“Mam,Bangunlah!” panggil papi Anastasya berulang kali. Namun, istrinya tidak juga bergerak.Dengan ketenangan yang hampir habis karena mengkhawatirikan keadaan wanita yang dicintainya. Papi Natasya mengambil ponsel dari atas meja lalu dihubunginya nomor darurat meminra segera dikirimkan ambulans.Diletakannya kembali ponsel di atas meja ia kemudian berlutut kembali di samping istrinya. Diciumnya pipi wanita yang telah menemaninya selama bertahun-tahun itu. “Bangun, Mam! Kamu harus tetap hidup menemani dan menguatkan Ica melalui cobaan dalam hidupnya.” Bisik Papi Natasya.Tidak ada tanda-tanda pergerakan dari wanita itu, ia tetap terlihat tenang dalam tidurnya. Papi Natasya memeluk tubuh kaku istrinya dengan air mata yang turun membasahi wajahnya.Sayup-sayup terdengar suara sirene ambulans mendekat kemudian berhenti tepat di depan rumah. Papi Natasya beranjak dari tempatnya. Dibukakannya pintu untuk petugas medis yang datang lalu ia persilakan masuk.“Tolong, selamatkan nyawa istri sa
Raffael tertegun mendengar penuturan Marsya, ia masih belum percaya kalau bayi yang dikandung wanita itu adalah anaknya. “Kalau janin yang kau kandung memang anakku, aku akan memikirkannya lagi tentang sikapku kepadamu.”Raffael mengalihkan pandangannya kembali ke depan, tetapi ia tidak memasang wajah sedingin tadi. Dirinya ingin cepat-cepat keluar dari tempat ini dan sendiri.Rasa lega menghinggapi dada Raffael ketika pada akhirnya pesta itu berakhir juga dengan satu demi satu tamu undangan meninggalkan tempat. Ia berjalan cepat keluar dari ballroom meninggalkan Marsya jauh tertinggal di belakangnya.Dikeluarkannya kunci dalam bentuk kartu untuk membuka honeymoon suite. Ia masuk kamar dan langsung melepas jas yang dipakainya untuk ia lemparkan begitu saja ke lantai. Dibukanya kulkas mini lalu ia ambil bir kaleng.Ditenggaknya isi dari bir kaleng itu sampai tandas setelahnya ia lemparkan ke dinding kamar. Hal itu ia lakukan untuk melampiaskan kemarahan dan kecewanya.Terdengar suara p
Ryan menulikan pendengaran dan mengunci mulutnya. Ia memejamkan mata mengabaikan tuduhan dari istrinya. Ia tidak peduli kalau Marsya akan menjadi semakin marah.Marsya menarik napas dalam-dalam, ia berhitung sampai 10 dalam hatinya. Namun, ia tidak berhasil mengendalikan kemarahannya atas sikap diam Raffael.Ditariknya lengan suaminya itu yang ia gunakan sebagai bantal. “Kenapa kamu selalu saja mengacuhkanku? Aku ini istrimu dan bukan patung!”Raffael dengan terpaksa membuka mata, ia menatap tepat mata Marsya dengan sorot dingin. “Aku sudah lelah dan ingin beristirahat! Pernyataan darimu tidak memerlukan jawaban yang mendesak karena itu hanyalah khayalanmu saja akibat dari rasa takutmu yang berlebihan.”Raffael kembali memejamkan mata, ia tidak peduli dengan suara tarikan napas Marsya yang berat. Ia hanya ingin melupakan kalau dirinya telah menikah dengan wanita yang bukanlah tunangannya.Marsya menjadi kalah sendiri karena dirinya diabaikan Raffael. Dibalikannya badan berjalan menuj
Natasya membuka mulut tidak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Marsya. Bisa-bisanya wanita itu memberikan peringatan. ‘Dengar ya, Marsya! Jangan samakan diriku denganmu yang tega mengambil apa yang menjadi milik orang lain. Apa yang sudah terlepas tidak akan kupungut kembali,’Di ujung sambungan telepon terdengar bunyi suara gemerisik. Marsya menggeram marah mendapat sindiran menohok dari Natasya. Akan tetapi, ia tidak akan membiarkan direndahkan oleh Natasya.‘Dengar, Ca! Kamu memang pantas dibuang Raffa. Kamu itu hanyalah wanita yang lemah dan tidak berguna sama sekali,’ ejek Marsya di ujung sambungan telepon.Natasya mengeratkan pegangan pada ponsel. Ia sedang dalam kondisi emosi yang tidak stabil setelah tekanan emosi begitu besar. Ditambah kematian maminya yang mendadak.Ditariknya napas dalam-dalam kemudian ia hembuskan kembali dengan kasar. Ia tidak pernah menduga sahabat yang ia anggap bagai saudara kandung akan berkata seperti itu setelah pengkhianatan yang ia lakukan.
Raffael merasa bersalah dalam hatinya dan ia ikut merasakan kesedihan Natasya. Disentaknya pelan lengan Marsya yang menggenggam dengan erat. Ia berjalan mendekati wanita yang masih ia cintai itu dan ikut berlutut di sampingnya. “Berhenti menyalahkan dirimu. Ca! Kamu sama sekali tidak bersalah.”Natasya mengusap air matanya dengan kasar, ia melepas kacamata yang dipakainya kemudian membalikan badan menatap Raffael tajam. “Mamiku meninggal karena menonton berita yang menayangkan pernikahanmu! Kamu sudah membuat mamiku meninggal! Kalian semua sangat jahat dan kuharap kau tidak akan pernah mendapatkan bahagia di atas penderitaan keluargaku.”Raffael tertegun di temptnya berdiri, ia tidak dapat mempercayai pendengarannya kalau ia salah seorang yang membuat mami Natasya meninggal dunia.“Maaf, Ca! Namun, aku sama sekali tidak pernah mengharapkan kematian Mami. Semua sudah menjadi garis hidup yang harus kita semua jalani, Ca! Kamu harus tahu tidak hanya kau saja yang bersedih atas meninggaln
Perlahan Marsya membuka matanya ia melihat ke arah Raffael dengan tatapan tidak suka. “Kaiau aku tidak berpura-pura pingsan kau pasti akan tetap di sana menemani Natasya! Kau tidak menghargaiku sebagai seorang istri dengan sengaja kau juga mempermalukanku!”Raffael mendengus dengan keras, ia memutar bola mata. Diabaikannya ucapan Marsya dengan keras ditutupnya pintu mobil, lalu masuk ke bagian depan dan duduk di balik kemudi. Diliriknya kaca spion untuk melihat apa yang dilakukan oleh Marsya.Setelah memastikan istrinya itu sudah memasang sabuk pengaman, ia pun menyalakan mesin mobil lalu menjalankannya meninggalkan areal pemakaman itu. Ia mengemudi dalam diam. Akan tetapi, tidak dengan hatinya yang sibuk memikirkan bagaimana keadaan Natasya setelah ia tinggalkan.“Kenapa kau hanya diam saja? Kau masih mencintai ia, bukan? Tidakah kau bersedia melupakannya demi anak kita yang sedang kukandung?” Tanya Marsya dengan suara lirih dan mata berembun.Raffael hanya diam saja, ia lebih memili
Sontak saja Raffael menjadi terkejut mendengar berita itu, begitu pula dengan Marsya. Wajahnya terlihat pucat dan tegang. “Saya akan tetap mempertahankan kehamilan ini, sekalipun nyawa saya yang menjadi taruhan.”Ia tidak akan menggugurkan kandungannya demi apa pun juga. Seandainya ia tidak hamil, Raffael pasti akan mengajukan gugatan cerai, agar ia bisa kembali bersama dengan Natasya. Dan hal itu tidak boleh terjadi.Raffael melirik Marsya tajam, ia tidak ingin wanita itu membahayakan keselamatan nyawanya karena ia bisa saja hamil kembali suatu hari nanti.“Kau harus lebih mengutamakan dirimu sendiri! Bayi itu juga baru beberapa minggu usianya dan kau belum terikat batin dengan kuat.” Raffael memandangi wajah istrinya itu dengan dingin.Marsya balas menatap Raffael dengan marah. “Tentu saja kamu mengharap aku memilih diriku daripada janin dalam perutku. Biar kamu bisa kembali kepada mantan tunanganmu itu, bukan? Kamu memang tidak punya hati di saat istri sedang hamil dan bertaruh nya
“Bapak tidak bisa melakukan hal seperti ini kepada saya!” sahut Natasya lemah.Sayangnya penjelasan Natasya tidak diterima karena memang pada laporan keuangan itu terdapat tanda tangannya sebagai pembuat.Dengan tubuh lunglai ia bangkit dari duduk. “Bapak sudah membuat keputusan yang terburu-buru tanpa menyelidiki lebih lanjut apa yang saya katakan. Semoga saja orang yang sudah mengubah laporan itu segera terbuka hatinya untuk mengaku dan menyesal.”Ia berjalan keluar dari ruangan bosnya dengan langkah gontai kembali ke ruang kerja. Natasya membereskan semua barang-barang lalu memasukan ke sebuah kardus. Tidak ingin berlama-lama begitu sudah selesai ia langsung pergi.“Natasya, kenapa kamu membawa barang-barangmu?” tegur salah seorang rekan kerjanya.“Saya dipecat,” sahut Natasya pelan.Sontak saja rekan kerjanya menjadi terkejut mendengar hal itu. Ia tidak percaya karena selama mengenal Natasya wanita itu tidak pernah membuat hal yang buruk.Tidak mau menambah masalah Natasya menjela
Sontak saja Ades menjadi kalap, ia meraih gelas yang ada di depannya kemudian ia lempar ke arah Raffael. Yang dengan cepat dapat menghindar. “Kamu brengsek! Mengapa kamu melakukan hal itu kepadaku? Apakah karena pengasuh itu? Dirimu berubah setelah melihat ia berada di rumah ini. Ada hubungan apa kalian sebenarnya?”Raffael diam ia menatap pecahan gelas yang berhamburan di lantai. Dirinya tidak menduga kalau Ades akan bersikap kalap seperti itu.“Sepertinya kamu tidak bisa dengan mudah menerima keputusan dariku. Natasya adalah mantan tunanganku dan aku masih mencintainya. Maaf, kalau kau merasa kupermainkan, tetapi aku tidak bisa membohongi diriku lagi dan sekarang aku akan berusaha mendapatkan maaf, serta cintanya lagi,” ungkap Raffael.Ades terduduk kembali di kursinya dengan kasar. Air mata jatuh semakin deras membasahi wajahnya. Hatinya hancur karena dianggap hanya sebagai wanita cadangan saja. Setelah pria itu bertemu kembali dengan mantan kekasihnya, ia dicampakan bak barang yan
Natasya hanya bisa pasrah saja, satu sisi dirinya ingin menolak apa yang dilakukan Raffael. Namun, bagian dirinya yang lain ingin merasakan sekali saja bercinta dengan pria yang masih ia cintai.“Tolong! Perlahan, aku masih perawan.” Bisik Natasya.Raffael terdiam, ia memandang tidak percaya Natasya. Disela tawanya ia berkata, “Kau bermaksud membodohiku! Kau pikir aku ini anak kecil yang akan percaya begitu saja.”Beberapa menit berselang Rafael menjadi terkejut tidak percaya. Karena apa yang dikatakan Natasya memang benar adanya. Diciumnya pelipis wanita itu dengan lembut. “Terima kasih, sudah menjadikan diriku yang pertama.”Digulingkannya badan berbaring di samping Natasya. Dengan satu tangan memeluk wanita itu. Seakan ia takut kalau Natasya akan pergi darinya.Natasya melirik Raffael yang sudah terlelap di sampingnya. Air mata jatuh membasahi pipinya. Ia tahu sudah melakukan dosa dengan membiarkan Raffael menyentuhnya. Namun, ia tidak menyesali apa yang sudah terjadi.Diusapnya ai
Sontak saja Natasya menjadi terkejut, ia membalikan badan. Dilayangkannya senyum tipis kepada Ades. “Yang kulakukan sama sekali bukanlah urusanmu! Aku juga tidak peduli dengan apa yang kau tuduhkan.”Setelah mengatakan hal itu Sasha membalikan badan hendak berlalu pergi dari sana. Karena ia tidak mau berada lebih lama lagi di tempat yang sama dengan kekasih Raffael.Langkah Natasya terhenti ketika ia mendengar nada suara Ades yang terdengar mencemooh, “Tentu saja aku tidak akan mengatakan kepada Raffael kalau bertemu denganmu. Aku bahkan lebih suka kalau kau tidak menampakan dirimu di rumah itu lagi.”Wanita itu kemudian berlalu pergi dari hadapan Natasya. Membuat Natasya memandangi punggungnya dengan kesal.‘Mengapa wanita itu terus saja membuatku marah? Mereka berdua memang pasangan yang serasi,’ batin Natasya.Ia masuk mobil lalu duduk di balik kemudi. Dikemudikannya mobil menuju rumah sakit. Sesampainya di sana ia langsung membereskan administrasi untuk operasi papinya.Keesokan h
Tidak mau terjadi keributan Natasya bangkit dari duduknya. “Maaf, saya akan makan di dapur.”Dengan anggukan kepala ia berjalan keluar dari ruang makan. Saat melewatii Raffael dan kekasihnya, ia mengangkat kepala. Menatap pasangan itu dengan raut datar. “Akhirnya kau sadar diri juga! Semoga kau tidak berpura-pura amnesia dan kembali makan di ruangan ini,” sindir Ades.Natasya menghentikan langkah, ia menatap wanita itu dengan tajam. “Saya memang pengasuh di rumah ini. Sementara Anda adalah kekasih pemilik rumah ini. Akan tetapi, apakah kau yakin Raffael akan menikahimu? Karena kudengar ia pernah bertunangan lama, tetapi ia justru menikahi sahabat tunangannya.”Raffael menggeram marah. ia memberikan pelototan pada Natasya. Dicekalnya lengan wanita itu setengah menyeret ia membawa wanita itu keluar. Didorongnya dengan kasar, hingga punggung Natasya menempel pada dinding.Tangan Raffael berpindah memegang dagu Natasya dengan kasar. Sampai kuku-kuku jarinya terasa menusuk daging, tetapi
“Kau pengecut! Selalu memilih untuk pergi.” Raffael menatap tajam punggung Natasya.Langkah Natasya terhenti, tetapi ia tidak membalikkan badan untuk melihat Raffael. “Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Tuan! Anda sudah mengatakannya dengan begitu jelas.”Dilanjutkannya kembali berjalan memasuki rumah. Sesampai di depan pintu kamar Tiara, ia membukanya pelan. Diliatnya kalau gadis cilik itu tidur dengan nyenyaknya.‘Akh, sebaiknya aku pergi keluar saja untuk mencari makan,’ batin Natasya.Ditutupnya kembali pintu kamar Tiara dan berjalan memasuki kamarnya sendiri. Diambilnya tas tangan berisikan dompet, serta ponsel. Setelahnya, ia keluar kamar menuruni tangga. Di bawah anak tangga ia berpapasan dengan Raffael yang akan naik. Sambil menundukkan kepala ia berjalan melewati pria itu.Tiba-tiba saja lengannya ditarik dengan kasar, hingga ia membentur dada Raffael. Suara kesiap karena terkejut lolos dari bibirnya.“Mau pergi kemana kau?” desis Raffael dengan suara tertahan.“Maaf, Tu
Nadi Natasya berdenyut cepat, ia menundukkan kepala tidak sanggup menatap mata Raffael. Agar pria itu tidak melihat kalau kata-katanya kembali melukai Natasya. “Terima kasih, untuk kesekian kali diingatkan. Maaf, saya yang sudah besar kepala.”Natasya berenang mengabaikan Raffael, ia berenang menuju Tiara yang berada dalam pelampungnya. “Apakah kamu mau turun dari tempatmu itu bermain air dengan Nanny?”Senyum cerah terbit di wajah Tiara, ia tidak mengetahui kalau nannynya sedang sedih. Gadis cilik itu merentangkan kedua tangan meminta diangkat dari pelampungnya.Dengan sigap Natasya melakukannya. Ia sengaja membawa Tiara berenang ke bagian yang terjauh dari Raffael. Suara tawa senang gadis cilik itu mampu menghibur Natasya membuatnya melupakan sejenak kata-kata kasar dari majikannya.“Apakah kau sudah lelah berenang? Kita naik ke atas ya karena hari sudah mulai gelap.” Ajak Natasya kepada Tiara.Anggukkan kepala Tiara berikan kepada Natasya. Selain sudah lelah, ia juga merasa mengant
Raffael terdiam, rahangnya mengetat dengan kedua tangan mengepal di samping tubuh. “Mengapa kau berpikir aku masih mencintai Natasya dan berhubungan kembali dengannya? Hubungan kami sudah lama usai. Kalau kau meragukan diriku silakan pergi dari hubungan ini.”Ades tidak puas dengan jawaban dari Raffal, tetapi rasa takutnya diputuskan pria itu jauh lebih besar. Ia harus mengalah kepada kekasihnya itu. Namun, tidak dengan Natasya. Akan diberikannya peringatan keras.“Maaf, Raff! Aku tidak bermaksud untuk meragukanmu. Hanya saja kehadiran wanita itu di rumah ini membuatku cemburu.” Ades memeluk Raffael erat. Untuk menunjukkan kalau dirinya takut kehilangan pria itu.Perlahan Raffael melepaskan pelukan Ades, ia hanya memberikan anggukan kemudian berjalan meninggalkan wanita itu seorang diri saja. Ades memandangi punggung Raffael sampai pria itu menghilang dari pandangan. Tampangnya terlihat cemberut saat ia dengan terpaksa keluar dari rumah itu. Ia harus bisa meyakinkan dirinya sendiri
“Apakah Nanny tahu siapa Om, itu?” Tanya Tiara dengan mata besarnya menatap penuh harap.Natasya mengalihkan tatapannya kepada Raffael. Ia ingin tahu apakah pria itu akan berkata jujur kepada anak kecil yang berdiri di antara mereka berdua.Raffael menegakkan badan dengan suara dingin, ia berkata, “Nannymu akan mengatakannya kalau ia berani.”Dengan suara pelan yang hanya bisa didengar Raffael, Natasya berkata, “Kenapa kau menjadi pengecut, Raff? Mengakui kalau gadis kecil ini adalah putrimu begitu berat.”Posisi Natasya yang berdiri begitu dekat saat berbicara, hingga dari posisi Ades berdiri. Terlihat seolah keduanya sedang berciuman. Dan hal itu jelas memancing rasa cemburunya.“Apa yang kalian berdua lakukan? Tidakkah kalian menghargai diriku dan juga ada anak kecil yang bisa melihat! Dasar pengasuh tidak tahu malu! Aku tahu kalau kau berusaha untuk menaikkan derajatmu menjadi Nyonya di rumah ini!” bentak Ades emosi.Sontak saja Natasya menjadi terkejut, ia langsung menjauhkan bad
“Hahaha! Kau sungguh menggelikan sekali. Mana mungkin kekasihku akan cemburu kepada pengasuh sepertimu. Ia tahu kalau kau bukanlah wanita yang akan menjadi pilihanku. Aku memintamu ke sini untuk mengingatkan agar kau tidak boleh menampakkan dirimu di hadapanku!” tegas Raffael.Hati Natasya terasa sakit mendengar ucapan kasar Raffael. Dirinya tidak dianggap sama sekali, padahal mereka pernah bertunangan. Sebegitu rendahnyakah status sebagai seorang pengasuh putrinya di mata Raffael?“Baik, Tuan! Saya mengerti. Saya akan berusaha agar kita tidak perlu bertemu. Karena tidak ada lagi yang perlu dibicarakan saya permisi.” Natasya bangkit dari duduk berjalan menuju pintu.Raffael juga bangkit dari duduknya, ia meletakkan tangan di atas tangan Natasya mencegah wanita itu membuka pintu. “Siapa yang mengatakan aku sudah selesai berbicara denganmu?”Natasya membalikkan badan hingga berhadapan dengan Raffael. Dan itu merupakan suatu kesalahan karena keduanya berada begitu dekat. Dia melangkah m