"Aaaaaaaaagggggghhhhhhhhhhhhhh..." teriakku kencang, aku masih melayang dan ku beranikan untuk membuka mataku sedikit. Aku lihat di bawah sudah ada cahaya. Aku berhenti berteriak. Saat cahaya itu sudah semakin dekat, perlahan tubuhku mulai berat dan menyesuaikan untuk menapak.
Hap! Aku menapak di tempat yang tidak aku ketahui. Sepertinya ini juga merupakan sebuah gudang, lubang tadi menempel di tempat yang sama, di dinding. Saat ini didepanku hanya ada kain-kain putih yang menutupi barang-barang. Aku berjalan mencari pintu keluar dan aku berhasil menemukannya.
Ku buka pintu tersebut, syukur tidak terkunci. Saat aku keluar, ku lihat di sekelilingku hanyalah pohon-pohon pinus pekarangan yang biasa dijumpai di halaman sekolah, lalu ada bunga-bunga disekitaran gudang ini. Tidak jauh dari gudang ini, terdapat bangunan besar seperti sebuah sekolahan. Aku pun berlari ke arah depan, dimana aku sebenarnya.
Sekolah ini cukup besar, dua tingkat. Dengan bangunan gaya klasik. Sepertinya ini sekolah mahal. Tidak ada murid yang berada diluar kelas, apa mungkin sekolah ini sedang libur? Aku berjalan ke arah depan menuju ruang-ruang kelas. Ku amati, benar-benar sepi, hanya aku sendiri. Bahkan penjaga sekolah pun tidak ada, apa jangan-jangan ini sekolah hantu? Aku mulai takut. Ku amati dinding, siapa tahu aku menemukan papan pengumuman. Ya, ternyata tidak jauh, aku pun menemukan papan itu. Tertulis disitu "LAVENDER XV SCHOOL" Hah?! sekolah apa ini, seingatku di kotaku tidak ada sekolah yang namanya LAVENDER. Tulisannya pun terkesan jadul sekali, masih menggunakan tulisan tangan. Aku kembali membaca papan pengumuman itu.
"HAPPY NEW YEAR 1950, WELCOME TO OUR BIRTHDAY, LAVENDER" oh hanya ucapan selamat tahun baru 1950. hm.
APAAAA?!!!! 1950??? Aku, aku tidak salah baca kan? Aku membuka mataku lebar-lebar dan benar tulisan itu 1950.
Teng.. *tiba-tiba jam sekolah berbunyi, waktu menunjukkan pukul 4 sore. Aku melihat kiri kanan, tidak ada informasi apa-apa selain papan pengumuman ini. Tidak ada alamat sekolah apalagi nomor telepon yang tertera.
"Tidak mungkin, ini pasti mimpi, TIDAAKK!!" teriakku sambil mencubit tubuhku.
"Kamu siapa?" tiba-tiba ada seorang gadis yang bertanya padaku. Aku menoleh dan berteriak "AAAAAHHHH, HANTUUUU" aku jongkok dan menundukkan kepalaku.
"Hey, kamu ini tidak sopan. Sembarangan saja, apa mukaku ini terlihat seperti hantu?!" ujar gadis tersebut.
Aku pun berhenti merengek dan ku dongakkan kepalaku ke atas, ku lihat gadis itu memasang wajah kesal. Kakiknya napak, syukurlah.
"Bangun kamu! Kamu pasti anak "ANVOCHETRA" kan? Kenapa kamu mengendap-endap masuk ke sekolah orang lain? Pasti kamu mau cari info tentang lomba matematika itu kan?!" ujar gadis tersebut.
"Sebentar.. sebentar.. kamu sekolah disini?" tanyaku
"Iya, jangan pura-pura bodoh kamu" ujarnya
"Ini tahun berapa?" tanyaku
"Kamu ini beneran bego ya? 14 Juni 1950! Emang kamu kira hari ini tanggal berapa ha?! Udah kamu jangan meranin peran sok tolol mu itu, lebih baik kamu segera pergi sebelum teman-temanku yang lain selesai latihan. Dan bilang ya sama anak sekolahanmu, jangan mata-matain lagi kaya gini. Beruntung kamu, ketemu aku yang masih bisa mentolerir perbuatan kalian!!" ucapnya
'Tapi, aku bukan -"
"PERGI SEKARANG" Teriak gadis itu
Aku tidak sempat mencari informasi apa-apa, yang aku tahu sekarang ini aku berada di tahun 1950. Ini pasti mimpi, baik aku hanya perlu kembali ke gudang tadi dan mencari lubang di dinding. Aku pun berlari ke gudang tersebut.
Aku membuka pintu gerbang dan menuju ke lubang yang masih ada dinding tadi. Aku perlahan mendekat dan ku ulurkan tanganku menyentuh lubang tersebut, aku kembali tersedot seperti semula. Kali ini aku tidak berteriak. Saat tubuhku mulai berat, aku membuka mataku. Dan, ya.. aku kembali ke gudang dirumah nenek. Satu yang aku sadari, bajuku berubah! Aku baru menyadari, tadi aku mengenakan kemeja putih dan celana pendek selutut ku rasa, sekarang aku sudah kembali mengenakan baju kaos dan jeans. Aku ambil kotak putih yang terjatuh tadi. Ini bukan mimpi. Aku melihat ke dinding dan lubang itu perlahan mengecil lalu menghilang. Aku tidak ingin mencari tahu, segera ku tutupi kembali lubang tersebut dengan lemari kecil itu.
Aku berlari dan ku lihat nenek masih ditempat semula.
"Nek, maaf lama. Tadi Norfi nemu lubang digudang terus waktu Norfi deketin Norfi malah jatuh ditahun 1950, di sekolahan yang Norfi ga tau dan ga pernah lihat, akhirnya Norfi balik lagi kesini" ucapku terengah-engah
Nenekku tampak kebingungan.
"Norfi, kamu ngomong apa cu? Rasanya tidak lebih dari 5 menit kamu pergi mengambil kotak itu. Kamu ini sering bercanda ya, akting kamu bagus" jawab nenekku
"Sini kotaknya, kamu istirahat saja di kamar. Siang-siang gini enaknya tidur siang" ujar nenek
Aku hanya bisa kebingungan mendengar omongan nenek, ingin ku bantah tapi jangan-jangan memang aku yang sedang berimajinasi. Entahlah, aku pun masuk ke kamar. Saat di kamar, aku melihat jam menunjukkan pukul setengah dua siang. APA?! Bukannya tadi jam empat sore? Aku mengambil handphoneku diatas meja, ku lihat waktu di handphone juga menunjukkan waktu yang sama. Aku lalu merebahkan diriku di kasur, aku memikirkan hal yang baru saja terjadi, tidak mungkin ini semua mimpi. Aku tidak mungkin berimajinasi, ini semua nyata, aku memang pergi ke tahun 1950. Suasana dan sekolah yang ku lihat tadi memang nyata. Bukan sekedar ilusi dan imajinasi semata.
Lalu, lubang apa yang ada di dinding tersebut? Lorong waktukah? Kok bisa ada di gudang nenekku? Apa nenek sebenarnya tahu sesuatu? Seketika rasanya otakku panas memikirkan hal-hal tersebut. Tiba-tiba terbesit gadis yang berada di sekolah tadi, setelah aku pikir-pikir dia cukup cantik. Rambutnya mungkin sebahu, ikal, ia kuncir dua. Sangat rapi. Pakaiannya khas sekolah-sekolah klasik, lengan panjang dan rok selutut, tidak lupa kaos kaki panjang dan sepatu hitam. Hidungnya sangat mancung, matanya bulat sempurna berwarna coklat muda. Kulitnya putih bersih. Bisa-bisanya aku menuduh dia hantu, wajar dia marah.
Lalu, aku juga mencoba mengingat nama sekolahan dan sekolah yang disebut oleh gadis itu. Itu bisa menjadi kata kunci untuk ku mencari tahu info tentang sekolahan di tahun itu. Dilihat dari bangunan dan lingkungan halaman sekolah, sepertinya sekolah itu berada jauh dari kota ini. Mungkin bisa jadi diluar negeri. Aku penasaran, apa besok lubang tersebut masih ada? Sepertinya saat aku pergi disana, pergerakan waktu disini melambat. Mungkin jika aku disana satu jam, disini hanya terbuang waktu dua menit. Menarik. Rasa penasaranku menghasut agar besok aku mencoba pergi menggunakan lubang itu lagi. Mungkin saja besok tempatnya berubah, tapi aku jadi tidak bisa bertemu gadis itu dong. Gadis cantik yang tidak pernah aku temui di zamanku, gadis yang sepertinya mencuri perhatianku. Setidaknya aku ingin tahu siapa nama gadis tahun 1950 itu.
Pagi ini begitu ramai, ayam bersahutan dan suara khas kebisingan di rumah nenek begitu terasa. Walau hanya berjarak 20 menit dari rumahku, namun aroma pagi di tempat nenek, sangat ngangenin. Aku bangkit dari tempat tidur dan segera menemui nenek dan tanteku yang berada di dapur."Tante.." ujarku menyapa tanteku."Halo Norfi, aduh kangen banget uda lama ga ketemu" jawabku"Kak opiii" sapa Dean, anak tanteku"Tante ama Dean semalam pulang jam berapa?" tanyaku"Jam 9, makanya ga ketemu ama kamu. Kamu udah tidur sih. Kecapekan banget kayanya" ujar Tanteku"Kak Opi libur ya, enak banget Ean ga libur" keluh Dean, dia sangat menggemaskan."Kamu sarapan gih bareng nenek, tante ama Dean udah mau berangkat nih" ujar Tanteku"Mah, Aku pergi dulu ya.. Ean pamit sama nenek""Nenek, Ean sekolah dulu ya.." ujar Dean menghampiri nenekku dan mencium tangan nenek"Kak Opi, Ean berangkat ya""Opi, tante ke toko dulu ya. Daah"
Siang ini, aku tidak ada kegiatan, rasanya aku ingin pergi menemui Sophie lagi. Hehe. Tapi, ku urungkan niatku. Aku penasaran dengan sekolah Shopie. Aku pun pergi ke perpustakaan yang ada di tempat nenekku, disana ada internet yang bisa membuatku mencari tahu tentang sekolahan itu.Sesampainya, aku di perpustakaan itu, aku segera menuju ke komputer yang tersedia. Ku buka situs pencarian dan ku ketikkan LAVENDER SCHOOL. Tidak beberapa lama, muncul tentang informasi sekolah itu. Sekolah itu merupakan sekolahan khusus wanita yang dibangun pada tahun 1937 dan beroperasi sampai dengan tahun 1975. Sekolah itu terletak di Kota Aphrodite, kota ini berada kurang lebih 10 mil dari kotaku. Lavender berhenti beroperasi karena pergantian kepala yayasan, sekarang. Namanya kini diubah menjadi ARGATHA II ATHENA SCHOOL atau yang lebih dikenal dengan A2A SCHOOL. Ah, sekolahan ini memang terkenal sampai ke kotaku. Aku lalu lanjut membaca informasi tentang Lavender. Disebutkan bahwa, Laven
Hari ini, aku sudah kembali kerumahku. Tiba dirumah, aku langsung menemani mama untuk menyelesaikan pekerjaannya, siang harinya aku berjanji untuk makan es krim bareng Jonathan dan Farel."Gimana, gimana, ada cewek baru dari tempat nenek?" tanya Farel ketika aku tiba di kedai es krim tersebut.Aku duduk dan menjawab "Oh, tentu saja ada"Mereka langsung melihatku tajam."Kau tahu ga Fi, Cindy sama Jesse nyariin karena kau tak hubungi mereka juga" ujar Farel"Ya udah, diemin aja. Aku memang ga srek kok ama mereka" ucapkuEs krim pesanan kami datang, kami pun menikmati es krim yang begitu lezar di kala panas mentari menusuk tubuh."Jadi, siapa lagi cewek yang kau goda?" tanya Farel"Ada deh, nanti juga kalian ku kasih tahu. Yang jelas dia cantik kaya cewe bangsawan. Tebak dong dia sekolah dimana?" ujarku"Dimana emang?" tanya Jonathan"Di A2A School"Jonathan dan Farel berhenti menjilat es krim mereka dan sere
Hari ini aku sudah kembali bersekolah, menyebalkan rasanya mengingat aku tidak bisa pergi ke tempat Sophie. Seharian aku terlihat lesu tak bergairah."Kenapa kau?" tanya Jo"Lesu aja, aku tidak bisa bertemu dengan pacarku" jawabku"Pacarmu yang anak A2A itu?" tanya FarelAku mengangguk."HAHAHAHAHA" Mereka berdua serempak menertawakanku"Kau yang benar saja dong Fi, selama itu cewek tidak kau temui dengan kami, kami tidak percaya" ucap Farel"Iya, pakai bilang kalau anak A2A, eh nanti pas dilihat malah Cindy yang datang" timpal JoAku mengacuhkan omongan mereka, aku malas menanggapi. Yang ada di pikiranku sekarang hanya bayang-bayang Rachel, cara dia berjalan dan sentuhan bibir Rachel saat makan es krim bikin dadaku berdebar.Aku takut kalau sesuatu yang ada di tubuhku tiba-tiba bangkit, bisa susah. Sebenarnya aku ingin sekali menemui Sophie, tapi hari ini kami ada jadwal les tambahan, sehingga kami pulang pada sore hari
Aku terbangun dan masih bisa merasakan mimpi semalam. Aku memutuskan untuk pergi ke tempat Sophie hari ini, karena kami juga tidak ada kegiatan di sore hari. Aku tersenyum dan berdiri dengan penuh semangat menuju ke kamar mandi, tidak pernah aku merasa jiwaku sesemangat ini. Bayangan wajah Sophie sudah jelas di depan mata. `“Halo, temanku tersayang” sapaku pada Jonathan dan Farel yang sedang duduk di depan kelas“Tumben banget kau semangat seperti ini, apa yang merasukimu?” tanya Farel kebingungan“Sore ini aku akan bertemu dengan pujaan hatiku” ujarku tersenyum lebar“Anak A2A itu? Ayo kenalkan pada kami, kau bilang mau mengenalkan gadis itu pada kami” ujar Jonathan“Ssstt..” aku menutup kedua mulut mereka dengan dua telunjukku“Belum saatnya, nanti juga kalian bakal aku ajak bertemu dengan dia” ujarku“Halah, pasti kau takut gadismu itu berpaling ke
Hari ini aku libur bertemu dengan Sophie. Kami ada janji mau bermain bola dengan anak-anak di kelasku. Yang penting kemarin aku sudah melampiaskan rinduku padanya. Beruntung saat pulang nenek belum tiba. Jadi aku tidak perlu repot-repot mencari alasan.Semenjak bertemu dengan Sophie, aku jadi biasa saja melihat gadis-gadis di sekolahanku. Dulu ada beberapa yang bikin mataku lapar untuk mendekati mereka."Gimana sudah selesai kau bertemu dengan gadismu itu?" tanya Jo"Tentu saja sudah" jawabku dengan muka bangga dan sombong"Apa yang kau lakukan?" tanya Farel"Ciuman lah, rugi sekali dong kalau aku tidak mencium gadis pintar dan cantik seperti dia" ujarku dengan nada sombongTanpa disadari ternyata ada Cindy dibelakangku, dia pun berkata "Jadi benar?"Aku menoleh memasang muka bodoh, tentu saja aku jawab "Iya benar Cindy sepertinya kamu tidak perlu menghubungiku lagi" ujarkuRaut wajah Cindy memerah dan dia pun p
Gara-gara bercerita dengan Jo dan Farel, aku jadi tidak konsen saat bermain bola tadi. Aku jadi kepikiran dengan Sophie. Besok aku harus bertemu dengannya. Bagaimanapun caranya rasa rindu harus dibayar tuntas, tidak bisa ditunda lagi.Rasa lelah menenggelamkanku dalam tidur yang nyenyak sekali, sampai aku bangun kesiangan esok harinya.“NORFI!!! ASTAGA KAMU BELUM BANGUN JUGA DARI TADI??” Mama mendobrak pintu kamarku.Mataku langsung segar, aku melihat ternyata hari sudah jam 6.45, pantas saja mama begitu emosi. Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan buru-buru menuju ke kamar mandi.Aku mengendarai motor sekencang mungkin, saat di sekolah aku malah melihat gerbang sudah ditutup. Aku tidak akan bisa masuk ke dalam dengan alasan bangun kesiangan.Aku memutar motorku, ku kendarai ke sebuah tujuan yang tentu saja langsung terbesit di pikiranku, rumah nenekku. Dari pada aku pulang ke rumah mendingan aku berkelana ke tempat Sophie.
“Kamu mau makan apa?” tanya Sophie padaku.“Mmm... apa ya, apa yang menurutmu enak dan cocok untuk kita makan sekarang?” tanyaku.“Kau suka pasta? di dekat sini ada kedai pasta yang terkenal karena rasanya yang enak,” ujar Sophie.“Ah, boleh, boleh,” ujarku. Kami lalu berjalan menuju ke kedai pasta itu.“Kamu sendirian?” tanya Sophie.“Ya, kau tidak perlu memikirkan kapan dan bagaimana aku bisa datang kesini,” ujarku.Sophie menatapku tajam, walaupun dia sedang kesal padaku, tapi dia tetap menemaniku di sini.“Aku tidak bisa tidur rasanya jika tidak bertemu denganmu, kau harus membiasakan dirimu untuk bertemu denganku tiba-tiba, karena bila rinduku sudah penuh maka aku akan segera datang menghampirimu,” ujarku sambil menatap Sophie.“Hentika omongan konyolmu itu, kau tidak perlu menggodaku, jika kau sekali lagi kesini, kau tidak akan bisa
“1950?” tanya Farel kebingungan.Aku mengangguk mantap, “Sudah kalian tidak perlu terperangah seperti itu, ini memang nyata, kita memang memasuki portal waktu dan keluar di tahun 1950. Sudahi rasa bingung itu, lebih baik kita berkeliling dan mencari penginapan, sembari nanti aku ceritakan awal mula aku bisa kesini.”Aku berjalan sambil menarik kedua tangan mereka, mereka berdua masih saja memasang wajah heran, mereka bahkan tidak bisa berkata apa-apa.“Bersikaplah normal, aku tidak ingin orang mencurigai kita,” ujarku saat berada di depan bangunan besar itu.Bagaikan pucuk dicinta, ulampun tiba. Sophie tampak berjalan dari arah rumahnya. Aku tersenyum dan menyapanya.“Sophie!” teriakku sambil melambaikan tangan.Kedua temanku saling bertatapan dan menatap ke arah Sophie. Sophie melihatku dan menghampiriku, tumben sekali hari ini dia tidak mengacuhkanku.“Sophie, ini tem
Hari esok pun tiba, aku bangun lebih awal dari biasanya, hari ini aku benar-benar membara dan bersemangat, senyum lebar saja sudah menghiasi wajahku. Akhirnya, hari ini aku kembali bertemu dengan pujaan hatiku, Sophie.“Selamat pagi, mama sayang,” ujarku menyapa mama yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.Mama menoleh ke arahku, “Kamu sakit?” tanya mama dengan wajah keheranan.“Haha, mama ini kalau lihat anaknya semangat seperti ini ya harusnya didukung,” ujarku menghampiri mama.“Hm.. Mau apa kamu?” tanya mama, seakan mengetahui bahwa aku akan meminta sesuatu.“Hehe, Norfi mau kemah ya hari ini sama Jo dan Farrel, di daerah pinggir pelabuhan, kan kalau malam minggu banyak anak muda kemah disitu,” ujarku.Mama mengernyitkan dahi, “Apa yang kalian rencanakan? Mabuk?”“Mama, apa-apaan sih, bukan dong, kita cuma mau cerita-cerita aja sambil kemah, boleh ya?&r
Hari ini aku kembali izin dari sekolah, aku hanya bersekolah setengah hari saja, aku izin pada guru jika aku ingin pergi menemani mengurus pekerjaan yang penting, beruntung guruku mengizinkan alasanku yang hampir mendekati ketidak masuk akalan itu. Jo dan Farel mengacungkan jari tengah padaku, aku bilang pada mereka aku akan pergi untuk menyiapkan kejutan besok, sesuai rencana, aku akan mengajak mereka untuk datang ke tempat Sophie. Sebelum itu aku harus berhasil untuk membujuk Sophie, setidaknya ia tidak ketus padaku saat kedua temanku datang besok.Aku langsung menuju ke rumah nenekku, tidak jauh dari rumah nenek ada sebuah toko, aku lalu menitipkan motorku di toko itu, biar tidak ketahuan nenek jika nenek ada di rumah. Aku mengendap-endap menuju ke rumah nenek. Aman, rumah nenek sepi. Dugaanku nenek sedang pergi bersama tanteku. Aku langsung berlari ke arah gudang, seperti biasa aku membuka gudang dan segera menuju ke lubang itu.Brak!Aku tiba di tempat kema
“Nenek?” wajahku kaget bukan main melihat nenekku yang sedang melihatku.“Dari mana kamu?” tanya nenek mendekatiku.Aku mencari alasan, apa yang harus kukatakan? Untungnya otakku cepat berpikir.“Norfi lagi nyari Jam tangan Norfi nek, waktu itu kayaknya jatuh di gudang pas nenek minta ambilin alat buat jahit,” ujarku. Aku gugup, alasanku sungguh tidak masuk akal.“Terus kamu kenapa tidak sekolah?” tanya nenek.“Maaf nek, tadi Norfi kesiangan, jadi Norfi bingung mau kemana, dari pada Norfi pulang jadi Norfi ke sini saja sekalian mencari jam Norfi, tadinya mau masuk ke rumah tapi Norfi takut nenek sedang tidak di rumah,” ujarku.“Aduh aduh, cepat masuk makan dulu, pasti kamu lapar. Tunggu saja di sini sampai waktu pulang, agar ibumu tidak marah dan tidak tahu kalau kau sedang tidak bersekolah,” ujar nenek.Nenek lalu berjalan menuju ke dalam rumah, aku s
“Kamu mau makan apa?” tanya Sophie padaku.“Mmm... apa ya, apa yang menurutmu enak dan cocok untuk kita makan sekarang?” tanyaku.“Kau suka pasta? di dekat sini ada kedai pasta yang terkenal karena rasanya yang enak,” ujar Sophie.“Ah, boleh, boleh,” ujarku. Kami lalu berjalan menuju ke kedai pasta itu.“Kamu sendirian?” tanya Sophie.“Ya, kau tidak perlu memikirkan kapan dan bagaimana aku bisa datang kesini,” ujarku.Sophie menatapku tajam, walaupun dia sedang kesal padaku, tapi dia tetap menemaniku di sini.“Aku tidak bisa tidur rasanya jika tidak bertemu denganmu, kau harus membiasakan dirimu untuk bertemu denganku tiba-tiba, karena bila rinduku sudah penuh maka aku akan segera datang menghampirimu,” ujarku sambil menatap Sophie.“Hentika omongan konyolmu itu, kau tidak perlu menggodaku, jika kau sekali lagi kesini, kau tidak akan bisa
Gara-gara bercerita dengan Jo dan Farel, aku jadi tidak konsen saat bermain bola tadi. Aku jadi kepikiran dengan Sophie. Besok aku harus bertemu dengannya. Bagaimanapun caranya rasa rindu harus dibayar tuntas, tidak bisa ditunda lagi.Rasa lelah menenggelamkanku dalam tidur yang nyenyak sekali, sampai aku bangun kesiangan esok harinya.“NORFI!!! ASTAGA KAMU BELUM BANGUN JUGA DARI TADI??” Mama mendobrak pintu kamarku.Mataku langsung segar, aku melihat ternyata hari sudah jam 6.45, pantas saja mama begitu emosi. Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan buru-buru menuju ke kamar mandi.Aku mengendarai motor sekencang mungkin, saat di sekolah aku malah melihat gerbang sudah ditutup. Aku tidak akan bisa masuk ke dalam dengan alasan bangun kesiangan.Aku memutar motorku, ku kendarai ke sebuah tujuan yang tentu saja langsung terbesit di pikiranku, rumah nenekku. Dari pada aku pulang ke rumah mendingan aku berkelana ke tempat Sophie.
Hari ini aku libur bertemu dengan Sophie. Kami ada janji mau bermain bola dengan anak-anak di kelasku. Yang penting kemarin aku sudah melampiaskan rinduku padanya. Beruntung saat pulang nenek belum tiba. Jadi aku tidak perlu repot-repot mencari alasan.Semenjak bertemu dengan Sophie, aku jadi biasa saja melihat gadis-gadis di sekolahanku. Dulu ada beberapa yang bikin mataku lapar untuk mendekati mereka."Gimana sudah selesai kau bertemu dengan gadismu itu?" tanya Jo"Tentu saja sudah" jawabku dengan muka bangga dan sombong"Apa yang kau lakukan?" tanya Farel"Ciuman lah, rugi sekali dong kalau aku tidak mencium gadis pintar dan cantik seperti dia" ujarku dengan nada sombongTanpa disadari ternyata ada Cindy dibelakangku, dia pun berkata "Jadi benar?"Aku menoleh memasang muka bodoh, tentu saja aku jawab "Iya benar Cindy sepertinya kamu tidak perlu menghubungiku lagi" ujarkuRaut wajah Cindy memerah dan dia pun p
Aku terbangun dan masih bisa merasakan mimpi semalam. Aku memutuskan untuk pergi ke tempat Sophie hari ini, karena kami juga tidak ada kegiatan di sore hari. Aku tersenyum dan berdiri dengan penuh semangat menuju ke kamar mandi, tidak pernah aku merasa jiwaku sesemangat ini. Bayangan wajah Sophie sudah jelas di depan mata. `“Halo, temanku tersayang” sapaku pada Jonathan dan Farel yang sedang duduk di depan kelas“Tumben banget kau semangat seperti ini, apa yang merasukimu?” tanya Farel kebingungan“Sore ini aku akan bertemu dengan pujaan hatiku” ujarku tersenyum lebar“Anak A2A itu? Ayo kenalkan pada kami, kau bilang mau mengenalkan gadis itu pada kami” ujar Jonathan“Ssstt..” aku menutup kedua mulut mereka dengan dua telunjukku“Belum saatnya, nanti juga kalian bakal aku ajak bertemu dengan dia” ujarku“Halah, pasti kau takut gadismu itu berpaling ke
Hari ini aku sudah kembali bersekolah, menyebalkan rasanya mengingat aku tidak bisa pergi ke tempat Sophie. Seharian aku terlihat lesu tak bergairah."Kenapa kau?" tanya Jo"Lesu aja, aku tidak bisa bertemu dengan pacarku" jawabku"Pacarmu yang anak A2A itu?" tanya FarelAku mengangguk."HAHAHAHAHA" Mereka berdua serempak menertawakanku"Kau yang benar saja dong Fi, selama itu cewek tidak kau temui dengan kami, kami tidak percaya" ucap Farel"Iya, pakai bilang kalau anak A2A, eh nanti pas dilihat malah Cindy yang datang" timpal JoAku mengacuhkan omongan mereka, aku malas menanggapi. Yang ada di pikiranku sekarang hanya bayang-bayang Rachel, cara dia berjalan dan sentuhan bibir Rachel saat makan es krim bikin dadaku berdebar.Aku takut kalau sesuatu yang ada di tubuhku tiba-tiba bangkit, bisa susah. Sebenarnya aku ingin sekali menemui Sophie, tapi hari ini kami ada jadwal les tambahan, sehingga kami pulang pada sore hari