Share

CINTA yang TERSAKITI
CINTA yang TERSAKITI
Penulis: Sigma Rain

BAB 1 TERBANGUN

Penulis: Sigma Rain
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Raffael terbangun dari tidurnya, dengan kepala yang berdenyut nyeri, karena pusing. Disibaknya selimut yang membungkus badannya. Sontak saja mata Raffael membelalak. “Mengapa saya tidur tanpa pakaian?”

Ia merasakan kasur di sebelahnya bergerak, Raffael pun menoleh dan ia menjadi terkejut melihat, kalau di sampingnya ada seorang wanita dilihat dari rambutnya yang panjang menutupi punggungnya.

Wanita itu membalikkan badan, karena ia merasa diamati. “Raffa! Mengapa kita berada di tempat tidur yang sama?”

Tidak mempedulikan ketelanjangannya Ray mencari celana pendek miliknya yang tergeletak di lantai, kemudian dengan cepat ia memakainya.

Selesai memakai celana pendeknya Raffael membalikkan badan. Ditatapnya Marsya, sahabat tunangannya yang berada di tempat tidur yang sama dengannya.

“Sekarang saya ingat, kalau kau yang memberikan minuman kepadaku. Pasti kau sudah menaruh sesuatu kepadaku, sehingga saya menjadi mabuk dan berakhir dengan tidur di sini bersamamu!” tuduh Raffael emosi.

Marsya melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya, kemudian ia turun dari ranjang. Ia berjalan mendekati Raffael satu tangannya terangkat memberikan tamparan ke wajah tampan pria yang menjadi tunangan sahabatnya.

“Kau menuduhku menjebakmu, agar tidur bersamaku dan mengkhianati sahabatku sendiri! Apakah kau pikir saya akan setega itu, dengan menyakiti hati sahabatku sendiri?” hardik Marsya.

Raffael mengusap pipinya yang terasa sakit, karena ditampar oleh Marsya. ‘Sial! Sakit juga pukulan dari wanita ini,’ batin Raffael.

Marsya menatap Raffael dengan galak. sambil berkacak pinggang. Wajahnya merah, karena marah dan dadanya bergerak naik turun dengan cepat.

Ia, kemudian duduk di atas ranjang, sambil menutup wajah dengan kedua tangan. Isak tangis terdengar dari bibirnya.

“Bagaimana, kalau saya hamil? Saya takut dengan kedua orang tuaku yang pasti akan marah besar. Begitu juga dengan Natasya, saya malu juga merasa bersalah kepadanya. Ini semua, karena kamu yang mabuk dan menarikku ke kamar ini!” lirih Marsya.

Raffael mengacak rambutnya dengan kedua tangan. Ia berjalan menuju jendela kamar hotel dan memandang ke arah jalanan. Tatapan Raffael jatuh ke jari manisnya yang melingkar cincin pertunangannya dengan Natsya.

Ia tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Marsya, karena dirinya sendiri dipenuhi dengan perasaan bersalah kepada wanita yang dicintainya. Namun, begitu Marsya menyebut kata hamil ia langsung membalikkan badan menghadap ke arah wanita itu.

“Saya tidak merasa sama sekali telah tidur denganmu! Kalaupun kau hamil, kau bisa menggugurkannya, karena kita berdua sama-sama tidak menginginkan bayi yang bahkan kehadirannya belum kita ketahui,” ucap Raffael dengan tidak berperasaan.

Marsya menurunkan tangan yang menutup wajah. Ditatapnya Raffael, dengan wajah yang dipenuhi linangan air mata. “Kau brengsek! Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?”

Raffael membalikkan badan melihat Marsya, ia merasa kasihan dan menyesal, karena sudah membuat Marsya bersedih, serta membuatnya berada dalam masalah.

Suasana di dalam kamar hotel itu terasa hening tidak ada yang membuka percakapan. Raffael sibuk dengan pikirannya, yang coba untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi tadi malam.

Ia hanya mengingat, kalau dirinya datang ke hotel ini untuk menemani Marya menghadiri pernikahan salah temannya. Pada awalnya ia menolak, tetapi Marsya menangis dan terus membujuknya, karena ia merasa malu datang sendiri.

Dengan terpaksa ia pun menuruti permintaan Marsya. Mereka berdua datang ke pesta ini. ia duduk dan minum anggur, yang disodorkan Marysa ke tangannya. Setelah itu, ia tidak mengingat apapun lagi.

Suara benda terjatuh dengan keras membuyarkan Raffael dari lamunannya. Ia berlari ke arah suara yang berasal dari kamar mandi.

“Sial! Apa yang kau lakukan, Marsya? Kenapa kau mencelakai dirimu sendiri?” umpat Raffael.

Ia meraih tangan Marsya yang coba memungut pecahan cermin dari wastafel. Digenggamnya tangan wanita itu dengan kasar. Dengan gigi yang bergemeretak menahan amarah, diangkatnya Marsya, lalu ia bopong keluar kamar mandi.

Marsya memukul punggung Raffael dengan kepalan tangannya. “Mengapa tidak kau biarkan saja saya meninggal dunia? Saya tidak mau membuat orang tuaku menjadi bersedih dan malu, karena putrinya hamil tanpa seorang suami.”

Ray bergeming ia terus berjalan menuju ranjang, kemudian dibaringkannya dengan kasar Marsya di atas ranjang tersebut.

“Saya akan menikahimu, kalau kau terbukti hamil! Secepatnya kabari saya, kalau kau benar hamil dan jangan lakukan hal bodoh lagi, dengan mencoba mengakhiri hidupmu!” tegas Raffael.

Raffael memberikan tatapan tajam kepada Marsya, dengan ekspresi wajah dingin. Setelahnya, Raffael berjalan untuk memunguti sisa pakaian yang berceceran di lantai, lalu memakainya.

Dikeluarkannya dompet dari dalam saku jas dan diambilnya beberapa lembar uang berwarna merah, kemudian ia letakkan di dekat kepala Marsya berbaring.

“Pakai uang itu untuk ongkos taksi dan kamu bisa menghubungi di nomor ponselku atau datang langsung ke kantorku.” Raffael membalikkan badan meninggalkan Marsya yang masih terisak.

“Raf! Kamu tega meninggalkan saya sendirian di sini! Tolong tunggu, saya,” panggil Marsya.

Raffael tidak menghiraukan panggilan dari Marsya. Ia terus berjalan keluar dari kamar hotel dengan langkah kakinya yang panjang. Ia terlihat gagah dan percaya diri menuju lift. Masuk lift ditekannya angka satu menuju lobi.

Sesampainya di lobi Raffael berjalan menuju meja resepsionis untuk melakukan check out. Setelah selesai Raffael berjalan menuju basement di mana mobilnya terparkir.

Begitu sudah berada dalam mobilnya Raffael tidak langsung menjalankan mobil, Ia duduk diam, sambil melamun. Diputar-putarnya cincin tunangan yang tertulis inisial nama tunangannya.

Raffael menyandarkan punggung pada sandaran mobil ditariknya napas dalam-dalam. ‘Sayang, maafkan saya sudah mengkhianati cinta kita.’ Raffael mencium cincinnya, sebelum ia lepas dan simpan di dalam dashboard mobil.

Ditariknya napas dalam-dalam, lalu ia hembuskan dengan kasar. Dijalankannya mobil meninggalkan parkiran hotel. Ia sadar, kalau dirinya sudah bersikap kasar kepada Marsya dengan meninggalkan wanita itu sendirian di hotel.

Ia hanya perlu waktu sendiri untuk menyesali kesalahan yang telah dibuatnya. Ia sudah mengkhianati janji suci cintanya dengan Natasya, padahal mereka berdua sudah menjalin hubungan selama lima tahun lamanya.

‘Ini semua, karena Marsya! Awas saja, kalau sampai diriku menemukan bukti dirinya dengan sengaja membuatku mabuk. Wanita itu akan membayar mahal atas apa yang dilakukannya,’ gumam Raffael.

Raffel di usianya yang menginjak 30 tahun merupakan seorang CEO dari Raffa’s Company yang bergerak di bidang property. Dan ia termasuk pengusaha muda yang sukses membangun Kerajaan bisnisnya.

Sementara itu, Marsya memandangi kepergian Raffael dengan tatapan sedih, Pria itu tidak mengajak serta dirinya keluar dari hotel.

Begitu pintu kamar di tutup Raffael dengan kasar, sehingga membuat Marsya terlonjak terkejut. Marsya mengusap air matanya dengan kasar, kemudian tangannya mengusap perutnya yang masih rata.

‘Ca, maafkan saya, karena sudah mengkhianati persahabatan kita, tetapi anakku memerlukan seorang Bapak dan Raffael lah orang yang tepat. Saya mencintainya juga, Ca! Kamu pasti bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari Raffael.’ batin Marsya.

Bab terkait

  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 2 SANDIWARA MARSYA

    Marsya bangun dari atas tempat tidur, dipungutinya pakaian yang berserakan di lantai, kemudian ia pakai. ‘Saya harus bisa meyakinkan Raffa, kalau bayi yang sedang kukandung adalah anaknya. Hidupku akan menjadi nyaman, dengan menikahi Raffa,’ gumam Marsya.Marsya wanita muda yang baru berusia 22 tahun berasal dari keluarga sederhana. Ia beruntung mendapatkan sahabat sebaik Natsya yang tidak memandang harta dalam berteman. Namun, jauh di dalam hati Marsya merasa iri, karena kekayaan dan kekasih yang dimiliki oleh sahabatnya, Natasya.Selesai berpakaian Marsya mengeluarkan tempat bedak dari dalam tas. Dibubuhkannya bedak tipis di wajah cantiknya, kemudian ia menggunakan lipstick berwarna merah di bibirnya.Dengan langkah anggun gaya berjalan yang ditiru Marsya dari Natasya. Ia pun keluar dari kamar hotel tersebut menuju bagian depan hotel.Sesampainya di depan sudah ada taksi online menunggunya. Marsya langsung masuk dan duduk dengan nyaman. ‘Satu minggu lagi, diriku akan melakukan tes d

  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 3 BINGUNG

    “Ibu! Mengapa Ibu tidak mengetuk pintu dahulu, sebelum masuk?” Tanya Raffael dengan nada gusar.Wanita yang dipanggil Ibu oleh Raffael berjalan menuju meja kerja putranya. Ia terlihat terkejut, ketika melihat siapa wanita yang mengaku hamil kepada Raffael. “Bukankah kamu sahabat dari tunangan putraku?” Tanyanya kepada Marsya, dengan kening dikerutkan.Marsya menelan ludah dengan sukar, karena mendadak tenggorokannya terasa kering. Ia tidak mengharapkan akan bertemu dengan Ibu dari Raffael.“Iya, saya memang sahabat dari Natasya,” sahut Marsya.Ibu Raffael mengambil catatan kehamilan yang ada di atas meja. Ia, kemudian melihat ke arah Raffael dan Marsya secara bergantian. Dengan suara yang tegas ia meminta kepada Raffael untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.Raffael memejamkan mata, ia tidak suka, kalau Ibunya ikut campur dalam urusan pribadinya. “Saya tidak sengaja tidur dengan Marsya dan sekarang ia hamil.” Raffael bangun dari duduknya, lalu berjalan menuju jendela kaca di r

  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 4 LAMARAN DADAKAN

    Raffael terdiam, ia sama sekali melupakan tentang orang tua Natasya. Dan pertanyaan dari Ayahnya membuat ia tertegun. “Saya belum memikirkannya.”Ayah Raffael menarik napas mendengar jawaban dari putranya itu. “Kau harus memberitahukannya, mereka berhak untuk mengetahui hal itu.”Setelah mengatakan hal itu Ayah Raffael keluar dari ruang kerja putranya. Ia membiarkan Raffael merenungkan apa yang dikatakan olehnya tadi.Begitu pintu sudah di tutup dan Raffael kembali sendiri di ruangannya. Ia duduk dengan punggung bersandar pada sandaran kursi, sambil memejamkan mata.Niatnya untuk makan siang sudah terlupakan, karena perutnya tidak lagi merasa lapar, setelah kunjungan dari Ayahnya.Dirinya tidak mungkin mengatakan rencana pernikahannya, melalui telepon kepada orang tua Natasya, tetapi ia juga tidak tega mengatakan hal itu kepada orang tua Natasya.‘Biarkan mereka mengetahuinya, melalui orang lain dan membenci diriku, karena saya tidak dapat melakukannya langsung,’ gumam Raffael.Raffae

  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 5 MASALAH

    Raffael melirik Ibunya sekilas. “Ibu sudah memaksakan pernikahan ini kepadaku. Ibu dan siapapun juga tidak ada yang bisa mengatur perasaanku! Selamanya saya hanya akan mencintai Natasya!”Terdengar suara dengusan dari kursi bagian depan, di mana Ayahnya sedang duduk di samping sopir. “Mencintai, tetapi selingkuh! Sungguh konsep yang membingungkan,” timpal Ayah Raffael.Raffael mengepalkan kedua tangan, bibirnya mengetat menahan marah, tetapi ia tidak melampiaskan amarahnya saat ini, karena ia menghargai Ibunya.Setelah beberapa menit dalam perjalanan mobil yang ditumpangi Raffael pun berhenti di depan rumah Marsya. Terlihat sudah ada beberapa mobil dan kendaraan yang terparkir di depan rumah tersebut.Raffael dan kedua orang tuanya turun dari mobil. Dirinya yang tidak memperhatikan hal lain, tidak mengetahui, kalau di belakang mobil mereka juga ada mobil dari beberapa orang saudara dekat orang tuanya, dengan membawa beberapa bingkisan.“Ibu memang hebat! Bisa menyiapkan semua ini dala

  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 6 BERBOHONG

    Sontak saja kedua pegawai yang sedang menggosip itu membalikan badan melihat kepada Marsya. Dan mereka dapat mengenalinya, karena Raffael pernah beberapa kali membawa Natasya datang ke kantor itu. “Memangnya, Ibu tidak mendapatkan undangan?” Tanya salah seorang dari pegawai itu dengan senyum mengejek di bibirnya.Mereka mengamati wajah Natasya yang terlihat pucat, tetapi keduanya tidak peduli. Ada rasa senang di hati pegawai itu berhasil membuat wanita yang selama ini mereka irikan. Keduanya memang diam-diam juga mennyukai Raffael.Natasya menelan ludah dengan sukar tenggorokannya mendadak terasa kering. Dibasahinya bibir sebelum menjawab pertanyaa dari pegawai wanita yang dulu menghormatinya. Namun, sekarang mereka memandang remeh dirinya.“Saya hanya ingin mengetahui tempat resepsi itu diadakan kalau kalian tidak bersedia mengatakannya saya bisa bisa bertanya kepada orang lain.” Natasya membalikan badan, ia tidak akan berlama-lama berhadapan dengan kedua wanita yang sudah berlaku ti

  • CINTA yang TERSAKITI   PERNIKAHAN RAFFAEL dan MARSYA

    dikatakan oleh Natasya bertolak belakang dengan penjelasannya tadi siang. “Sayang, bukannya tadi siang kamu sudah bertemu dengan Raffa?”Natasya melihat ke arah maminya dengan tatapan sendu. Ia memberikan senyum terpaksa kepada wanita yang telah melahirkannya itu. “Aku tidak memberitahukan kedatanganku malam ini kepadanya. Untuk memberikan kejutan spesial.”Walaupun merasa bingung dengan jawaban yang diberikan Natasya, ia tidak mau memperpanjang lagi menuntut penjelasan. Akan ada waktunya Natasya bercerita.Setelah berpamitan Natasya berjalan keluar rumah dan masuk taksi yang telah menunggunya. Setelah duduk ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras. Ia menggenggam kedua tangan di atas pangkuan sambil memejamkan mata.‘Aku harus kuat dan siap menghadapi mereka berdua,’ tekad Natasya dalam hati.Tak berselang lama taksi yang ditumpanginya berhenti di depan sebuah hotel berbintang yang Natasya kenali sebagai salah satu hotel milik Raffael.Setelah membayar ongkos ta

  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 8 KESEDIHAN NATASYA

    Marsya yang berdiri di samping Raffael menjadi cemburu dan marah. Ia menganggap Raffael dan Natasya mengabaikan kehadirannya. Ia melingkarkan lengan dengan sikap posesif pada perut Raffael. “Sayang! Kalian berdua menarik perhatian tamu undangan yang hadir.”Ia mengalihkan tatapan ke arah Natasya dengan sorot kebencian dan bibir yang dipoles merah menyala itu memerikan senyum mengejek.“Kami sudah menikah, Ca! Jangan kau rebut suamiku pergilah sebelum kau diusir keluar oleh petugas keamanan yang hanya akan membuatmu menjadi malu saja,” desis Marsya.Natasya mengusap air matanya dengan punggung tangan, ia membalas tatapan mata sahabatnya itu dengan tenang. Tidak ada sorot kebencian di matanya, walaupun ia sudah disakiti.“Sepertinya karena kau menikah hasil merebut, maka kau menjadi takut hal yang sama akan terjadi padamu. Ambillah, Raffa untukmu karena ia bukan lelaki yang tepat untukku. Kalian pasangan yang serasi sama-sama pengkhianat,” ucap Natasya.Tangan Marsya terangkat hendak me

  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 9 PERNIKAHAN yang KACAU dan KEMATIAN

    “Mam,Bangunlah!” panggil papi Anastasya berulang kali. Namun, istrinya tidak juga bergerak.Dengan ketenangan yang hampir habis karena mengkhawatirikan keadaan wanita yang dicintainya. Papi Natasya mengambil ponsel dari atas meja lalu dihubunginya nomor darurat meminra segera dikirimkan ambulans.Diletakannya kembali ponsel di atas meja ia kemudian berlutut kembali di samping istrinya. Diciumnya pipi wanita yang telah menemaninya selama bertahun-tahun itu. “Bangun, Mam! Kamu harus tetap hidup menemani dan menguatkan Ica melalui cobaan dalam hidupnya.” Bisik Papi Natasya.Tidak ada tanda-tanda pergerakan dari wanita itu, ia tetap terlihat tenang dalam tidurnya. Papi Natasya memeluk tubuh kaku istrinya dengan air mata yang turun membasahi wajahnya.Sayup-sayup terdengar suara sirene ambulans mendekat kemudian berhenti tepat di depan rumah. Papi Natasya beranjak dari tempatnya. Dibukakannya pintu untuk petugas medis yang datang lalu ia persilakan masuk.“Tolong, selamatkan nyawa istri sa

Bab terbaru

  • CINTA yang TERSAKITI   Pembacaan Surat Wasiat Pratama

    “Sialan, kamu! Kau sudah menipu dan membohongiku! Kau bukan istri ayahku karena pernikahan kalian tidak sah,” bentak Sandoro.Tubuh Natasya menjadi kaku, ia tidak menduga kalau Sandoro mendengar apa yang tadi dikatakan oleh papinya. Namun, kenapa pria itu justru marah. Bukankah seharusnya ia merasa senang?Natasya bergerak mundur, ia ingin memberikan jarak antara dirinya dengan Sandoro. Ia merasa terganggu dengan kedekatan mereka.“Lantas kalau kau mengetahuinya apa yang menjadi masalah? Aku tidak menginginkan apa pun dari ayahmu!” teriak Natasya.Ia berlari masuk kembali ke rumah duka tersebut dan Sandoro tidak mencegahnya. Begitu berada di depan pintu ia berhenti berlari dan diam sebentar untuk meredakan debaran jantungnya. Setelah dapat menguasai dirinya Natasya masuk berjalan menuju tempat papinya duduk. “Maaf, tadi ada yang harus kubicarakan dengan Sandoro.”“Papi mengerti kamu memang harus berdiskusi dengannya.” Papi Natasya menatap ke arah peti mati.Natasya menoleh ke arah pi

  • CINTA yang TERSAKITI   Terbongkarnya Fakta yang Mengejutkan

    Wajah Sandoro berubah menjadi dingin dengan kedua tangan yang terkepal di sanping badan, Membuat Natasya dapat merasakan aura ketegangan yang menguar dari pria itu. Ia berjalan menjauh menuju papinya daripada mendengar amarah Sandoro. Pria itu seperti siap meledak mendengar apa yang dikatakan “Kau baik-baik saja, bukan?” tanya papi Natasya begitu ia sudah berada di sampingnya.“Entahlah, Pi! Aku tidak mungkin berbohong kalau diriku sepenuhnya baik-baik saja. Kematian Pratama sangat mengejutkan dan aku jujur tidak siap.” Natasya meletakan pundak di bahu papinya.Dengan air mata yang mengalir deras membasahi wajah Natasya berkata, “Apa yang akan terjadi denganku selanjutnya aku tidak tahu. Pratama sudah begitu baik dan ia tidak pernah menuntut lebih kepadaku.”Papi Natasya mengusap punggung rambut putrinya itu dengan lembut. Ia berkata, “Kamu pasti bisa menjalani hidup tanpa Pratama. Bukankah selama ini kamu sudah tidak bergantung kepadanya lagi? Sebenarnya ada hal yang papi dan Prata

  • CINTA yang TERSAKITI   Canggung

    “A-apa maksudmu berkata seperti itu? Kau yang bermaksud menggodaku, padahal kau mengetahui aku adalah ibu tirimu!” sahut Natasya dengan nada suara kesal.Sandoro semakin merendahkan badan hingga bibirnya sangat dekat telinga Natasya. “Jangan berpura-pura tidak tahu apa yang kumaksud!” bisik Sandoro.Tenggorokan Natasya terasa kering, bulu kuduknya bahkan meremang. Ia bergerak menjauh dari Sandoro, tetapi lengannya ditahan dengan lembut oleh Sandoro hingga tidak bisa bergerak.“Lepaskan aku!” lirih Natasya.“Kenapa kau ….” ucapan Sandoro terpotong ketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Dengan malas-malasan ia berjalan menjauh dari Natasya kembali ke tempatnya duduk. Sementara Natasya wajahnya memerah. Karena merasa malu kepergok dalam keadaan yang bisa saja disalah artikan oleh pelayan itu.Beruntung cahaya yang temaram membuat ia aman dari tatapan menyelidik Sandoro dari tempatnya duduk. Lutut dan jemari Natasya terasa bergetar, ia merasakan ada getaran hangat saat Sandoro

  • CINTA yang TERSAKITI   Sandoro Menggoda Natasya

    Natasya bangkit dari duduk ia benci mendengar nada suara Sandoro yang kembali menuduhnya. Ia yang bodoh dengan percaya kalau pria itu bisa sebentar saja berhenti membenci.“Duduklah kembali, Natasya! Aku minta maaf kalau ucapanku salah,” ucap Sandoro dengan nada suara tegas.Langkah Natasya terhenti, ia membalikan badan melihat ke arah Sandoro dengan kening berkerut. “Apakah aku tidak salah mendengar kalau kau meminta maaf?”“Aku tidak akan mengatakannya dua kali!” sahut Sandoro dingin.Natasya kembali duduk di tempatnya semula dalam diam. Ia tahu kembali ke kamar pun dirinya tidak akan bisa tidur. Setidaknya duduk di sini sekalipun nantinya hanya akan berdebat dengan Sandoro. Hal itu bisa mengalihkan ia dari rasa sedih kehilangan suami.Suara lonceng yang dibunyikan Sandoro membuat Natasya melirik pria itu. Ia menunggu siapa yang dipanggil oleh pria itu.Tak berapa lama muncullah seorang wanita dengan pakaian pelayan. Ia berjalan menghampiri tempat Sandoro duduk.“Selamat malam, Tua

  • CINTA yang TERSAKITI   Mencoba Berdamai

    Natasya mengangkat kepala ditatapnya Sandoro dengan nanar. Ia bangkit perlahan dari duduk berjalan mendekat ke arah Sandoro. Dan berhenti hanya berjarak beberapa senti saja dari pria itu. Plak! Sebuah tamparan keras Natasya layangkan ke pipi Sandoro. Ia menatap pria itu di balik kabut air mata sambil mengangkat wajah menantang.“Kau selalu saja menuntut jawaban dariku atas semua tuduhanmu! Terserah apa yang kau pikirkan tentangku, aku sama sekali tidak peduli! seru Natasya.Natasya berjalan melewati Sandoro keluar kamar mandi tersebut. Ia tidak ingin berada lebih lama lagi dengan pria tak punya hati itu.Lengan Natasya dicekal dengan kasar oleh Sandoro hingga langkahnya terhenti. Pria itu kemudian menyentak dengan kasar hingga badan Natasya membentur dada bidang pria itu.“Kau mau pergi begitu saja setelah menamparku?” tegas Sandoro.Natasya mengangkat wajah menantang Sandoro untuk balas menampar dirinya, sambil memejamkan mata. Selang beberapa saat menunggu ia tidak juga merasakan

  • CINTA yang TERSAKITI   Duka Mendalam

    Natasya melirik Sandoro sekilas sebelum ia kembali melihat tubuh suaminya yang sudah terbujur kaku. “Tidakkah kau bersedia menghormati kematian ayahmu dengan menyimpan kebencianmu kepadaku.”Terdengar helaan napas yang keras dari bibir Sandoro. “Hmm! Aku akan menahan diriku demi menghormati almarhum ayahku.”Usai mengucapkan hal itu Sandoro berjalan keluar dari ruangan tersebut. Membuat Natasya bisa bernapas lega. Dengan adanya jarak yang diberikan oleh Sandoro baginya, hingga ia dapat mengucapkan perpisahan kepada Pratama.“Saya akan keluar!” ucap pengacara Pratama.Natasya yang lupa akan kehadiran pengacara itu langsung menoleh dan hanya anggukan kepala yang ia berikan.Begitu dirinya sudah sendirian saja Natasya mendekatkan diri pada ranjang tempat Pratama berbaring. Ia membuka penutup kain yang menutupi wajah Pratama.Tangan Natasya terulur untuk mengusap lembut wajah Pratama. “Selamat tinggal dan terima kasih untuk semua yang sudah kau lakukan.” Dibungkukkan badan untuk memberik

  • CINTA yang TERSAKITI   Kematian Pratama

    Pengacara itu terlihat gugup, tetapi ia dengan cepat dapat menguasai dirinya kembali. “Ayolah, Sandoro! Kau harus bisa menerima kalau Natasya adalah ibu tirimu. Dan ia berhak mengetahui ayahmu yang sedang dirawat.”Sandoro melayangkan tatapan galak kepada pengacara itu. Dengan kasar ia berkata, “Berapa kau mendapatkan komisi dari wanita itu?”Pengacara itu terdiam, ia menatap Sandoro dengan kecewa. Digelengkannya kepala sambil mengulas senyum tipis. “Kau tidak akan pernah mau mengerti! Kuharap demi menghargai ayahmu yang sedang terbaring sakit, kau harus bisa menahan diri saat Natasya datang ke sini.”Suara dengusan nyaring terlontar dari bibir Sandoro, tetapi ia tidak menyahut lagi. Ia berjalan menjauh menuju kursi besi yang terletak tidak jauh dari pintu ruang gawat darurat lalu duduk di sana.Pandangannya tidak lepas dari pintu ruang gawat darurat itu. Ia menjadi semakin khawatir akan kesehatan ayahnya. Ia mendengar suara tapak sepatu mendekat. Ia menolehkan kepala untuk melihat s

  • CINTA yang TERSAKITI   Pratama Sakit

    Raffael berhenti berjalan ia melihat kepada kedua orang tuanya secara bergantian. “Kalian tidak perlu khawatir diriku tidak sakit. Aku hanya mengambil ini ….” Dikeluarkannya kertas berisi hasil tes DNA lalu ia menyodorkan kepada ayahnya. “Aku akan pergi dan tentang pengurusan bayi itu sekretarisku yang akan mencarikan pengasuh untuknya.”“K-kau pergi! Kenapa dan kemana?” tanya ibu Raffael.Raffael mengangkat pundak kemudian berjalan menuju pintu keluar. Ia tidak merasa perlu untuk menjawab pertanyaan dari ibunya. Karena dirinya sedang menahan emosi yang terpendam. Satu sisi dirinya merasa jahat meninggalkan bayi yang baru saja ditinggal pergi ibunya.Hanya saja fakta kalau bayi itu bukan darah dagingnya membuat ia mengeraskan hati. Ia bahkan tidak merasa perlu mengucapkan kata perpisahan kepada bayi itu.***Natasya dengan terpaksa tinggal di rumah besar milik Pratama. Walaupun ia harus siap menerima sikap kasar dan membingungkan Sandoro. Yang terkadang juga bersikap lembut, serta te

  • CINTA yang TERSAKITI   Hasil Tes DNA

    Raffael menundukan kepala memandangi wajah putri kecilnya yang sedang tidur. Ia mengamati dalam diam wajah putih cantik dengan rambut berwarna pirang. “Ibu, di keluarga kita memang ada yang memiliki rambut pirang. Kurasa tidak perlu melakukan tes DNA karena ibu dari anakku juga sudah tiada.”“Kau bisa mengabaikan fakta yang ada di depan matamu, tetapi Ibu tidak akan memaksamu karena kaulah ayah dari anak itu,” ucap ibu Raffael dengan nada suara kecewa.Raffael mengangguk, ia mengangkat bayi mungil yang sudah membuka mata. Mungkin ia terbangun karena mendengar suara perdebatan dengan ibunya.“Halo, Sayang! Apakah kamu terbangun karena mendengar suara ayah?” tanya Raffael.Ia mencium wajah putrinya hinngga membuat bayi itu tertawa geli. Senyum terbit di wajah Raffael setelah lelah bekerja melihatwajah putrinya membuat rasa itu hilang.Digendongnya bayi itu menuju teras rumah kemudian duduk di kursi yang ada di sana. Dipandanginya dengan lekat bayi yang balik menatap dengan senyum dan ce

DMCA.com Protection Status