Perkenalkan namaku Rania gadis muda yang cantik berumur sembilan belas tahun yang hidup dari keluarga biasa. Sedangkan suamiku bernama Putra berumur dua puluh enam tahun yang berasal dari keluarga kaya.
Awal mula perkenalanku dengan suamiku gara-gara saat aku menangis di tengah jalan dan saat itu juga suamiku dengan pacarnya hampir menabrakku. Dimana pacar dari suamiku memarahiku karena saya tidak melihat jalan, tapi saya terus meminta maaf padanya atas kejadian ini. Sedangkan suamiku hanya memandangku terus bukan kasihan padaku tapi hanya memandangku dan diam.
"Maafin saya mas dan mbak," ucapku gugup dan gemetar meminta maaf pada mereka.
"Kamu ya punya mata itu dipakai untuk melihat," jawabnya wanita itu dengan keras.
"Sekali lagi saya minta maaf mas dan mbaknya," ucap Rania yang bermohon pada mereka.
Putra pun mengajak pacarnya yang bernama Putri untuk pergi dari hadapanku dan Putra pun terus menenangkan Putri agar tidak marah-marah lagi.
Setelah mereka berdua pergi, Rania masih terus menangis bukan karena takut tapi terus memikirkan ibunya yang sakit dan memerlukan biaya untuk dibawa ke rumah sakit periksa.
Rania tidak punya uang untuk memeriksa ibunya, untuk makan saja Rania sangat bersyukur karena kerjaan Rania gadis cantik yang kucel hanya seorang pemulung yang dapat uang buat makan saja bersama ibu dan adiknya yang bernama Tania.
Rania pun pulang ke rumah tapi sebelum dia masuk ke rumahnya dia menghapus air matanya dan tetap berusaha senyum pada ibu dan adiknya agar ibu dan adiknya tidak boleh tau apa yang terjadi pada Rania tadi.
"Assalamualaikum," salam Rania saat membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam.
"Wa'alaikumsalam," jawab ibunya di atas tempat tidur.
"Ibu sama adik pasti sudah lapar ya?" Tanya Rania yang berpura-pura senyum pada mereka berdua.
"Ibu belum lapar nak, tapi adikmu dari tadi yang minta makan," jawab ibunya dengan senyum pada Rania.
"Ya sudah Rania masak nasi sama goreng tempe dulu ya ibu. Karena Rania hari ini dapat tujuh ribu saja," ucap Rania yang masih berpura-pura senyum pada ibu dan adiknya.
"Alhamdulillah kita harus bersyukur nak hari ini bisa makan," jawab ibunya.
Dan Tania sangat senang karena kakaknya pulang membawa bahan makanan yang akan diolah menjadi makanan yang lezat buat ibu dan dia.
Setelah Rania memasak dia pun mengambilkan makanan buat adik dan ibunya. Mereka pun makan dengan lahap tapi tidak dengan Rania yang tidak ikut makan dengannya karena beras yang dia masak cukup untuk ibu dan adiknya.
Rania sudah kenyang melihat ibu dan adiknya makan dengan lahap walau dia sedang lapar. Tapi dia tidak mau mengatakan pada ibu dan adiknya bahwa dia sedang menahan lapar. Saat Rania melamun tiba-tiba ibunya bertanya yang membuat Rania kaget.
"Nak kok kamu tidak ikut makan juga sama ibu dan adikmu?" Tanya ibunya yang nelihat ke Rania.
"Alhamdulillah Rania sudah kenyang ibu, tadi sebelum pulang ada teman kasih nasi bungkus buat Rania dan Rania pun makan. Maaf ya ibu, Rania tidak bawa nasi bungkusnya pulang ke rumah buat ibu dan adik," jawab Rania berbohong pada ibunya.
"Oh iya nak, tidak apa-apa," ucap ibunya yang senyum pada Rania.
"Ayo ibu makan lagi sama adik biar kenyang!" Perintah Rania.
Rania terus berpura-pura tersenyum sambil menahan laparnya. Karena dia tidak mau ibu dan adiknya kelaparan karena dia tidak bisa menjadi tulang punggung yang baik buat mereka.
Kehidupan Rania dulu tidak lah sesulit sekarang walau hidup di gubuk sederhana. Karena sewaktu ayahnya masih hidup dia bisa makan tiga kali sehari walau dengan nasi aking dan lauk tempe goreng atau kadang dengan garam. Tapi Rania sangat bersyukur karena bisa makan tiga kali sehari.
Ayah Rania bernama pak Deni sedangkan ibunya bernama ibu Dewi, dimana ayahnya dulu seorang kuli bangunan harian yang tenaganya dipakai jika ada yang membutuhkannya baru di kasihkan upah. Sekaranga Rania yang menjadi tulang punggung keluarga menjadi pemulung yang mencari barang bekas serta botol bekas buat di tukar dengan uang.
Sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga yang menjaga Rania dan Tania di rumah. Ibunya sakit saat mencari kayu bakar di belakanng rumah, dimana ibunya jatuh dan membuat tulang ekornya bengkok membuat ibunya susah untuk berdiri dan berjalan lagi. Karena tidak adanya biaya untuk berobat ke rumah sakit jadi ibunya hanya cukup di rawat di rumah saja dengan obat ramuan alami.
Dan sekarang pun ibunya hannya bisa di tempat tidur saja. Ibunya mengalami sakit begini semenjak seminggu suaminya meninggal dunia karena ibunya lah yang menjadi tulang punggung buat keluarganya tapi karena ibunya sakit mau tidak mau Rania yang jadi tulang punggung buat ibunya yang menjadi seorang pemulung.
Setelah mereka selesai makan, Rania pun bergegas langsung mencuci piring dan gelasnya lalu menyimpannya di rak piring dengan rapi. Rania pun terus meminum banyak air putih agar perutnya kenyang dan membuat matanya lelah dan mengantuk, biar dia bisa tidur nyenyak tanpa merasakan lapar lagi
Dan adzan subuh pun berkumandang dimanna Rania bangun dari tidurnya dan tidak lupa membanngunkan adik dan ibunya untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah. Walaupun kehidupan keluarga Rania jauh dari kata mampu tapi dia dan keluarganya tidak pernah meninggalkan shalat karena dengan shalat Rania bisa mencurahkan isi hatinya melalui doa selepas shalat.
Setelah shalat Rania melipat mukena dan sajadahnya lalu menyimpanya di dalam lemari. Dan Rania pun ke dapur untuk memanasin tempe sisa semalam, dan dia pun membuat nasi goreng buat sarapan ibu dan adiknya.
Nasi goreng pun jadi, Rania langsung mengajak ibu dan adiknya untuk makan bersama.
"Ibu, adik ayo kita makan," ajak Rania.
"Iya kak, wah asyik makan nasi goreng," jawab Tania dengan senang.
"Ya sudah, adik makan banyak ya biar nanti di sekolah belajarnya," ucap Rania.
Mereka makan dengan lahap, walau hanya nasi goreng bawang merah dengan lauk tempe goreng sisa semalam. Saat makan ibunya bertanya sesuatu pada Rania.
"Nak Rania, hari ini kamu mau pergi mulung lagi ya?" Tanya ibunya dengan serius.
"Iya ibu, Rania hari ini mau mulung lagi," jawab Rania dengan senyum ke ibunya.
"Kamu tidak ingin cari kerjaan lain ya nak," ucap ibunya dengan hati-hati agar tidak memyinggung perasaan Rania.
Rania yang mendengar ucapan ibunya hanya diam dan menyimpan piring makannya di lantai.
"Rania hanya tamatan SD ibu, lagian juga Rania tidak ada kemampuan untuk kerjaan yang lain," jawab Rania.
"Maksud ibu, kamu bisa melamar kerja jadi buruh cuci di rumah ibu RT nak," ucap ibunya lagi.
"Baik ibu nanti Rania ke rumah ibu RT melamar kerja di sana," jawabnya.
Rania pun melanjutkan makannya untuk cepat-cepat ke rumah ibu RT melamar kerja jadi buruh cuci sesuai permintaan ibunya.
Setelah makan, Rania pun pamit pada ibunya untuk pergi ke rumah ibu RT melamar kerja sekalian mengantarkan adiknya ke sekolah walau Tania sudah kelas dua SD tapi Rania setiap hari selalu mengantar adiknya ke sekolah. "Ibu, Rania dan adik pamit ya mau ke luar rumah. Doakan Rania diterima kerja di rumah ibu RT serta doakan juga adik biar hari ini sekolahnya lancar," ucap Rania yang mencium tangan ibunya diikutin dengan adiknya. "Iya nak, ibu selalu berdoa buat kamu berdua anak ibu," jawab ibu sambil mengelus rambut anak-anaknya. "Assalamualaikum," salam Rania dan Tania bersamaan. "Wa'alaikumsalam, hati-hati di jalan ya nak," jawab ibunya. "Iya ibu," ucap Rania. Rania dan Tania pun keluar dari rumah dimana terlebih dahulu Rania mengantar adiknya ke sekolah lalu ke rumah ibu RT. Sepanjang jalan ke rumah ibu RT dimana Rania terus berdoa pada Allah agar dia diterima kerja di rumah ibu RT jadi buruh cuci agar ibunya senang.
Setelah masak Rania langsung menyajikannya di atas meja. Dan tak lama kemudian Tania sudah pulang sekolah lalu mengucapkan salam. "Assalamualaikum," salam Tania. Rania yang masih di dapur mendengar salam adiknya dari luar. Dia pun langsung ke depan menyambut adiknya yang sudah pulang sekolah. "Wa'alaikumsalam adik kesayangan kakak," jawab Rania dengan senyum ke adiknya. "Iya kak," ucap Rania yang menyalim tangan kakaknya. "Ya sudah kamu ganti baju dan cuci kaki dan tangan baru kita makan siang bersama ya!" Perintah Rania. "Ok kak," jawab Rania yang langsung mengganti bajunya. Mereka pun makan bersama dengan lahap. Dan setelah makan Rania pun membersihkan sisa makannya lalu mengantarnya dan beristirahat dekat ibunya. Saat Rania beristirahat, ibunya bertanya padanya. "Rania ibu mau nanya sesuatu sama kamu nak," ucap ibunya. "Ibu mau nanya apa sama Rania?" Tanya Rania. "Ibu cuman mau bilang, kalau b
Saat Rania lagi serius mengambil botol bekas di tempat sampah, tiba-tiba Putra membunyikan klakson mobilnya dengan keras yang membuat Rania kaget. "Ting ting" bunyi klakson mobil. "Hei minggir jangan mehalangi jalan orang," ucap Putri pacar dari Putra. Rania hanya melihat lalu berusaha untuk minggir ke pinggir jalan. "Maaf," jawab Rania. Putra pun memasukkan mobilnya ke dalam garasi rumahnya dan melihat pemulung itu karena dia seperti mengenalnya. Sedangkan Putri langsung masuk ke dalam rumah Putra. "Tunggu, kamu kayak saya kenal," ucap Putra heran. Rania pun melihat ke arah Putra, dan betapa kagetnya Rania mengetahui kalau yang panggil dia adalah cowok yang mau memasukkannya ke dalam penjara. Rania langsung pura-pura tidak mengenalnya dan tetap berjalan dengan cepat sedangkan Putra terus saja memanggilnya. "Hei tunggu, kamu mau kemana," panggil Putra. Rania tetap berjalan terus dan tidak menghiraukan pa
Keesokan harinya, setelah sarapan Rania pun pamit pada ibunya untuk berangkat kerja di rumah ibu RT. "Ibu, Rania berangkat kerja ya. Doakan Rania agar semangat kerja hari ini," ucapnya dengan senyum. "Iya nak, ibu akan selalu mendoakan kamu," jawab ibunya. "Assalamualaikum ibu," salam Rania sambil mencium tangan ibunya dengan takzim. "Wa'alaikumsalam nak, hati-hati di jalan," ucap ibunya. "Iya ibu," jawab Rania. Rania pun keluar dari rumahnya dengan hati yang senang dan semangat. Tiba-tiba adiknya memanggilnya. "Kak, tungguin," teriak adiknya. "Ada apa Tania?" Tanya Tania. "Kakak semangat kerja ya. Dan mulai hari ini kakak juga tidak usah antar adik ke sekolah," jawab adiknya dengan senyum di bibir mungilnya. "Iya adikku sayang," ucap Rania mencubit pipi adiknya. Rania pun melanjutkan jalannya ke rumah ibu RT. Dan tak lama kemudian Rania tiba di rumah ibu RT, dia langsung mengetuk pintu dan mengu