Hari ini aku sudah kembali bersekolah, menyebalkan rasanya mengingat aku tidak bisa pergi ke tempat Sophie. Seharian aku terlihat lesu tak bergairah.
"Kenapa kau?" tanya Jo
"Lesu aja, aku tidak bisa bertemu dengan pacarku" jawabku
"Pacarmu yang anak A2A itu?" tanya Farel
Aku mengangguk.
"HAHAHAHAHA" Mereka berdua serempak menertawakanku
"Kau yang benar saja dong Fi, selama itu cewek tidak kau temui dengan kami, kami tidak percaya" ucap Farel
"Iya, pakai bilang kalau anak A2A, eh nanti pas dilihat malah Cindy yang datang" timpal Jo
Aku mengacuhkan omongan mereka, aku malas menanggapi. Yang ada di pikiranku sekarang hanya bayang-bayang Rachel, cara dia berjalan dan sentuhan bibir Rachel saat makan es krim bikin dadaku berdebar.
Aku takut kalau sesuatu yang ada di tubuhku tiba-tiba bangkit, bisa susah. Sebenarnya aku ingin sekali menemui Sophie, tapi hari ini kami ada jadwal les tambahan, sehingga kami pulang pada sore hari. Gagal sudah rencanaku.
Aku benar-benar gelisah, aku terus kepikiran Sophie, rasanya tak tenang. Sepanjang pelajaran saja aku tidak bisa fokus dan konsentrasi. Sore pun tiba, sekolah kami usai.
"Norfi, kamu kok tidak pernah telepon Cindy lagi sih? Cindy kan nungguin" tiba-tiba Cindy menghadangku.
"Eh Cindy, kamu tidak tahu ya? Norfi kan sudah punya pacar" ucap Jo
"Hah? Yang bener kamu Norfi?" Cindy mengguncang tubuhku
"Bener dong, anak A2A, orangnya cantik, seksi dan bikin lupa diri" timpal Farel
Cindy pun terlihat kesal, ia membalikkan badannya dan pergi meninggalkan kami.
"Kok kalian bilang begitu?" tanyaku
"Kami geli melihat tingkah Cindy seperti itu, seharusnya kau berterima kasih karena telah menyelamatkanmu" ucap Jo
Aku pun menggelengkan kepala. Kami berpisah menuju rumah masing-masing.
Sesampainya dirumah, aku merebahkan tubuhku dikasur. Mataku mengantuk, aku pun tertidur.
Aku membalikkan badan, tiba-tiba tanganku menyentuh sesuatu. Seperti tubuh orang. Saat ku buka mataku, aku melihat Sophie sedang tertidur di sebelahku. Aku terkejut bukan main. Wajahnya yang cantik begitu jelas terlihat. Tentu tubuhnya yang begitu menggoda juga terlihat jelas. Sophie menggunakan baju tidur satu jari yang membuatku bisa melihat dadanya yang begitu mulus. Harum tubuhnya membuatku ingin segera memeluknya erat. Ku cubit tubuhku, sakit. Artinya ini bukan mimpi.
Aku memberanikan diri menyentuhnya, pertama ku pegang pundaknya. Ia masih terlelap, aku seakan tak kuasa menahan diri. Rayuan setan di telinga mengisyaratkanku agar membuka sedikit bajunya. Tanganku pun berjalan ke arah tali di pundaknya. Perlahan ku turunkan tali sebelah kanan itu. Aku berkeringat dingin, jantungku berdebar. Ku angkat perlahan tangannya, ku tarik tali bajunya melewati tangan. Sophie seakan pasrah, dia sama sekali tkdak terjaga.
Wangi tubuhnya begitu menyengaf dihidungku, aku melihat buah itu begitu bulat dibalik baju yang hanya lengket dibagian payudaranya. Aku perlahan mendekatkan tanganku ke arah buah itu, sampai akhirnya tanganku menempel. Begitu bulat dan kencang. Perlahan ku remas ia, Sophie masih terlelap. Aku menarik bagian bajunya, payudara Sophie terlihat. Ak tidak pernah melihat ini secara langsung.
Bentuknya sangat bagus, ku remas kembali payudara itu, kali ini agak kencang, Sophie masih saja terlelap. Bagian intimku sudah tidak tahan, ia sudah bangkit. Aku pun sudah kalap diliputi nafsu. Ku lumat bibir Sophie, ia pun memainkan lidahnya, sambil ku remas payudaranya, dan ku turunkan semua baju dibagian dadanya. Aku melepaskan lumatanku, turun ke dadanya, ku jilati putingnya yanf berwarna pink itu, Sophie memejamkan mata dan menikmatinya, sesekali ia mendesah.
Aku menjilati seluruh payudaranya, laku ku hisap dengan kuat dan pelan, Sophie meremas rambutku dan mengatakan,
"Lebih kencang"
Tangan ku kemudian turun dan membuka celana dalam Sophie, ku turunkan sedikit, lalu aku mulai menggosok bagian kemaluannya. Tidak ada bulu yang menghiasi, bersih sekali, ku getarkan bagian atasnya. Sophie mendesah. Aku mencium kembali bibirnya, kemudian turun ke leher, dada, dan perut. Ku jilati dari pusar hingga tepat diatas kemaluannya. Aku menciumi vagina itu, vagina berwarna pink yang jika ku ingat saja sudah bisa membuatku bersimbah peluh keringat.
Setelah ku ciumi, ku buka perlahan kemaluannya, ku masukkan jari tengahku ke dalam lubang surga dunia itu. Rasanya begitu hangat, aku memainkan jariku di dalam lubang itu. Sophie berteriak,
"Come on, faster, ah ah" Desahan Sophie memacuku agar memainkan jariku lebih kencang. Ku jilati semua kemaluannya, ku gigit perlahan, Sophie mengencangkan desahannya. Kami berdua lupa diri, tidak peduli ada yang mendengar atau tidak. Surga dunia ini memang nikmat. Aku pun membuka celanaku, penis ku benar-benar keras, Sophie bangkit dari tidurnya, ia pun membuka celanaku sampai bawah, ia kemudian melumatiku lagi, tanganku memeras payudaranya sementara Sophie memainkan tangannya pada kemaluanku.
Aku merasakan kenikmatan yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya, perlahan Sophie turun ke bawah, memegang batangku dan aku terbangun.
SIALL! Ku lihat celanaku sudah basah, ah kenapa aku harus mimpi setengah-setengah. Aku pun bangun dan menuju kamar mandi. Aku membasuh muka dan mengganti celanaku, rasanya aku malu sekali bisa-bisanya aku bermimpi seperti itu. Memalukan.
Aku duduk dipinggir kasur, aku masih bisa mengingat bagaimana mimpi yang ku alami barusan, aku sebenarnya ingin bermimpi lebih jauh, hanya saja waktu ku sudah habis, aku harus bisa menahan semua hasrat itu. Aku tidak pernah bermimpi secara jelas seperti itu, walaupun orang berkata aku adalah seorang playboy, tapi aku tidak pernah bermimpi dan berpikiran mesum seperti sekarang.
Dampak yang diciptakan oleh Sophie memang berbeda, aku sampai lupa diri dan kalap hingga akhirnya pikiran kotor dan mesum itu datang. Aku menggelengkan kepala, andai saja aku bisa membawa handphoneku ke tahun itu, pasti aku sudah menyimpan foto dan video Sophie.
Bukan hanya karena hasrat mudaku yang masih menggebu, tapi aku memang jatuh cinta dan mengagumi sosok Sophie. Beberapa wanita yang aku dekati selama ini memang selalu pasrah dan seperti ingin menyerahkan tubuhnya padaku, aku bukan tipe pria yang seperti itu. Aku tidak ingin menyentuh apalagi melakukan sesuatu yang tidak didasari oleh cinta dan kasih sayang.
Aku benar-benar tidak tahan lagi untuk bertemu dengan Sophie, walau aku mabuk kepayang olehnya, namun aku berani menjamin bisa menahan segala nafsu dan godaan syetan yang melekat di tubuhku. Aku pastikan semua akan aman dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kepalaku memutar keras pertemuan kami dari awal hingga mimpi tadi, aku tersenyum. Aku benar-benar sudah gila oleh nenek-nenek. Haha, benarkan? Tentu Sophie sudah menjadi nenek-nenek jika di tahun sekarang. Tunggu? Apa Sophie masih hidup? Tiba-tiba pikiranku buyar, aku menggelengkan kepala, aku tidak ingin berpikir terlalu jauh, aku pun merebahkan badanku dan kembali tidur.
Aku terbangun dan masih bisa merasakan mimpi semalam. Aku memutuskan untuk pergi ke tempat Sophie hari ini, karena kami juga tidak ada kegiatan di sore hari. Aku tersenyum dan berdiri dengan penuh semangat menuju ke kamar mandi, tidak pernah aku merasa jiwaku sesemangat ini. Bayangan wajah Sophie sudah jelas di depan mata. `“Halo, temanku tersayang” sapaku pada Jonathan dan Farel yang sedang duduk di depan kelas“Tumben banget kau semangat seperti ini, apa yang merasukimu?” tanya Farel kebingungan“Sore ini aku akan bertemu dengan pujaan hatiku” ujarku tersenyum lebar“Anak A2A itu? Ayo kenalkan pada kami, kau bilang mau mengenalkan gadis itu pada kami” ujar Jonathan“Ssstt..” aku menutup kedua mulut mereka dengan dua telunjukku“Belum saatnya, nanti juga kalian bakal aku ajak bertemu dengan dia” ujarku“Halah, pasti kau takut gadismu itu berpaling ke
Hari ini aku libur bertemu dengan Sophie. Kami ada janji mau bermain bola dengan anak-anak di kelasku. Yang penting kemarin aku sudah melampiaskan rinduku padanya. Beruntung saat pulang nenek belum tiba. Jadi aku tidak perlu repot-repot mencari alasan.Semenjak bertemu dengan Sophie, aku jadi biasa saja melihat gadis-gadis di sekolahanku. Dulu ada beberapa yang bikin mataku lapar untuk mendekati mereka."Gimana sudah selesai kau bertemu dengan gadismu itu?" tanya Jo"Tentu saja sudah" jawabku dengan muka bangga dan sombong"Apa yang kau lakukan?" tanya Farel"Ciuman lah, rugi sekali dong kalau aku tidak mencium gadis pintar dan cantik seperti dia" ujarku dengan nada sombongTanpa disadari ternyata ada Cindy dibelakangku, dia pun berkata "Jadi benar?"Aku menoleh memasang muka bodoh, tentu saja aku jawab "Iya benar Cindy sepertinya kamu tidak perlu menghubungiku lagi" ujarkuRaut wajah Cindy memerah dan dia pun p
Gara-gara bercerita dengan Jo dan Farel, aku jadi tidak konsen saat bermain bola tadi. Aku jadi kepikiran dengan Sophie. Besok aku harus bertemu dengannya. Bagaimanapun caranya rasa rindu harus dibayar tuntas, tidak bisa ditunda lagi.Rasa lelah menenggelamkanku dalam tidur yang nyenyak sekali, sampai aku bangun kesiangan esok harinya.“NORFI!!! ASTAGA KAMU BELUM BANGUN JUGA DARI TADI??” Mama mendobrak pintu kamarku.Mataku langsung segar, aku melihat ternyata hari sudah jam 6.45, pantas saja mama begitu emosi. Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan buru-buru menuju ke kamar mandi.Aku mengendarai motor sekencang mungkin, saat di sekolah aku malah melihat gerbang sudah ditutup. Aku tidak akan bisa masuk ke dalam dengan alasan bangun kesiangan.Aku memutar motorku, ku kendarai ke sebuah tujuan yang tentu saja langsung terbesit di pikiranku, rumah nenekku. Dari pada aku pulang ke rumah mendingan aku berkelana ke tempat Sophie.
“Kamu mau makan apa?” tanya Sophie padaku.“Mmm... apa ya, apa yang menurutmu enak dan cocok untuk kita makan sekarang?” tanyaku.“Kau suka pasta? di dekat sini ada kedai pasta yang terkenal karena rasanya yang enak,” ujar Sophie.“Ah, boleh, boleh,” ujarku. Kami lalu berjalan menuju ke kedai pasta itu.“Kamu sendirian?” tanya Sophie.“Ya, kau tidak perlu memikirkan kapan dan bagaimana aku bisa datang kesini,” ujarku.Sophie menatapku tajam, walaupun dia sedang kesal padaku, tapi dia tetap menemaniku di sini.“Aku tidak bisa tidur rasanya jika tidak bertemu denganmu, kau harus membiasakan dirimu untuk bertemu denganku tiba-tiba, karena bila rinduku sudah penuh maka aku akan segera datang menghampirimu,” ujarku sambil menatap Sophie.“Hentika omongan konyolmu itu, kau tidak perlu menggodaku, jika kau sekali lagi kesini, kau tidak akan bisa
“Nenek?” wajahku kaget bukan main melihat nenekku yang sedang melihatku.“Dari mana kamu?” tanya nenek mendekatiku.Aku mencari alasan, apa yang harus kukatakan? Untungnya otakku cepat berpikir.“Norfi lagi nyari Jam tangan Norfi nek, waktu itu kayaknya jatuh di gudang pas nenek minta ambilin alat buat jahit,” ujarku. Aku gugup, alasanku sungguh tidak masuk akal.“Terus kamu kenapa tidak sekolah?” tanya nenek.“Maaf nek, tadi Norfi kesiangan, jadi Norfi bingung mau kemana, dari pada Norfi pulang jadi Norfi ke sini saja sekalian mencari jam Norfi, tadinya mau masuk ke rumah tapi Norfi takut nenek sedang tidak di rumah,” ujarku.“Aduh aduh, cepat masuk makan dulu, pasti kamu lapar. Tunggu saja di sini sampai waktu pulang, agar ibumu tidak marah dan tidak tahu kalau kau sedang tidak bersekolah,” ujar nenek.Nenek lalu berjalan menuju ke dalam rumah, aku s
Hari ini aku kembali izin dari sekolah, aku hanya bersekolah setengah hari saja, aku izin pada guru jika aku ingin pergi menemani mengurus pekerjaan yang penting, beruntung guruku mengizinkan alasanku yang hampir mendekati ketidak masuk akalan itu. Jo dan Farel mengacungkan jari tengah padaku, aku bilang pada mereka aku akan pergi untuk menyiapkan kejutan besok, sesuai rencana, aku akan mengajak mereka untuk datang ke tempat Sophie. Sebelum itu aku harus berhasil untuk membujuk Sophie, setidaknya ia tidak ketus padaku saat kedua temanku datang besok.Aku langsung menuju ke rumah nenekku, tidak jauh dari rumah nenek ada sebuah toko, aku lalu menitipkan motorku di toko itu, biar tidak ketahuan nenek jika nenek ada di rumah. Aku mengendap-endap menuju ke rumah nenek. Aman, rumah nenek sepi. Dugaanku nenek sedang pergi bersama tanteku. Aku langsung berlari ke arah gudang, seperti biasa aku membuka gudang dan segera menuju ke lubang itu.Brak!Aku tiba di tempat kema
Hari esok pun tiba, aku bangun lebih awal dari biasanya, hari ini aku benar-benar membara dan bersemangat, senyum lebar saja sudah menghiasi wajahku. Akhirnya, hari ini aku kembali bertemu dengan pujaan hatiku, Sophie.“Selamat pagi, mama sayang,” ujarku menyapa mama yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.Mama menoleh ke arahku, “Kamu sakit?” tanya mama dengan wajah keheranan.“Haha, mama ini kalau lihat anaknya semangat seperti ini ya harusnya didukung,” ujarku menghampiri mama.“Hm.. Mau apa kamu?” tanya mama, seakan mengetahui bahwa aku akan meminta sesuatu.“Hehe, Norfi mau kemah ya hari ini sama Jo dan Farrel, di daerah pinggir pelabuhan, kan kalau malam minggu banyak anak muda kemah disitu,” ujarku.Mama mengernyitkan dahi, “Apa yang kalian rencanakan? Mabuk?”“Mama, apa-apaan sih, bukan dong, kita cuma mau cerita-cerita aja sambil kemah, boleh ya?&r
“1950?” tanya Farel kebingungan.Aku mengangguk mantap, “Sudah kalian tidak perlu terperangah seperti itu, ini memang nyata, kita memang memasuki portal waktu dan keluar di tahun 1950. Sudahi rasa bingung itu, lebih baik kita berkeliling dan mencari penginapan, sembari nanti aku ceritakan awal mula aku bisa kesini.”Aku berjalan sambil menarik kedua tangan mereka, mereka berdua masih saja memasang wajah heran, mereka bahkan tidak bisa berkata apa-apa.“Bersikaplah normal, aku tidak ingin orang mencurigai kita,” ujarku saat berada di depan bangunan besar itu.Bagaikan pucuk dicinta, ulampun tiba. Sophie tampak berjalan dari arah rumahnya. Aku tersenyum dan menyapanya.“Sophie!” teriakku sambil melambaikan tangan.Kedua temanku saling bertatapan dan menatap ke arah Sophie. Sophie melihatku dan menghampiriku, tumben sekali hari ini dia tidak mengacuhkanku.“Sophie, ini tem