Share

CINTA yang TERSAKITI
CINTA yang TERSAKITI
Penulis: Sigma Rain

BAB 1 TERBANGUN

Raffael terbangun dari tidurnya, dengan kepala yang berdenyut nyeri, karena pusing. Disibaknya selimut yang membungkus badannya. Sontak saja mata Raffael membelalak. “Mengapa saya tidur tanpa pakaian?”

Ia merasakan kasur di sebelahnya bergerak, Raffael pun menoleh dan ia menjadi terkejut melihat, kalau di sampingnya ada seorang wanita dilihat dari rambutnya yang panjang menutupi punggungnya.

Wanita itu membalikkan badan, karena ia merasa diamati. “Raffa! Mengapa kita berada di tempat tidur yang sama?”

Tidak mempedulikan ketelanjangannya Ray mencari celana pendek miliknya yang tergeletak di lantai, kemudian dengan cepat ia memakainya.

Selesai memakai celana pendeknya Raffael membalikkan badan. Ditatapnya Marsya, sahabat tunangannya yang berada di tempat tidur yang sama dengannya.

“Sekarang saya ingat, kalau kau yang memberikan minuman kepadaku. Pasti kau sudah menaruh sesuatu kepadaku, sehingga saya menjadi mabuk dan berakhir dengan tidur di sini bersamamu!” tuduh Raffael emosi.

Marsya melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya, kemudian ia turun dari ranjang. Ia berjalan mendekati Raffael satu tangannya terangkat memberikan tamparan ke wajah tampan pria yang menjadi tunangan sahabatnya.

“Kau menuduhku menjebakmu, agar tidur bersamaku dan mengkhianati sahabatku sendiri! Apakah kau pikir saya akan setega itu, dengan menyakiti hati sahabatku sendiri?” hardik Marsya.

Raffael mengusap pipinya yang terasa sakit, karena ditampar oleh Marsya. ‘Sial! Sakit juga pukulan dari wanita ini,’ batin Raffael.

Marsya menatap Raffael dengan galak. sambil berkacak pinggang. Wajahnya merah, karena marah dan dadanya bergerak naik turun dengan cepat.

Ia, kemudian duduk di atas ranjang, sambil menutup wajah dengan kedua tangan. Isak tangis terdengar dari bibirnya.

“Bagaimana, kalau saya hamil? Saya takut dengan kedua orang tuaku yang pasti akan marah besar. Begitu juga dengan Natasya, saya malu juga merasa bersalah kepadanya. Ini semua, karena kamu yang mabuk dan menarikku ke kamar ini!” lirih Marsya.

Raffael mengacak rambutnya dengan kedua tangan. Ia berjalan menuju jendela kamar hotel dan memandang ke arah jalanan. Tatapan Raffael jatuh ke jari manisnya yang melingkar cincin pertunangannya dengan Natsya.

Ia tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Marsya, karena dirinya sendiri dipenuhi dengan perasaan bersalah kepada wanita yang dicintainya. Namun, begitu Marsya menyebut kata hamil ia langsung membalikkan badan menghadap ke arah wanita itu.

“Saya tidak merasa sama sekali telah tidur denganmu! Kalaupun kau hamil, kau bisa menggugurkannya, karena kita berdua sama-sama tidak menginginkan bayi yang bahkan kehadirannya belum kita ketahui,” ucap Raffael dengan tidak berperasaan.

Marsya menurunkan tangan yang menutup wajah. Ditatapnya Raffael, dengan wajah yang dipenuhi linangan air mata. “Kau brengsek! Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?”

Raffael membalikkan badan melihat Marsya, ia merasa kasihan dan menyesal, karena sudah membuat Marsya bersedih, serta membuatnya berada dalam masalah.

Suasana di dalam kamar hotel itu terasa hening tidak ada yang membuka percakapan. Raffael sibuk dengan pikirannya, yang coba untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi tadi malam.

Ia hanya mengingat, kalau dirinya datang ke hotel ini untuk menemani Marya menghadiri pernikahan salah temannya. Pada awalnya ia menolak, tetapi Marsya menangis dan terus membujuknya, karena ia merasa malu datang sendiri.

Dengan terpaksa ia pun menuruti permintaan Marsya. Mereka berdua datang ke pesta ini. ia duduk dan minum anggur, yang disodorkan Marysa ke tangannya. Setelah itu, ia tidak mengingat apapun lagi.

Suara benda terjatuh dengan keras membuyarkan Raffael dari lamunannya. Ia berlari ke arah suara yang berasal dari kamar mandi.

“Sial! Apa yang kau lakukan, Marsya? Kenapa kau mencelakai dirimu sendiri?” umpat Raffael.

Ia meraih tangan Marsya yang coba memungut pecahan cermin dari wastafel. Digenggamnya tangan wanita itu dengan kasar. Dengan gigi yang bergemeretak menahan amarah, diangkatnya Marsya, lalu ia bopong keluar kamar mandi.

Marsya memukul punggung Raffael dengan kepalan tangannya. “Mengapa tidak kau biarkan saja saya meninggal dunia? Saya tidak mau membuat orang tuaku menjadi bersedih dan malu, karena putrinya hamil tanpa seorang suami.”

Ray bergeming ia terus berjalan menuju ranjang, kemudian dibaringkannya dengan kasar Marsya di atas ranjang tersebut.

“Saya akan menikahimu, kalau kau terbukti hamil! Secepatnya kabari saya, kalau kau benar hamil dan jangan lakukan hal bodoh lagi, dengan mencoba mengakhiri hidupmu!” tegas Raffael.

Raffael memberikan tatapan tajam kepada Marsya, dengan ekspresi wajah dingin. Setelahnya, Raffael berjalan untuk memunguti sisa pakaian yang berceceran di lantai, lalu memakainya.

Dikeluarkannya dompet dari dalam saku jas dan diambilnya beberapa lembar uang berwarna merah, kemudian ia letakkan di dekat kepala Marsya berbaring.

“Pakai uang itu untuk ongkos taksi dan kamu bisa menghubungi di nomor ponselku atau datang langsung ke kantorku.” Raffael membalikkan badan meninggalkan Marsya yang masih terisak.

“Raf! Kamu tega meninggalkan saya sendirian di sini! Tolong tunggu, saya,” panggil Marsya.

Raffael tidak menghiraukan panggilan dari Marsya. Ia terus berjalan keluar dari kamar hotel dengan langkah kakinya yang panjang. Ia terlihat gagah dan percaya diri menuju lift. Masuk lift ditekannya angka satu menuju lobi.

Sesampainya di lobi Raffael berjalan menuju meja resepsionis untuk melakukan check out. Setelah selesai Raffael berjalan menuju basement di mana mobilnya terparkir.

Begitu sudah berada dalam mobilnya Raffael tidak langsung menjalankan mobil, Ia duduk diam, sambil melamun. Diputar-putarnya cincin tunangan yang tertulis inisial nama tunangannya.

Raffael menyandarkan punggung pada sandaran mobil ditariknya napas dalam-dalam. ‘Sayang, maafkan saya sudah mengkhianati cinta kita.’ Raffael mencium cincinnya, sebelum ia lepas dan simpan di dalam dashboard mobil.

Ditariknya napas dalam-dalam, lalu ia hembuskan dengan kasar. Dijalankannya mobil meninggalkan parkiran hotel. Ia sadar, kalau dirinya sudah bersikap kasar kepada Marsya dengan meninggalkan wanita itu sendirian di hotel.

Ia hanya perlu waktu sendiri untuk menyesali kesalahan yang telah dibuatnya. Ia sudah mengkhianati janji suci cintanya dengan Natasya, padahal mereka berdua sudah menjalin hubungan selama lima tahun lamanya.

‘Ini semua, karena Marsya! Awas saja, kalau sampai diriku menemukan bukti dirinya dengan sengaja membuatku mabuk. Wanita itu akan membayar mahal atas apa yang dilakukannya,’ gumam Raffael.

Raffel di usianya yang menginjak 30 tahun merupakan seorang CEO dari Raffa’s Company yang bergerak di bidang property. Dan ia termasuk pengusaha muda yang sukses membangun Kerajaan bisnisnya.

Sementara itu, Marsya memandangi kepergian Raffael dengan tatapan sedih, Pria itu tidak mengajak serta dirinya keluar dari hotel.

Begitu pintu kamar di tutup Raffael dengan kasar, sehingga membuat Marsya terlonjak terkejut. Marsya mengusap air matanya dengan kasar, kemudian tangannya mengusap perutnya yang masih rata.

‘Ca, maafkan saya, karena sudah mengkhianati persahabatan kita, tetapi anakku memerlukan seorang Bapak dan Raffael lah orang yang tepat. Saya mencintainya juga, Ca! Kamu pasti bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari Raffael.’ batin Marsya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status