Semenjak pulang dari rumah sakit, Alinta tidak bisa merasakan udara segar. Dan hari ini, adalah hari ke lima Alinta di rumah, sekarang aku mengajaknya makan di restoran. Jam makan siang, restorannya berkelas dan ada menu yang enak. Sebagai seorang suami, aku tidak mau membuat istriku sedih. Pikir Arga, sambil menyuapkan Alinta bubur dengan perlahan-lahan, lelaki itu tidak mau istrinya merasakan cinta palsu untuk ke dua kali. “Pa, terima kasih sudah mengajak aku ke restoran. Apakah ada sesuatu?” tanya Alinta pada Arga. Arga kemudian menunjukkan sebuah dokumen, dia akan pindah ke luar negeri. Alinta yang melihatnya merasa terharu, air mata yang menetes adalah rasa bahagia. “Kamu juga akan aku bawa untuk berobat ke luar negeri.”Detik demi detik, waktu berlalu dan perasaan bersalah Alinta pun menjadi sirna karena tidak membuat Arga kecewa selama merawatnya. Arga tidak mau membuat Alinta berpikir ataupun terlalu bahagia berlebihan. “Terima kasih sudah menjadi suami terbaik selama aku s
Akhirnya Alinta bisa istirahat dan terapi tanpa gangguan, sekarang sudah tiga tahun kami menetap di Jepang. Negeri Matahari, kami ke Jepang bukan karena melarikan diri dari nenek angkat. Tante Auranti yang berpesan, saat kami masih di Jakarta. Tante menyuruh segera terapi Alinta, tante tidak bisa melihat Alinta tersiksa karena penyakitnya terkadang kambuh. Pikiran Arga benar-benar sudah tidak ada beban, ia menoleh ke istrinya yang sedang di kasur. “Papa sudah bangun, pa kemarin dokter bilang ada pendonor jantung untuk mama.” Lelaki itu mengganggukkan kepalanya, Arga ingin membuat Alinta kembali normal. “Papa mau mandi dulu, mama tidur lagi ya. Nanti papa antar mama ke rumah sakit, hari ini hari libur papa kerja.”Wanita yang tidur di kasur yang mewah itu mengangguk, semenjak di Jepang Arga memanjakan Alinta untuk makan-makanan sehat terus berkeliling ke taman bunga yang di Jepang. Musim Sakura sudah tumbuh, Alinta begitu menikmati pemandangan sambil mengetik keuangan perusahaanku. M
Aku tidak menyangka, bisa mempunyai apartemen yang baru. Sejak tinggal di Jakarta, aku selalu dihantui oleh rasa takut. Bukan karena aku tidak suka dengan nenek angkat, melainkan dia sudah menemukan alamat apartemen yang aku tempati. Pikir Alinta, ia masuk bersama Arga ke apartemen setelah cek kesehatan di rumah sakit ternama yang berada di Jepang. Wanita itu duduk di kursi roda, tangannya menggenggam bunga sakura yang jatuh di jalan. Sehabis bergaya untuk mengambil gambar di dekat pohon sakura dengan ponsel, Alinta menunjukkan wajah yang bersinar karena tidak ada pikiran dan tersenyum setiap kali berbicara pada Arga. Sampai di apartemen, ia terus tersenyum dan lelaki yang sudah sah menjadi suaminya sempat berkata.“Mama tampak beda dari biasanya, papa sangat bangga. Mama bisa tertawa dan tersenyum.”Alinta kemudian menunjukkan setangkai bunga sakura yang layu, bung aitu layu karena sudah jatuh dan dipegang Alinta terlalu lama. Lelaki yang bersama Alinta kemudian mendekat, Arga lalu b
“Karena pekerjaanku sekarang baru, jadi mama tidak perlu mengurusnya.” Arga kemudian mengambil laptop yang dipegang oleh Alinta, lelaki itu tahu kalau sang istri tidak boleh melakukan banyak kerjaan. Di saat kondisinya sedang masa pemulihan, Arga kemudian memegang tangan Alinta dan melihat apakah masih pucat dan nadinya lemah. Suami Alinta sangat perhatian sedetail apa pun masalah tetap dilihat.“Kamu masih lemah seperti ini, kamu harus ….”“Mas, aku menegrti kamu sangat tidak bisa melihat aku tersiksa,” potong Alinta. Alinta memainkan bajunya, dia tampak tidak bisa berterus terang. Suaminya mendekat dan memegang lagi tangan sang istri, Arga tidak mau Alinta sakit dan menjadi perjalanan ke Jepang terganggu.“Aku tahu kamu gugup karena tidak bisa berkata-kata, kalau kamu sakit siapa yang akan menolongmu? Aku sibuk, tidak bisa menyewa jasa suster karena kurang percaya.”Arga menekuk dahi dan memberikan Alinta sebuah cincin.Aku memberikan hadiah ini untukmu, semoga kamu suka, batin Arga
Sebagai seorang wanita yang sudah sah menjadi pujaan hati Arga, Alinta tidak mau membahas soal merencanakan masa depan. apalagi penyakit kejang epilepsy tidak boleh makan sembarang obat untuk membatasi kehamilan. Meski ada program IUD, namun harus dari petunjuk dokter. Saat wanita muda yang sedang berjalan dari kasur dengan alat bantu jalan, terdengar sebuah ketokan pintu yang membuat Alinta harus segera berjalan. Alinta menyeret kakinya yang layu karena penyakit, Arga sedang berada di kantor menandatangani berkas-berkas yang akan dikerjakan. Bagi Alinta, mana mungkin dia mau meminta pertolongan pada suaminya. Saat Alinta sudah berjalan dari kamar, wanita itu kemudian mencari kursi roda.“Lama sangat sih, katanya mau mencari seorang suster untuk merawat,” celetus wanita yang berpakaian putih. Tidak lama kemudian setelah wanita yang menunggu di luar terus berbicara dalam hati, Alinta kemudian membuka pintu dan berkata.“maaf, saya dari kamar habis berkemas,” ucap Alinta. Kemudian peraw
Saat ini, Arga hanya bisa membuat Alinta senang. Dia berinisiatif untuk membeli hewan peliharaan, supaya istri yang dicintai tidak sedih. Alinta, maafkan suamimu ini. Aku akan membuat kamu bahagia, dengan membeli kucing ras. Kamu pasti bahagia dan senang. Arga kemudian berdiri, lelaki yang sedang menangis atas penderitaan Alinta. Dia tidak mau membuat Alinta makin sedih, makin Alinta sakit makin membuat Arga sedih.Aku mungkin tidak bisa bertahan lama, dokter sudah memfonis. Aku hanya bisa berdoa supaya Sang Pencipta memberi kesempatan buat diriku. Alinta yang duduk di kursi roda meneteskan air mata, ketika dia sudah tidak ada jalan lagi. Dia sudah berusaha pergi ke Jepang, demi mendapatkan ketenangan hidup. Tiba-tiba berubah menjadi sebuah ombak, saat saudara dari nenek angkatnya datang. Di kursi roda, Alinta membuka ponsel. Kemudian sebuah pesan masuk dari Arga. Suami yang dicintai, mengirimkan gambar seekor kucing.Alinta kemudian menelepon Arga dan berbicara lewat ponsel.“Halo,
Arga berjalan dan menemui beberapa dokter yang ke luar, dia bertanya ke dokter. Namun merasa tidak enak, takut ada keraguan atau was-was tentang penyakit Alinta.“Anda pasti ingin bertanya kesehatan istri anda?” tanya dokter. Arga mengangguk dan dia berharap istrinya sudah sadar dan tidak parah. “Istri anda sudah kami tangani, penyakitnya tidak parah.”Di rumah sakit Jepang yang fasilitasnya lengkap, Arga berharap wanita yang sudah menjadi istrinya bisa sembuh. Harapan dan doa setiap kali dia panjatkan, Sang Maha Penyembuh memberi jawaban. Istri tercinta yang dia cintai sudah sembuh dan bisa dilihat. Dua hari koma, semenjak dia diberi gula dan makanan yang membuat Epilepsinya kambuh.Rasa skeptis yang menghantui lelaki itu akhirnya hilang. Arga berpikir dokter meragukan kesehatan sang istri, karena Alinta tertetekan.“Oh iya pak, tumor di istri saya apakah sudah ditemukan?” tanya Arga. Dokter kemudian menarik napas, dia kemudian menyuruh Arga untuk mengikutinya.“Pak, istri bapak ter
Sejak Alinta sadar dari koma, Arga menyuapi racikan jamu sambung nyawa. Daun yang direbus dan diminum perlahan-lahan. Kesehatan Alinta belum menunjukkan bahwa kondisinya sudah pulih, namun lelaki yang menikahi wanita gigih ini. Berusaha membuat Alinta tetap sehat, meski belum ada pergerakkan dari tangan dan kaki.“Alinta, aku akan selalu bersamamu. Kamu jangan pernah takut.”Alinta hanya merespons dengan tangisan, namun tidak menunjukkan bahwa dia sudah sadar. Dia masih dengan alat medis, membuat lelaki yang menikahi dan menjadi bosnya, merasa seperti Alinta tidak ada dihadapannya. Namun berbeda dengan abang kandung Alinta, dia bersama dengan tante Auranti untuk terapi. Setelah memakan obat yang dibawa Auranti, lelaki yang memakai masker oksigen mengajak berbicara.“Tante, aku meminta tolong … jaga Alinta … aku mungkin tidak bisa … karena jantungku selalu sakit,” ucap lelaki yang terbaring lemah. Auranti meneteskan air mata, dia tidak tahan melihat keponakannya yang terbaring lemah da