Home / Romansa / CINTA yang TERSAKITI / BAB 4 LAMARAN DADAKAN

Share

BAB 4 LAMARAN DADAKAN

Author: Sigma Rain
last update Last Updated: 2024-06-18 19:04:25

Raffael terdiam, ia sama sekali melupakan tentang orang tua Natasya. Dan pertanyaan dari Ayahnya membuat ia tertegun. “Saya belum memikirkannya.”

Ayah Raffael menarik napas mendengar jawaban dari putranya itu. “Kau harus memberitahukannya, mereka berhak untuk mengetahui hal itu.”

Setelah mengatakan hal itu Ayah Raffael keluar dari ruang kerja putranya. Ia membiarkan Raffael merenungkan apa yang dikatakan olehnya tadi.

Begitu pintu sudah di tutup dan Raffael kembali sendiri di ruangannya. Ia duduk dengan punggung bersandar pada sandaran kursi, sambil memejamkan mata.

Niatnya untuk makan siang sudah terlupakan, karena perutnya tidak lagi merasa lapar, setelah kunjungan dari Ayahnya.

Dirinya tidak mungkin mengatakan rencana pernikahannya, melalui telepon kepada orang tua Natasya, tetapi ia juga tidak tega mengatakan hal itu kepada orang tua Natasya.

‘Biarkan mereka mengetahuinya, melalui orang lain dan membenci diriku, karena saya tidak dapat melakukannya langsung,’ gumam Raffael.

Raffael kembali membuka mata ia menuang anggur ke dalam gelas. Ia tidak peduli, kalau dirinya akan menjadi mabuk. Ia hanya ingin melupakan tentang rencana pernikahannya dan permasalahan yang ditimbulkan.

Beberapa menit berselang Raffael sudah tidak sadarkan diri, karena mabuknya. Ia terbangun saat mendengar suara ponselnya yang berdering nyaring. Tangan Raffael meraba-raba di atas meja untuk meraih ponselnya.

‘Ha-lo’ ucap Raffael dengan suara yang tidak jelas, melalui sambungan telepon.

‘Raffael! Apakah kamu sedang mabuk?’ Tanya suara di ujung telepon dengan nada suara marah.

Raffael terkejut mendengarnya, karena ia menempelkan telepon tersebut di telinganya. Secara refleks ia melempar ponselnya dan ia sendiri menjatuhkan kepalanya kembali di atas meja.

Kali ini ia membiarkan saja teleponnya berbunyi. Ia kembali tidur dengan nyenyak, karena pengaruh dari beberapa gelas anggur yang tadi diminumnya.

Pintu ruang kerja Raffael di buka dengan kasar, sementara sang pemilik ruangan sama sekali tidak terbangun dari tidurnya.

Ibu dan Ayah Raffael berjalan masuk ke ruangan kerja itu dan keduanya menggelengkan kepala, ketika mencium aroma alkohol yang begitu tajam.

“Bangun, Raffael!” perintah Ibunya dengan suara keras.

Raffael hanya menggumam tidak jelas, dengan mata yang masih terpejam.

Ayah Raffael berjalan menuju kamar yang ada di dalam ruang kerja itu. Beberapa saat, kemudian ia keluar kembali dengan membawa air di dalam sebuah wadah. Dengan tenang Ayah Raffael menyiramkan air yang dibawanya ke kepala Raffael.

Raffael langsung membuka matanya, sambil berseru marah, dengan suara yang tidak jelas, “Siapa yang sudah menyiram saya?”

“Betapa dewasanya kau ini, Raffael! Menghadapi masalah denagn mabuk,” sindir Ayah Raffael.

Raffael memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Ia merasa pusing dan ditambah dengan suara yang nyaring membuat kepalanya semakin sakit saja.

“Mengapa kalian datang ke sini? Saya hanya ingin tidur sebentar saja.” Raffael berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajah dan membasahi kepalanya dengan air.

Ia kembali ke meja kerjanya dan sekarang ia dapat melihat dengan jelas kedua orang tuanya. Sekarang ia merasa berada dalam persidangan saja. Di mana kedua orang tuanya melihat ke arahnya dengan tatapan tajam.

“Kamu benar-benar mengecewakan kami. Mabuk di kantor, bagaimana jika pegawaimu mengetahui, kalau bos mereka mabuk pada saat jam kerja?” ucap Ayah Raffael.

Raffael mengambil botol air mineral yang ada di atas meja, lalu meminum isinya sampai tersisa separuh. “Mereka hanya akan berbicara di belakang punggungku, tetapi mereka tidak akan berani untuk melakukan hal yang sama atau akan saya pecat.”

Ibu Raffael menarik napas, ia berjalan mendekati Raffael. Ditepuknya dengan pelan pundak putranya itu. “Kami tidak bermaksud untuk menghakimi, sebagai orang tua kami hanya ingin kamu berhenti minum untuk melupakan masalah. Masalah tidak akan hilang, dengan minuman. Bukankah, karena mabuk kamu mendapatkan masalah?”

Raffael menggerut, karena Ibunya mengingatkan awal dari masalah yang menimpanya. Dengan nada suara dingin Raffael berkata, “Ibu tidak perlu mengingatkan hal itu. Sekarang katakan saja kepada saya mengapa kalian datang ke sini?”

Ayah Raffael sudah hendak membentak putranya itu, tetapi dengan cepat Ibu Raffael memberikan isyarat kepada suaminya untuk tenang.

“Kami datang ke sini untuk memberitahukan kepadamu, kalau kita akan berangkat sekarang juga ke rumah calon istrimu.” Ibu Raffael berjalan menuju sofa di mana suaminya duduk.

Sontak saja Raffael menjadi terkejut mendengarnya. Seingatnya tadi  Ayahnya mengatakan, kalau mereka pada malam hari akan datang ke rumah Marsya.

“Mengapa dipercepat waktunya?” Tanya Raffael.

“Karena kami khawatir kamu akan menghilang,” sahut Ayah Raffael cepat.

Raffael memutar bola matanya, ia tidak mengira, kalau Ayahnya akan berpikir dirinya melakukan hal yang serendah itu.

Mereka semua, kemudian keluar dari ruang kerja Raffael. Dengan Raffael mendapatkan perintah dari Ayahnya untuk ikut pulang ke rumah, bukan ke apartemennya.

Dengan tidak santai Raffael berjalan di belakang kedua orang tuanya. Kedua tangan ia masukkan ke saku celana. Ia hanya menggumam saja, ketika diajak bicara oleh Ibunya.

Sesampainya di parkiran Raffael masuk mobil Ayahnya, karena ia masih dalam pengaruh alkohol tidak baik baginya untuk mengemudi. Duduk di jok penumpang Raffael memejamkan mata untuk menghindari berbicara dengan kedua orang tuanya.

“Bangun, Raffa! Kita sudah sampai.” Ibu Raffael menggoyang pundak putranya itu, agar ia bangun.

Raffael membuka matanya yang terlihat merah. Ia menegakkan badan, lalu berjalan keluar dari mobil memasuki rumah kedua orang tuanya.

“Jangan tidur lagi, Raff!” Kamu harus segera bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Marsya,” tegur Ibunya.

Raffael bangun dari berbaringnya di atas sofa. Ia berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar ia langsung masuk kamar mandi. Di bawah guyuran air pancuran pada suhu dingin. Selesai mandi Raffael keluar kamar mandi, kemudian berganti pakaian bersih.

Ia menuju ruang keluarga di mana kedua orang tuanya sudah menunggu. Ia duduk di sofa, kemudian diambilnya gelas berisi kopi hitam, yang terletak di atas meja. Diminumnya kopi hitam tersebut, sampai isinya habis.

“Memalukan! Seorang CEO mabuk di tempat kerja. Ingat, Raff! Kamu akan menjadi seorang suami dan ayah. Cukup hari ini untuk terakhir kalinya kamu mabuk!” peringat ayah Raffael.

Raffael hanya diam saja. ia justru mengambil kue yang ada di atas meja dan memakannya. Ia memang tadi melewatkan makan siangnya. Dan sekarang sudah sore.

“Jadi, kapan kita berangkat? Bukankah, kalian mengatakan kita harus segera ke rumah Marsya lantas kenapa kita hanya duduk-duduk saja di sini?” Tanya Raffael.

“Kita berangkat sekarang dan jangan permalukan dirimu sendiri, dengan tertidur di acara lamaran,” tegur Ayah Raffael.

Ketiganya keluar dari rumah masuk mobil dan duduk dengan nyaman di kursi penumpang. Raffael membuka ponselnya dan hal itu membuatnya sadar, kalau wallpaper yang ia pakai di ponselnya adalah foto dirinya dengan Natasya.

“Kamu harus bisa melupakan Natasya! Hargai perasaan Marsya, sebagai istrimu nanti. Natasya masa lalu yang harus kamu lupakan, Marsya masa depanmu untuk menciptakan kebahagiaan.” Ibu Raffael melirik ponsel yang ada di tangan Raffael.

Related chapters

  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 5 MASALAH

    Raffael melirik Ibunya sekilas. “Ibu sudah memaksakan pernikahan ini kepadaku. Ibu dan siapapun juga tidak ada yang bisa mengatur perasaanku! Selamanya saya hanya akan mencintai Natasya!”Terdengar suara dengusan dari kursi bagian depan, di mana Ayahnya sedang duduk di samping sopir. “Mencintai, tetapi selingkuh! Sungguh konsep yang membingungkan,” timpal Ayah Raffael.Raffael mengepalkan kedua tangan, bibirnya mengetat menahan marah, tetapi ia tidak melampiaskan amarahnya saat ini, karena ia menghargai Ibunya.Setelah beberapa menit dalam perjalanan mobil yang ditumpangi Raffael pun berhenti di depan rumah Marsya. Terlihat sudah ada beberapa mobil dan kendaraan yang terparkir di depan rumah tersebut.Raffael dan kedua orang tuanya turun dari mobil. Dirinya yang tidak memperhatikan hal lain, tidak mengetahui, kalau di belakang mobil mereka juga ada mobil dari beberapa orang saudara dekat orang tuanya, dengan membawa beberapa bingkisan.“Ibu memang hebat! Bisa menyiapkan semua ini dala

    Last Updated : 2024-06-18
  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 6 BERBOHONG

    Sontak saja kedua pegawai yang sedang menggosip itu membalikan badan melihat kepada Marsya. Dan mereka dapat mengenalinya, karena Raffael pernah beberapa kali membawa Natasya datang ke kantor itu. “Memangnya, Ibu tidak mendapatkan undangan?” Tanya salah seorang dari pegawai itu dengan senyum mengejek di bibirnya.Mereka mengamati wajah Natasya yang terlihat pucat, tetapi keduanya tidak peduli. Ada rasa senang di hati pegawai itu berhasil membuat wanita yang selama ini mereka irikan. Keduanya memang diam-diam juga mennyukai Raffael.Natasya menelan ludah dengan sukar tenggorokannya mendadak terasa kering. Dibasahinya bibir sebelum menjawab pertanyaa dari pegawai wanita yang dulu menghormatinya. Namun, sekarang mereka memandang remeh dirinya.“Saya hanya ingin mengetahui tempat resepsi itu diadakan kalau kalian tidak bersedia mengatakannya saya bisa bisa bertanya kepada orang lain.” Natasya membalikan badan, ia tidak akan berlama-lama berhadapan dengan kedua wanita yang sudah berlaku ti

    Last Updated : 2024-08-06
  • CINTA yang TERSAKITI   PERNIKAHAN RAFFAEL dan MARSYA

    dikatakan oleh Natasya bertolak belakang dengan penjelasannya tadi siang. “Sayang, bukannya tadi siang kamu sudah bertemu dengan Raffa?”Natasya melihat ke arah maminya dengan tatapan sendu. Ia memberikan senyum terpaksa kepada wanita yang telah melahirkannya itu. “Aku tidak memberitahukan kedatanganku malam ini kepadanya. Untuk memberikan kejutan spesial.”Walaupun merasa bingung dengan jawaban yang diberikan Natasya, ia tidak mau memperpanjang lagi menuntut penjelasan. Akan ada waktunya Natasya bercerita.Setelah berpamitan Natasya berjalan keluar rumah dan masuk taksi yang telah menunggunya. Setelah duduk ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras. Ia menggenggam kedua tangan di atas pangkuan sambil memejamkan mata.‘Aku harus kuat dan siap menghadapi mereka berdua,’ tekad Natasya dalam hati.Tak berselang lama taksi yang ditumpanginya berhenti di depan sebuah hotel berbintang yang Natasya kenali sebagai salah satu hotel milik Raffael.Setelah membayar ongkos ta

    Last Updated : 2024-08-07
  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 8 KESEDIHAN NATASYA

    Marsya yang berdiri di samping Raffael menjadi cemburu dan marah. Ia menganggap Raffael dan Natasya mengabaikan kehadirannya. Ia melingkarkan lengan dengan sikap posesif pada perut Raffael. “Sayang! Kalian berdua menarik perhatian tamu undangan yang hadir.”Ia mengalihkan tatapan ke arah Natasya dengan sorot kebencian dan bibir yang dipoles merah menyala itu memerikan senyum mengejek.“Kami sudah menikah, Ca! Jangan kau rebut suamiku pergilah sebelum kau diusir keluar oleh petugas keamanan yang hanya akan membuatmu menjadi malu saja,” desis Marsya.Natasya mengusap air matanya dengan punggung tangan, ia membalas tatapan mata sahabatnya itu dengan tenang. Tidak ada sorot kebencian di matanya, walaupun ia sudah disakiti.“Sepertinya karena kau menikah hasil merebut, maka kau menjadi takut hal yang sama akan terjadi padamu. Ambillah, Raffa untukmu karena ia bukan lelaki yang tepat untukku. Kalian pasangan yang serasi sama-sama pengkhianat,” ucap Natasya.Tangan Marsya terangkat hendak me

    Last Updated : 2024-08-08
  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 9 PERNIKAHAN yang KACAU dan KEMATIAN

    “Mam,Bangunlah!” panggil papi Anastasya berulang kali. Namun, istrinya tidak juga bergerak.Dengan ketenangan yang hampir habis karena mengkhawatirikan keadaan wanita yang dicintainya. Papi Natasya mengambil ponsel dari atas meja lalu dihubunginya nomor darurat meminra segera dikirimkan ambulans.Diletakannya kembali ponsel di atas meja ia kemudian berlutut kembali di samping istrinya. Diciumnya pipi wanita yang telah menemaninya selama bertahun-tahun itu. “Bangun, Mam! Kamu harus tetap hidup menemani dan menguatkan Ica melalui cobaan dalam hidupnya.” Bisik Papi Natasya.Tidak ada tanda-tanda pergerakan dari wanita itu, ia tetap terlihat tenang dalam tidurnya. Papi Natasya memeluk tubuh kaku istrinya dengan air mata yang turun membasahi wajahnya.Sayup-sayup terdengar suara sirene ambulans mendekat kemudian berhenti tepat di depan rumah. Papi Natasya beranjak dari tempatnya. Dibukakannya pintu untuk petugas medis yang datang lalu ia persilakan masuk.“Tolong, selamatkan nyawa istri sa

    Last Updated : 2024-08-09
  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 1O PERTENGKARAN di MALAM PERTAMA

    Raffael tertegun mendengar penuturan Marsya, ia masih belum percaya kalau bayi yang dikandung wanita itu adalah anaknya. “Kalau janin yang kau kandung memang anakku, aku akan memikirkannya lagi tentang sikapku kepadamu.”Raffael mengalihkan pandangannya kembali ke depan, tetapi ia tidak memasang wajah sedingin tadi. Dirinya ingin cepat-cepat keluar dari tempat ini dan sendiri.Rasa lega menghinggapi dada Raffael ketika pada akhirnya pesta itu berakhir juga dengan satu demi satu tamu undangan meninggalkan tempat. Ia berjalan cepat keluar dari ballroom meninggalkan Marsya jauh tertinggal di belakangnya.Dikeluarkannya kunci dalam bentuk kartu untuk membuka honeymoon suite. Ia masuk kamar dan langsung melepas jas yang dipakainya untuk ia lemparkan begitu saja ke lantai. Dibukanya kulkas mini lalu ia ambil bir kaleng.Ditenggaknya isi dari bir kaleng itu sampai tandas setelahnya ia lemparkan ke dinding kamar. Hal itu ia lakukan untuk melampiaskan kemarahan dan kecewanya.Terdengar suara p

    Last Updated : 2024-08-10
  • CINTA yang TERSAKITI   DUKA MENDALAM NATASYA

    Ryan menulikan pendengaran dan mengunci mulutnya. Ia memejamkan mata mengabaikan tuduhan dari istrinya. Ia tidak peduli kalau Marsya akan menjadi semakin marah.Marsya menarik napas dalam-dalam, ia berhitung sampai 10 dalam hatinya. Namun, ia tidak berhasil mengendalikan kemarahannya atas sikap diam Raffael.Ditariknya lengan suaminya itu yang ia gunakan sebagai bantal. “Kenapa kamu selalu saja mengacuhkanku? Aku ini istrimu dan bukan patung!”Raffael dengan terpaksa membuka mata, ia menatap tepat mata Marsya dengan sorot dingin. “Aku sudah lelah dan ingin beristirahat! Pernyataan darimu tidak memerlukan jawaban yang mendesak karena itu hanyalah khayalanmu saja akibat dari rasa takutmu yang berlebihan.”Raffael kembali memejamkan mata, ia tidak peduli dengan suara tarikan napas Marsya yang berat. Ia hanya ingin melupakan kalau dirinya telah menikah dengan wanita yang bukanlah tunangannya.Marsya menjadi kalah sendiri karena dirinya diabaikan Raffael. Dibalikannya badan berjalan menuj

    Last Updated : 2024-08-12
  • CINTA yang TERSAKITI   BAB 12 PEMAKAMAN

    Natasya membuka mulut tidak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Marsya. Bisa-bisanya wanita itu memberikan peringatan. ‘Dengar ya, Marsya! Jangan samakan diriku denganmu yang tega mengambil apa yang menjadi milik orang lain. Apa yang sudah terlepas tidak akan kupungut kembali,’Di ujung sambungan telepon terdengar bunyi suara gemerisik. Marsya menggeram marah mendapat sindiran menohok dari Natasya. Akan tetapi, ia tidak akan membiarkan direndahkan oleh Natasya.‘Dengar, Ca! Kamu memang pantas dibuang Raffa. Kamu itu hanyalah wanita yang lemah dan tidak berguna sama sekali,’ ejek Marsya di ujung sambungan telepon.Natasya mengeratkan pegangan pada ponsel. Ia sedang dalam kondisi emosi yang tidak stabil setelah tekanan emosi begitu besar. Ditambah kematian maminya yang mendadak.Ditariknya napas dalam-dalam kemudian ia hembuskan kembali dengan kasar. Ia tidak pernah menduga sahabat yang ia anggap bagai saudara kandung akan berkata seperti itu setelah pengkhianatan yang ia lakukan.

    Last Updated : 2024-08-18

Latest chapter

  • CINTA yang TERSAKITI   Hari yang Berat Bagi Natasya

    Tidak mau terjadi keributan Natasya bangkit dari duduknya. “Maaf, saya akan makan di dapur.”Dengan anggukan kepala ia berjalan keluar dari ruang makan. Saat melewatii Raffael dan kekasihnya, ia mengangkat kepala. Menatap pasangan itu dengan raut datar. “Akhirnya kau sadar diri juga! Semoga kau tidak berpura-pura amnesia dan kembali makan di ruangan ini,” sindir Ades.Natasya menghentikan langkah, ia menatap wanita itu dengan tajam. “Saya memang pengasuh di rumah ini. Sementara Anda adalah kekasih pemilik rumah ini. Akan tetapi, apakah kau yakin Raffael akan menikahimu? Karena kudengar ia pernah bertunangan lama, tetapi ia justru menikahi sahabat tunangannya.”Raffael menggeram marah. ia memberikan pelototan pada Natasya. Dicekalnya lengan wanita itu setengah menyeret ia membawa wanita itu keluar. Didorongnya dengan kasar, hingga punggung Natasya menempel pada dinding.Tangan Raffael berpindah memegang dagu Natasya dengan kasar. Sampai kuku-kuku jarinya terasa menusuk daging, tetapi

  • CINTA yang TERSAKITI   Dilema Raffael dan Natasya

    “Kau pengecut! Selalu memilih untuk pergi.” Raffael menatap tajam punggung Natasya.Langkah Natasya terhenti, tetapi ia tidak membalikkan badan untuk melihat Raffael. “Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Tuan! Anda sudah mengatakannya dengan begitu jelas.”Dilanjutkannya kembali berjalan memasuki rumah. Sesampai di depan pintu kamar Tiara, ia membukanya pelan. Diliatnya kalau gadis cilik itu tidur dengan nyenyaknya.‘Akh, sebaiknya aku pergi keluar saja untuk mencari makan,’ batin Natasya.Ditutupnya kembali pintu kamar Tiara dan berjalan memasuki kamarnya sendiri. Diambilnya tas tangan berisikan dompet, serta ponsel. Setelahnya, ia keluar kamar menuruni tangga. Di bawah anak tangga ia berpapasan dengan Raffael yang akan naik. Sambil menundukkan kepala ia berjalan melewati pria itu.Tiba-tiba saja lengannya ditarik dengan kasar, hingga ia membentur dada Raffael. Suara kesiap karena terkejut lolos dari bibirnya.“Mau pergi kemana kau?” desis Raffael dengan suara tertahan.“Maaf, Tu

  • CINTA yang TERSAKITI   Kebencian yang Mendalam

    Nadi Natasya berdenyut cepat, ia menundukkan kepala tidak sanggup menatap mata Raffael. Agar pria itu tidak melihat kalau kata-katanya kembali melukai Natasya. “Terima kasih, untuk kesekian kali diingatkan. Maaf, saya yang sudah besar kepala.”Natasya berenang mengabaikan Raffael, ia berenang menuju Tiara yang berada dalam pelampungnya. “Apakah kamu mau turun dari tempatmu itu bermain air dengan Nanny?”Senyum cerah terbit di wajah Tiara, ia tidak mengetahui kalau nannynya sedang sedih. Gadis cilik itu merentangkan kedua tangan meminta diangkat dari pelampungnya.Dengan sigap Natasya melakukannya. Ia sengaja membawa Tiara berenang ke bagian yang terjauh dari Raffael. Suara tawa senang gadis cilik itu mampu menghibur Natasya membuatnya melupakan sejenak kata-kata kasar dari majikannya.“Apakah kau sudah lelah berenang? Kita naik ke atas ya karena hari sudah mulai gelap.” Ajak Natasya kepada Tiara.Anggukkan kepala Tiara berikan kepada Natasya. Selain sudah lelah, ia juga merasa mengant

  • CINTA yang TERSAKITI   Permainan Raffael

    Raffael terdiam, rahangnya mengetat dengan kedua tangan mengepal di samping tubuh. “Mengapa kau berpikir aku masih mencintai Natasya dan berhubungan kembali dengannya? Hubungan kami sudah lama usai. Kalau kau meragukan diriku silakan pergi dari hubungan ini.”Ades tidak puas dengan jawaban dari Raffal, tetapi rasa takutnya diputuskan pria itu jauh lebih besar. Ia harus mengalah kepada kekasihnya itu. Namun, tidak dengan Natasya. Akan diberikannya peringatan keras.“Maaf, Raff! Aku tidak bermaksud untuk meragukanmu. Hanya saja kehadiran wanita itu di rumah ini membuatku cemburu.” Ades memeluk Raffael erat. Untuk menunjukkan kalau dirinya takut kehilangan pria itu.Perlahan Raffael melepaskan pelukan Ades, ia hanya memberikan anggukan kemudian berjalan meninggalkan wanita itu seorang diri saja. Ades memandangi punggung Raffael sampai pria itu menghilang dari pandangan. Tampangnya terlihat cemberut saat ia dengan terpaksa keluar dari rumah itu. Ia harus bisa meyakinkan dirinya sendiri

  • CINTA yang TERSAKITI   Rasa itu Menjadi Satu

    “Apakah Nanny tahu siapa Om, itu?” Tanya Tiara dengan mata besarnya menatap penuh harap.Natasya mengalihkan tatapannya kepada Raffael. Ia ingin tahu apakah pria itu akan berkata jujur kepada anak kecil yang berdiri di antara mereka berdua.Raffael menegakkan badan dengan suara dingin, ia berkata, “Nannymu akan mengatakannya kalau ia berani.”Dengan suara pelan yang hanya bisa didengar Raffael, Natasya berkata, “Kenapa kau menjadi pengecut, Raff? Mengakui kalau gadis kecil ini adalah putrimu begitu berat.”Posisi Natasya yang berdiri begitu dekat saat berbicara, hingga dari posisi Ades berdiri. Terlihat seolah keduanya sedang berciuman. Dan hal itu jelas memancing rasa cemburunya.“Apa yang kalian berdua lakukan? Tidakkah kalian menghargai diriku dan juga ada anak kecil yang bisa melihat! Dasar pengasuh tidak tahu malu! Aku tahu kalau kau berusaha untuk menaikkan derajatmu menjadi Nyonya di rumah ini!” bentak Ades emosi.Sontak saja Natasya menjadi terkejut, ia langsung menjauhkan bad

  • CINTA yang TERSAKITI   Benci, Marah dan Cinta

    “Hahaha! Kau sungguh menggelikan sekali. Mana mungkin kekasihku akan cemburu kepada pengasuh sepertimu. Ia tahu kalau kau bukanlah wanita yang akan menjadi pilihanku. Aku memintamu ke sini untuk mengingatkan agar kau tidak boleh menampakkan dirimu di hadapanku!” tegas Raffael.Hati Natasya terasa sakit mendengar ucapan kasar Raffael. Dirinya tidak dianggap sama sekali, padahal mereka pernah bertunangan. Sebegitu rendahnyakah status sebagai seorang pengasuh putrinya di mata Raffael?“Baik, Tuan! Saya mengerti. Saya akan berusaha agar kita tidak perlu bertemu. Karena tidak ada lagi yang perlu dibicarakan saya permisi.” Natasya bangkit dari duduk berjalan menuju pintu.Raffael juga bangkit dari duduknya, ia meletakkan tangan di atas tangan Natasya mencegah wanita itu membuka pintu. “Siapa yang mengatakan aku sudah selesai berbicara denganmu?”Natasya membalikkan badan hingga berhadapan dengan Raffael. Dan itu merupakan suatu kesalahan karena keduanya berada begitu dekat. Dia melangkah m

  • CINTA yang TERSAKITI   Pertengkaran di Meja Makan

    Natasya menelan ludah dengan sukar tenggorokannya terasa kering. Diambilnya gelas berisi air yang langsung ia minum. Setelahnya ia letakkan kembali gelas itu di atas meja.“Saya tidak ingin bertengkar di meja makan dan saya bekerja untuk Nona Tiara anak dari pemilik rumah ini. Yang kehadirannya belum diketahui oleh anak asuh saya.” Natasya melihat ke arah Tiara yang balas menatapnya.“Nanny, kita pergi saja dari sini. Kita makan di luar saja aku takut.” Tiara bangkit dari duduk. Ia menarik tangan Natasya menjauh dari tempat tersebut.Dengan senang hati Natasya memenuhi permintaan anak asuhnya itu. Sebelum keluar ia memberikan anggukan kepala kepada Raffael. Karena biar bagaimanapun juga pria itu adalah majikan yang selama ini tidak dilihatnya.“Siapa yang mengijinkan kalian keluar! Kembali ke tempat kalian kita makan bersama dan tidak ada perdebatan!” seru Raffael dengan nada suara dingin.Natasya menghentikan langkah diikuti oleh Tiara. Melalui genggaman tangan gadis cilik itu terlih

  • CINTA yang TERSAKITI   Kedatangan Raffael dan Ades

    Sontak saja Ades menjadi terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Raffael. “Kau tidak becanda, bukan? Tentu saja aku bersedia.”Mata Ades berbinar senang, ia tidak menghiraukan fakta di depan matanya kalau Raffael tidak terlihat sama antusiasnya. Atau pun senang mendengar ia menyetujui apa yang dikatakan oleh pria itu.Dipeluknya pundak pria itu sambil mengecup pipinya sekilas. “Kuharap kau tidak menyesal dengan apa yang barusan kau katakan, Raff!”Raffael mengambil cawan berisi anggur disesapnya isinya sampai tandas dalam sekali tegug. Kalau berkata jujur kepada Ades tentu saja dirinya akan mengatakan menyesal. Ia tidak terlalu menyukai wanita itu karena bukanlah Natasya.“Bagaimana mungkin aku akan menyesal? Sementara kau adalah wanita cantik, serta mandiri sepertimu. Tentu saja kita berdua akan menjadi pasangan yang berbahagia dan membuat iri orang lain,” ucap Raffael dengan nada datar.Raffael bangkit dari duduknya mengulurkan tangan kepada Ades. Yang langsung disambut oleh wani

  • CINTA yang TERSAKITI   Pertengkaran di Hari Ulang Tahun Tiara

    “Argh!” erang Raffael. Matanya menatap cincin pernikahan yang melingkar di jari manis Natasya dan itu membuat perasaan Raffael berkecamuk. Ia mengguncang badan Natasya hingga tubuh wanita itu terguncang karenanya. Raffael ingin meluapkan rasa frustrasi dan amarahnya. “Kau begitu senang, bukan melihatku menderita? Kau pasti hanya berpura-pura saja tidak mengetahui kalau Marsya sudah meninggal dan anak kecil itu bukanlah putriku!”Keduanya tidak menyadari kalau pintu kamar itu terbuka. Dan seorang anak kecil yang hendak melangkah masuk langsung berhenti. Ia mendengar dengan jelas pria yang sedang bertengkar dengan nannynya itu.“Apa yang kau lakukan kepada nannyku?” Tiara memukul kaki Raffael karena ia anggap menyakiti nannynya.Raffael tertegun ia tidak bermaksud agar anak kecil itu mendengar atau pun melihat pertengkarannya dengan Natasya. Ia membalikkan badan menatap gadis cilik itu dalam diam. Kemudian ia berjalan keluar begitu saja.Natasya menyimpan umpatannya dalam hati melihat

DMCA.com Protection Status