Setelah masak Rania langsung menyajikannya di atas meja. Dan tak lama kemudian Tania sudah pulang sekolah lalu mengucapkan salam.
"Assalamualaikum," salam Tania.
Rania yang masih di dapur mendengar salam adiknya dari luar. Dia pun langsung ke depan menyambut adiknya yang sudah pulang sekolah.
"Wa'alaikumsalam adik kesayangan kakak," jawab Rania dengan senyum ke adiknya.
"Iya kak," ucap Rania yang menyalim tangan kakaknya.
"Ya sudah kamu ganti baju dan cuci kaki dan tangan baru kita makan siang bersama ya!" Perintah Rania.
"Ok kak," jawab Rania yang langsung mengganti bajunya.
Mereka pun makan bersama dengan lahap. Dan setelah makan Rania pun membersihkan sisa makannya lalu mengantarnya dan beristirahat dekat ibunya.
Saat Rania beristirahat, ibunya bertanya padanya.
"Rania ibu mau nanya sesuatu sama kamu nak," ucap ibunya.
"Ibu mau nanya apa sama Rania?" Tanya Rania.
"Ibu cuman mau bilang, kalau besok kamu diterima kerja di rumah ibu RT kamu harus rajin kerja ya nak jangan pernah buat kecewa ibu RT dan keluarganya," jawab ibunya.
"Baik ibu. Rania akan selalu dengar nasehat ibu," ucap Rania dengan senyum ke ibunya
Setelah berbicara dengan ibunya, Rania pun tidur di samping ibu dan adiknya.
Sore pun tiba, dimana Rania yang sudah bangun dari tadi langsung keluar dari rumahnya untuk mencari botol bekas karena uangnya sudah tidak ada lagi buat beli lauk untuk besok.
Dan Tania di rumah bersama dengan ibunya sambil memijat kaki ibunya agar ibunya bisa jalan lagi seperti dulu. Dimana ibunya tidak bisa jalan sudah tiga tahun setelah meninggal suaminya.
Barang bekas yang Rania dapatkan dari hasil mulung sudah cukup, dia pun membawanya ke tukang pengepul yang biasa dia panggil bos. Rania berharap hasilnya lumayan buat beli lauk dan jajan adiknya besok di sekolah.
Rania pun pulang ke rumah dan dia sangat bahagia karena hasil yang dia dapatkan lebih dari cukup. Rania sangat senang dan bersyukur karena bisa membeli lauk untuk besok dia makan.
"Assalamualaikum," salam Rania.
"Wa'alaikumsalam nak," jawab ibunya.
Rania pun langsung mencium tangan ibunya dengan takzim.
"Alhamdulillah ibu, hari ini Rania dapat uang lumayan buat beli lauk untuk besok kita makan sekalian buat uang saku adik Tania," ucapnya dengan senyum dan memberikan uang itu pada ibunya.
"Alhamdulillah nak, kamu saja yang simpan uangnya ya," jawab ibunya.
"Baik ibu," ucap Rania.
Rania pun menyimpan uangnya di dompetnya yang ada di dalam lemari bajunya. Dimana uang itu hasil dari menukar barang bekas yang dia cari tadi.
Malam pun tiba Rania memasak untuk makan malam ibu dan adiknya serta dia juga. Rania hanya memasak sebungkus mie sebagai lauknya karena nasinya masih ada sedikit. Dan tempe yang di beli tadi sore akan dia goreng buat besok pagi sarapan.
Setelah masak, Rania menyajikannya di depan dan mengajak ibu dan adiknya untuk makan malam bersama dengan lauk yang sederhana.
"Ayo ibu dan Tania kita makan yuk," ajak Rania.
"Iya," jawab ibu dan adiknya secara kompak.
Mereka bertiga pun makan malam dengan lahap tanpa ada sisa nasi yang tersisa di piringnya. Dan Rania pun mencuci piring dan gelas kotor lalu di simpannya di tempatnya dengan rapi.
Setelah Rania merasa kerjaannya sudah beres, dia pun ke depan mengobrol bersama ibu dan adiknya sambil memijit kaki ibunya.
"Sudah beres nak kerjaannya?" Tanya ibunya yang lagi duduk bersandar di dinding.
"Alhamdulillah sudah selesai ibu," jawab Rania dengan senyum ke ibunya.
Rania terus memijit kaki ibunya agar bisa jalan lagi seperti dulu. Rania ingin ibunya sembuh dan tidak sakit lagi. Saat Rania serius memijit kaki ibunya, tiba-tiba ibunya mengucapkan sesuatu padanya.
"Semoga besok sudah ada jawaban dari ibu RT ya nak," ucap ibunya.
"Aamiin, iya ibu," jawab Rania dengan senyum ke ibunya.
"Nanti kalau di terima kerja, Rania harus yang rajin ya nak biar ibu RT suka dengan kerjaan kamu nak dan biar kamu tidak kepanasan atau kehujanan saat mencari barang dan botol bekas. Ibu takut kalau kamu kerja begitu nak, takut di apa-apakan sama laki-laki nakal. Apalagi kamu sudah dewasa nak," ucap ibunya dengan serius.
Rania yang mendengar ucapan ibunya jadi diam dan melihat ke ibunya dengan rasa iba.
"Terimakasih ibu, sudah mau perhatian sama Rania," ucap Rania dengan mata berkaca-kaca dan melihat ke ibunya.
"Sama-sama nak," jawab ibunya yang senyum ke dia.
Rania pun memeluk ibunya dan menangis dalam pelukan ibunya.
Dan malam semakin larut dimana Rania, ibu dan adiknya pun tidur di atas tikar yang mereka punya sebagai alas tidurnya. Karena mereka belum ada uang untuk membeli kasur empuk.
Adzan subuh pun berkumandang, ibu dan Rania serta adiknya bangun untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah. Setelah shalat subuh Rania ke belakang rumahnya untuk mengambil air buat adiknya untuk mandi saat mau ke sekolah. Saat Rania sibuk, tiba-tiba Tania datang.
"Kak, sini Tania bantu ya," ucapnya pada kakaknya.
"Tidak usah, kamu bersihkan rumah saja dan sapu halaman di depan!" Perintah Rania.
"Baik kak," jawab Tania
Tania pun ke depan untuk menyapu halaman rumahnya agar tetap bersih. Sedangkan Rania setelah mengisi air di kamar mandi, dia langsung memasak nasi dan menggoreng tempe yang kemarin dia beli di warung mbak Lisa.
"Tania, ayo sarapan dulu. Ini kakak sudah masakin tempe goreng kesukaan kamu!" Perintah Rania.
"Iya kak, Tania pakai baju dulu," jawab Tania.
"Cepetan ya Tania, nanti kamu terlambat ke sekolah," ucap Rania sambil menyiapkan sarapan di atas tikar.
"Ok kak," jawab Tania.
Setelah Tania pakai baju dan menyisir rambutnya, dia pun ke depan untuk sarapan bersama ibu dan kakaknya.
"Makan yang banyak ya Tania, agar tidak lapar di sekolah," ucap Rania sambil menyuap ibunya.
"Baik kak," jawab Tania.
Setelah makan, Rania mengantar adiknya ke sekolah dengan berjalan kaki. Karena pulang dari mengantar dia langsung pergi memulung di perumahan agar bisa mendapatkan botol dan barang bekas yang bisa ditukar jadi uang.
Dan tibalah Tania di sekolahnya, dia pun pamit ke kakaknya.
"Kak, Tania sekolah dulu ya," ucap adiknya sambil mencium tangan kakaknya.
"Iya, belajar yang benar ya. Biar jadi anak pintar," jawab kakaknya.
"Ok kak," ucap Tania.
Tania pun masuk ke dalam kelasnya sedangkan Rania langsung menuju perumahan yang dekat dengan sekolah Tania untuk mencari botol dan barang bekas. Saat sampai di perumahan, Rania mengais sampah-sampah tiap rumah berharap ada barang berharga yang bisa ditukar uang.
Saat Rania lagi serius mengambil botol bekas di tempat sampah, tiba-tiba Putra membunyikan klakson mobilnya dengan keras yang membuat Rania kaget. "Ting ting" bunyi klakson mobil. "Hei minggir jangan mehalangi jalan orang," ucap Putri pacar dari Putra. Rania hanya melihat lalu berusaha untuk minggir ke pinggir jalan. "Maaf," jawab Rania. Putra pun memasukkan mobilnya ke dalam garasi rumahnya dan melihat pemulung itu karena dia seperti mengenalnya. Sedangkan Putri langsung masuk ke dalam rumah Putra. "Tunggu, kamu kayak saya kenal," ucap Putra heran. Rania pun melihat ke arah Putra, dan betapa kagetnya Rania mengetahui kalau yang panggil dia adalah cowok yang mau memasukkannya ke dalam penjara. Rania langsung pura-pura tidak mengenalnya dan tetap berjalan dengan cepat sedangkan Putra terus saja memanggilnya. "Hei tunggu, kamu mau kemana," panggil Putra. Rania tetap berjalan terus dan tidak menghiraukan pa
Keesokan harinya, setelah sarapan Rania pun pamit pada ibunya untuk berangkat kerja di rumah ibu RT. "Ibu, Rania berangkat kerja ya. Doakan Rania agar semangat kerja hari ini," ucapnya dengan senyum. "Iya nak, ibu akan selalu mendoakan kamu," jawab ibunya. "Assalamualaikum ibu," salam Rania sambil mencium tangan ibunya dengan takzim. "Wa'alaikumsalam nak, hati-hati di jalan," ucap ibunya. "Iya ibu," jawab Rania. Rania pun keluar dari rumahnya dengan hati yang senang dan semangat. Tiba-tiba adiknya memanggilnya. "Kak, tungguin," teriak adiknya. "Ada apa Tania?" Tanya Tania. "Kakak semangat kerja ya. Dan mulai hari ini kakak juga tidak usah antar adik ke sekolah," jawab adiknya dengan senyum di bibir mungilnya. "Iya adikku sayang," ucap Rania mencubit pipi adiknya. Rania pun melanjutkan jalannya ke rumah ibu RT. Dan tak lama kemudian Rania tiba di rumah ibu RT, dia langsung mengetuk pintu dan mengu
Cintaku sama seorang pria yang tampan dan kaya hanya sebatas materai saja bukan cinta yang tulus seperti sepasang ke kasih yang sudah menikah. Perkenalkan namaku Rania gadis muda yang cantik berumur sembilan belas tahun yang hidup dari keluarga biasa. Sedangkan suamiku bernama Putra berumur dua puluh enam tahun yang berasal dari keluarga kaya. Awal mula perkenalanku dengan suamiku gara-gara saat aku menangis di tengah jalan dan saat itu juga suamiku dengan pacarnya hampir menabrakku. Dimana pacar dari suamiku memarahiku karena saya tidak melihat jalan, tapi saya terus meminta maaf padanya atas kejadian ini. Sedangkan suamiku hanya memandangku terus bukan kasihan padaku tapi hanya memandangku dan diam. "Maafin saya mas dan mbak," ucapku gugup dan gemetar meminta maaf pada mereka. "Kamu ya punya mata itu dipakai untuk melihat," jawabnya wanita itu dengan keras. "Sekali lagi saya minta maaf mas dan mbaknya," ucap Rania yang bermohon pad
Setelah makan, Rania pun pamit pada ibunya untuk pergi ke rumah ibu RT melamar kerja sekalian mengantarkan adiknya ke sekolah walau Tania sudah kelas dua SD tapi Rania setiap hari selalu mengantar adiknya ke sekolah. "Ibu, Rania dan adik pamit ya mau ke luar rumah. Doakan Rania diterima kerja di rumah ibu RT serta doakan juga adik biar hari ini sekolahnya lancar," ucap Rania yang mencium tangan ibunya diikutin dengan adiknya. "Iya nak, ibu selalu berdoa buat kamu berdua anak ibu," jawab ibu sambil mengelus rambut anak-anaknya. "Assalamualaikum," salam Rania dan Tania bersamaan. "Wa'alaikumsalam, hati-hati di jalan ya nak," jawab ibunya. "Iya ibu," ucap Rania. Rania dan Tania pun keluar dari rumah dimana terlebih dahulu Rania mengantar adiknya ke sekolah lalu ke rumah ibu RT. Sepanjang jalan ke rumah ibu RT dimana Rania terus berdoa pada Allah agar dia diterima kerja di rumah ibu RT jadi buruh cuci agar ibunya senang.