agar dapat botol bekas untuk dia pungut. Dan apa yang di inginkan Rania dia dapatkan. Rania sangat senang memdapatkan botol bekas dan memasukkan dalam kantong plastik hitam besar yang dia bawa dari rumahnya tadi saat berangkat kerja.
Dan tibalah Rania di rumahnya dan menyimpan kantong plastik yang berisi botol bekas di samping rumahnya. Rania pun mengetuk pintu rumahnya dan mengucapkan salam.
"Tok tok" bunyi ketukan pintu.
"Assalamualaikum ibu," salam Rania.
"Wa'alaikumsalam nak," jawab ibunya.
Rania pun langsung mencium tangan ibunya dengan takzim.
"Bagaimana kerjaan kamu hari ini nak?" Tanya ibunya dengan serius.
"Alhamdulillah, baik ibu. Rania sangat senang kerja di rumah ibu RT," jawabnya dengan senyum.
"Alhamdulillah, kalau kamu senang nak. Kamu bawa apa itu nak?" Tanya ibunya sambil melihat kantong plastik yang Rania pegang.
"Oh ini dari ibu RT, katanya oleh-oleh buat ibu sama adik," jawabnya sambil memberikan kantong hitam itu pada ibunya.
Ibunya pun melihat isi kantong hitam itu yang di kasihkan sama ibu RT.
"Isinya apa ibu?" Tanya Rania.
"Kue nak," jawab ibunya yang memperlihatkan ke Rania.
"Alhamdulillah, ibu RT baik banget ya ibu sama keluarga kita," ucap Rania.
"Iya nak," jawab ibunya.
Dan Rania pun masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi dan melaksanakan shalat dhuhur. Setelah shalat Rania makan siang bersama ibu dan adiknya dengan lauk sisa tadi pagi sarapan.
Setelah makan, Rania langsung tidur siang karena badannya terasa pegal semua tapi dia tidak mau bicarakan ini sama ibunya karena takut ibunya kepikiran dengan dia.
Rania cukup nyenyak tidurnya sampai bangun menjelang senja. Dia cepat-cepat bangun untuk mandi dan shalat ashar lalu memasak nasi dan menggoreng tempe sisa kemarin.
Adzan magrib berkumandang, dimana Rania dan ibunya serta adiknya mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah. Setelah shalat Rania berdoa pada Allh dengan nangis. Ibunya heran dengan anaknya yang menangis.
"Kamu kenapa nak menangis?" Tanya ibunya dengan heran.
"Rania rindu ayah," jawabnya dengan sedih.
Ibunya langsung memeluk anaknya dan mengelus rambut anaknya. Dan adiknya pun juga ikut menangis di pelukan ibunya.
"Ya sudah, nanti kalau hari minggu kita pergi ziarah ke makam ayah kamu nak," ucap ibunya yang menenangkan kedua putrinya.
"Iya ibu, tapi ibu ikut?" Tanya Rania melihat ibunya.
"Ibu tidak ikut nak, kamu dan adikmu saja ke sana," jawab ibunya yang melihat juga ke Rania.
Rania langsung memeluk lagi ibunya karena sedih melihat kondisi ibunya yang tidak bisa berjalan.
Ibunya pun menyuruh anak-anaknya untuk tidur lebih awal agar tidak telat masuk kerja dan masuk sekolah. Dan semuanya pun tidur dengan nyenyak di atas tikar yang kusam di makan waktu.
Rania bangun lebih awal karena mau memasak buat sarapan sekalian untuk makan siang ibu dan adiknya saat Rania kerja. Dia memasak telur dadar yang dikasihkan tepung terigu sedikit agar menjadi besar dan bisa di makan sampai siang hari.
Tak lama kemudian, Rania pun menyiapkan sarapannya di atas tikar yang dibantu dengan adiknya serta menyiapkan bekal buat adiknya dibawa ke sekolah.
"Ibu, sini Rania kasih mandi ya baru kita sarapan," ucapnya.
"Iya nak," jawab ibunya.
Rania pun memandikan ibunya di kamar mandi dengan menggendongnya. Setelah ibunya mandi, dia pun memakan ibunya baju dan tidak lupa menyisir rambutnya.
Dan setelah semuanya beres, mereka bertiga pun sarapan dengan lauk sederhan tetapi bagi mereka lauk yang mahal karena mereka jarang makan telur, karena harganya mahal untuk sebutir telur beda dengan tempe yang murah.
Cintaku sama seorang pria yang tampan dan kaya hanya sebatas materai saja bukan cinta yang tulus seperti sepasang ke kasih yang sudah menikah. Perkenalkan namaku Rania gadis muda yang cantik berumur sembilan belas tahun yang hidup dari keluarga biasa. Sedangkan suamiku bernama Putra berumur dua puluh enam tahun yang berasal dari keluarga kaya. Awal mula perkenalanku dengan suamiku gara-gara saat aku menangis di tengah jalan dan saat itu juga suamiku dengan pacarnya hampir menabrakku. Dimana pacar dari suamiku memarahiku karena saya tidak melihat jalan, tapi saya terus meminta maaf padanya atas kejadian ini. Sedangkan suamiku hanya memandangku terus bukan kasihan padaku tapi hanya memandangku dan diam. "Maafin saya mas dan mbak," ucapku gugup dan gemetar meminta maaf pada mereka. "Kamu ya punya mata itu dipakai untuk melihat," jawabnya wanita itu dengan keras. "Sekali lagi saya minta maaf mas dan mbaknya," ucap Rania yang bermohon pad
Setelah makan, Rania pun pamit pada ibunya untuk pergi ke rumah ibu RT melamar kerja sekalian mengantarkan adiknya ke sekolah walau Tania sudah kelas dua SD tapi Rania setiap hari selalu mengantar adiknya ke sekolah. "Ibu, Rania dan adik pamit ya mau ke luar rumah. Doakan Rania diterima kerja di rumah ibu RT serta doakan juga adik biar hari ini sekolahnya lancar," ucap Rania yang mencium tangan ibunya diikutin dengan adiknya. "Iya nak, ibu selalu berdoa buat kamu berdua anak ibu," jawab ibu sambil mengelus rambut anak-anaknya. "Assalamualaikum," salam Rania dan Tania bersamaan. "Wa'alaikumsalam, hati-hati di jalan ya nak," jawab ibunya. "Iya ibu," ucap Rania. Rania dan Tania pun keluar dari rumah dimana terlebih dahulu Rania mengantar adiknya ke sekolah lalu ke rumah ibu RT. Sepanjang jalan ke rumah ibu RT dimana Rania terus berdoa pada Allah agar dia diterima kerja di rumah ibu RT jadi buruh cuci agar ibunya senang.
Setelah masak Rania langsung menyajikannya di atas meja. Dan tak lama kemudian Tania sudah pulang sekolah lalu mengucapkan salam. "Assalamualaikum," salam Tania. Rania yang masih di dapur mendengar salam adiknya dari luar. Dia pun langsung ke depan menyambut adiknya yang sudah pulang sekolah. "Wa'alaikumsalam adik kesayangan kakak," jawab Rania dengan senyum ke adiknya. "Iya kak," ucap Rania yang menyalim tangan kakaknya. "Ya sudah kamu ganti baju dan cuci kaki dan tangan baru kita makan siang bersama ya!" Perintah Rania. "Ok kak," jawab Rania yang langsung mengganti bajunya. Mereka pun makan bersama dengan lahap. Dan setelah makan Rania pun membersihkan sisa makannya lalu mengantarnya dan beristirahat dekat ibunya. Saat Rania beristirahat, ibunya bertanya padanya. "Rania ibu mau nanya sesuatu sama kamu nak," ucap ibunya. "Ibu mau nanya apa sama Rania?" Tanya Rania. "Ibu cuman mau bilang, kalau b
Saat Rania lagi serius mengambil botol bekas di tempat sampah, tiba-tiba Putra membunyikan klakson mobilnya dengan keras yang membuat Rania kaget. "Ting ting" bunyi klakson mobil. "Hei minggir jangan mehalangi jalan orang," ucap Putri pacar dari Putra. Rania hanya melihat lalu berusaha untuk minggir ke pinggir jalan. "Maaf," jawab Rania. Putra pun memasukkan mobilnya ke dalam garasi rumahnya dan melihat pemulung itu karena dia seperti mengenalnya. Sedangkan Putri langsung masuk ke dalam rumah Putra. "Tunggu, kamu kayak saya kenal," ucap Putra heran. Rania pun melihat ke arah Putra, dan betapa kagetnya Rania mengetahui kalau yang panggil dia adalah cowok yang mau memasukkannya ke dalam penjara. Rania langsung pura-pura tidak mengenalnya dan tetap berjalan dengan cepat sedangkan Putra terus saja memanggilnya. "Hei tunggu, kamu mau kemana," panggil Putra. Rania tetap berjalan terus dan tidak menghiraukan pa