Beranda / Romansa / CEO di Tempat Tidurku / 1. Kejadian di Malam Tahun Baru

Share

CEO di Tempat Tidurku
CEO di Tempat Tidurku
Penulis: Dijeonie

1. Kejadian di Malam Tahun Baru

Penulis: Dijeonie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-25 18:24:05

"Happy new year!!!"

Semua orang berseru sambil mengangkat sampanye masing-masing hingga dentingan dari gelas yang beradu terdengar memenuhi ruangan, bersamaan dengan itu terdengar samar-samar ledakan kembang api yang sengaja dinyalakan untuk memeriahkan malam pergantian tahun.

Club sparkle, sebuah klub malam yang terkenal tampak dipenuhi pengunjung dengan jumlah dua kali lebih banyak dari hari biasanya. Orang-orang mulai meliukkan badan mengikuti alunan musik yang Disc Jokey putarkan, semuanya terlihat sangat menikmati malam tahun baru mereka. Ada yang langsung menggiring pasangan masing-masing menuju tempat yang jauh lebih sepi dan nyaman, ada pula yang sibuk melepaskan diri dari cengkeraman seseorang dalam keadaannya yang setengah sadar.

Salah satunya adalah seorang gadis dengan gaun satin berwarna abu-abu, ia tampak mendorong tubuh pria yang berusaha untuk memeluk dirinya.

"Lepaskan aku, bajingan!" Gadis itu mengumpat sambil berusaha mempertahankan kesadarannya agar bisa selamat dari pria mesum yang terus memaksakan diri.

Pria itu malah menunjukan sebuah senyuman yang mengerikan. Tangannya mengelus wajah cantik si gadis dan langsung mendapatkan tepisan keras.

"Lyra, kembalilah padaku ... Aku tidak akan berselingkuh lagi darimu." Tangan pria itu bergerak turun sampai berhasil merengkuh pinggang Lyra.

PLAK!

Gadis itu, Lyra, dia pergi dengan masih sedikit sempoyongan setelah melayangkan sebuah tamparan.

Lyra Lethesia, seorang gadis pekerja keras, disiplin dan konsisten. Diusianya yang ke 25 tahun, Lyra masih nyaman dengan kesendirian. Bukan tanpa alasan, pria mesum tadi adalah alasannya. Setahun yang lalu, mereka sudah hampir menikah tapi semua gagal ketika sahabat Lyra datang membawa kabar jika dia sedang hamil anak dari calon suami Lyra.

Hati Lyra hancur oleh pria yang dengan brengseknya meniduri wanita lain yang merupakan sahabat dekat Lyra sendiri, bahkan hingga hamil.

Sejak saat itulah Lyra lebih banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaan. Semuanya ia lakukan sendiri, tidak seperti dulu yang selalu bergantung pada sang mantan kekasih. Hidup tanpa orang tua sejak usia 11 tahun membuat Lyra kehilangan pegangan dan tempat untuk bersandar, lalu datang buaya darat dengan segala mulut manisnya, bukan salah Lyra jika ia terjerat jebakan. Lyra hanya membutuhkan rumah untuk pulang.

Sekarang tidak lagi, Lyra akan berjalan sendiri.

Lyra akhirnya berhasil keluar dari dalam klub, ia tampak menarik nafas panjang dengan sedikit perasaan lega.

Sret!

Tubuh Lyra tersentak kebelakang ketika seseorang menariknya dengan begitu kencang.

"Kamu gak bisa pergi gitu aja, you need me." Bulu kuduk Lyra meremang saat bisikan itu dilontarkan.

Air matanya sudah menumpuk di pelupuk mata, tarikan pada rambutnya membuat kepala Lyra merasa pening.

"Blake, lepaskan aku ... Aku mohon." Lirih Lyra, andai saja dirinya tidak terlalu mabuk, maka ia akan lebih mudah untuk melepaskan diri.

Blake, si mantan kekasih yang ingin kembali tampak tersenyum sambil melepaskan jambakannya. Lalu, ia beralih memegang kedua sisi lengan Lyra dan menatap mata indah gadis itu.

"Kamu tahu, sayang ... bukan aku yang menggoda sahabat kamu, dia yang--"

"Aku tidak peduli, biarkan aku pergi!" Tangisan Lyra pecah karena rasa takut.

Tentu saja, saat ini jalanan di depan klub tampak sepi dari lalu lalang kendaraan ataupun orang, mereka pasti sedang sibuk menikmati malam tahun baru bersama orang-orang terkasih atau di dalam klub seperti Lyra beberapa saat lalu.

"Ssst ... Ikut denganku, aku akan memberimu malam tahun baru yang menyen--"

Suara derap langkah yang semakin mendekat membuat perhatian Blake teralihkan, ia menengok ke belakang dan bersamaan dengan itu Lyra berhasil melepaskan diri.

"Sial." Umpat Blake ketika Lyra berlari pada seorang pria dengan stelan rapi.

Blake menatap Lyra sekilas, kemudian beralih pada pria tampan yang memiliki perawakan tinggi tegap dengan jas hitam, dasi merah, sepatu mengkilap serta jam tangan mewah.

Lyra mencolek lengan pria asing itu, "Tolong aku ..." Mohonnya.

Pria asing itu terpaku saat beradu tatap dengan mata indah Lyra dengan bulu mata yang lentik sejak lahir.

"Aku takut ..." Air mata Lyra mengalir.

"Tenanglah." Si pria menarik tangan Lyra dengan lembut agar berdiri di belakang tubuhnya.

Pria yang baik hati, pikir Lyra sambil menyaksikan percakapan keduanya dengan harap-harap cemas. Ia takut akan terjadi perkelahian.

"Dia tidak menginginkanmu, pergilah. Pria sejati tidak pernah memaksakan kehendaknya." Pria itu mengangkat dagu ke arah seberang jalan.

Blake langsung mendengus kesal saat mendapati beberapa orang pria berkacamata hitam berdiri tegak di kedua sisi mobil mewah berwarna hitam, tepat di depan gerbang masuk sebuah hotel berbintang.

"She is my girlfriend." Tekan Blake.

Lyra yang hampir kehilangan kesadaran tampak kesulitan untuk berbicara, padahal ia ingin sekali melayangkan bantahan dengan keras.

Pria asing itu melihat ke arah Lyra yang sedang menunduk sambil memegangi perutnya yang terasa mual.

"Apa itu benar?"

Lyra menggeleng keras. "Bu--bukan ..." Katanya tertahan.

"Apa kau masih mau tetap di sini atau pergi dengan tenang?" Tanya si Pria asing dengan nada yang begitu tenang, tapi sangat mengintimidasi. Sungguh kharisma yang luar biasa.

"Aku akan pergi, tapi lihat saja nanti kalau kau berani mencampuri urusanku lagi!" Ujar Blake dengan telunjuknya yang terangkat begitu berani.

"Akan kita lihat." Sahut pria tampan nan gagah itu.

Dengan keadaan kesal dan tidak terima, Blake pun kembali ke dalam klub untuk melampiaskan emosinya yang tertahan. Keadaannya yang setengah mabuk pun tidak mendukung untuk berkelahi.

Kini tinggallah Lyra dan si penolong.

Brugh!

Tubuh Lyra ambruk menyentuh trotoar dan tanpa pikir panjang pria itu langsung memangku tubuhnya dengan begitu mudah, seakan-akan Lyra memiliki bobot seringan kapas. Setelah itu Lyra dibawa menyeberangi jalan menuju sebuah mobil.

"Hoek--" Lyra langsung menutup mulut dengan satu tangan, bertahan untuk tidak memuntahkan isi perutnya saat sedang dipangku karena itu bisa mengotori pakaian si malaikat penolong.

Ceklek.

Pria lain membukakan pintu mobil, "Tuan, gadis itu akan dibawa kemana?"

"Kita tidak bisa membiarkannya pingsan di jalanan."

Lyra masih terjaga dengan rasa tidak enak diperutnya dan ia hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dalam hati atas bantuan yang pria asing itu berikan. Jika saja ia membuka mulutnya sedikit maka semua isi perutnya akan keluar.

Tubuh Lyra didudukan di dalam mobil, tak lama kemudian pria itu menyusul masuk dan mendapati kepala Lyra sudah tersungkur ke arah depan. Andai tidak terpasang sabuk pengaman, maka sudah dipastikan posisi Lyra saat ini sepenuhnya terselip ke bagian bawah.

Si pria asing terkekeh pelan, merasa lucu. Ditariknya tubuh Lyra hingga kembali bersandar.

"Kita berangkat masuk sekarang, Tuan?" Tanya si sopir pribadi Tuan penyelamat.

"Ya, tolong pesankan satu kamar lagi." Kata pria penolong, Lyra tersenyum tipis diambang kesadarannya. Hatinya merasa lega karena pria itu tidak memanfaatkan ketidakberdayaannya.

Mata Lyra terbuka lebar ketika sesuatu mendesak naik ke atas dari dalam perutnya, tangan lemahnya langsung meraba-raba tombol untuk menurunkan kaca mobil. Namun, nihil. Lyra mulai panik karena rasanya semua isi perutnya sudah naik hingga kerongkongan.

"Are you okay?"

Lyra mengangguk dengan wajah berpaling ke arah jendela yang enggan terbuka.

"Panas? Aku akan nyalakan AC--"

Lyra langsung memegang tangan si penolong, ia menatap mata indah yang setajam elang sambil menggeleng keras dengan mata berair. Lyra bahkan masih sempat mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang terpampang nyata di hadapannya.

Pria itu mengernyit heran, "Lalu, ada ap--"

Hoeeek!

Tamat sudah riwayat Lyra. Desakan dari dalam perutnya sudah tidak tertahankan lagi dan akhirnya terlepas dari cengkeraman.

Air matanya mengalir karena rasa malu yang sudah mencapai ubun-ubun, bagaimana tidak, muntahannya bukan hanya mengotori diri, pria tak berdosa pun ikut terkena semburan yang entah apa saja isinya.

"Tuhan ... Tolong buat aku pingsan." Harapnya dalam hati.

Lyra tidak berani mengangkat kepala untuk sekedar melihat reaksi si pria, ia hanya berharap agar pria itu tidak menyesal telah memberikan pertolongan.

"Jika tidak bisa pingsan, maka aku akan berpura-pura. Maafkan aku, Tuan ..." Dan benar saja, apa yang dirinya bincangkan dalam hati langsung saja dilaksanakan.

Lyra melemaskan semua otot pada tubuhnya dan kembali tergeletak lemah dengan noda bekas muntahan di sekitar bibirnya. Ia berharap tidak ada seorangpun yang menyadari bahwa dirinya hanya berpura-pura pingsan saja.

"Tuan, kamar hotel sudah penuh semua." Ujar seorang pria, Lyra tidak tahu siapa yang berbicara, entah itu sopir atau pria satu lagi.

Lyra tidak mendengar sahutan apapun dari pria yang duduk disamping dirinya. Bagaimana ini, apa mereka akan tidur di kamar yang sama? Bagaimana jika setan membisikan sesuatu pada salah satu dari mereka? Lyra tampak menelan ludah dengan susah payah dalam keadaan pingsannya yang pura-pura.

Bab terkait

  • CEO di Tempat Tidurku   2. Aldrich Tama Wicaksana

    Aldrich menatap seorang wanita cantik yang tertidur di atas ranjang kamar hotelnya dengan begitu nyenyak sampai tidak tega untuk ia bangunkan. Al menarik nafas panjang lalu menekan remot kecil dalam genggamannya, gorden pun terbuka secara otomatis.Cahaya matahari menerobos masuk dan menyinari hampir seluruh ruangan, sorotannya mulai mengusik mimpi indah si gadis, tapi kehangatan yang dipancarkan membuat matanya enggan untuk terbuka dan lebih memilih mengubah posisi jadi membelakangi sinaran mentari.Aldrich hanya meliriknya sekilas dan kembali menatap pemandangan diluar dari ketinggian lantai 10, pemandangan yang sangat berbeda dari sebelumnya.Tentu saja, sejak usia 15 tahun ia tinggal di London, Inggris dan baru kembali ke Indonesia setelah berulang tahun yang ke 29. Perpisahan kedua orang tua membuat Al harus pindah dan ikut sang Ibu, lalu kembali karena Ayahnya ingin dia mulai belajar mengurus perusahaan pusat dengan alasan usia beliau yang dirasa sudah tidak akan lama lagi. Al t

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-28
  • CEO di Tempat Tidurku   3. Are you in? I'm in.

    Lyra tampak mengatur nafas yang terengah, keringat di pelipisnya pun masih setia menghiasi wajah pucatnya itu. Berlari sambil diburu waktu dan rasa panik sangatlah menguras energi, itu semua karena alarmnya gagal membangunkan. Tidak, itu salah Lyra sendiri yang terlalu nyaman dalam pelukan selimut sampai tidak bisa mendengar suara alarm.Alhasil, Lyra tiba 10 menit setelah jam masuk kerja. Dan lebih sialnya lagi, hari ini adalah hari dimana pimpinan perusahaan yang baru datang. Makanya para karyawan di divisinya berdiri tegak menunggu atasan baru mereka memasuki ruangan divisi perencanaan dan evaluasi, Lyra berharap keterlambatannya tidak diketahui karena saat dirinya datang CEO baru itu sedang di divisi personalia yang berada di lantai yang sama."Selamat pagi!"Deg."Selamat pagi, Pak. Selamat datang di perusahaan!" Balas para karyawan bersamaan.Lyra masih tidak berani mengangkat wajahnya meskipun sudah sangat penasaran dengan wajah CEO baru di tempatnya bekerja, karena dari suarany

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-02
  • CEO di Tempat Tidurku   4. Ceroboh!

    Matahari yang tersembunyi dibalik awan mendung menampilkan cahaya remang, sangat indah seperti kilauan berlian. Waktu setelah hujan selalu membawa suasana yang berbeda, terasa aneh tapi Lyra menyukai perasaan seperti itu. Sambil terkantuk-kantuk, Lyra berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum pukul 5 sore. Tapi apa boleh buat, sepertinya target itu tidak akan terpenuhi. Suasana setelah hujan di sore hari memang lebih cocok untuk tidur atau bersantai sambil memakan mie instan dan tontonan yang seru. Apa boleh buat, budak korporat seperti Lyra malah berkutat di depan komputer dengan beberapa berkas penting yang harus ia berikan pada CEO barunya, paling lambat besok."Ra, gue balik duluan ya, bye!" Kehali menepuk bahu Lyra pelan sebelum berpamitan.Lyra hanya bisa mengangguk pasrah. Kehlani sudah mengirimkan laporan yang diminta kepada dirinya, kini Lyra harus melakukan pengecekan ulang sebelum menyatukan semua data dari para karyawan divisi perencanaan yang sudah ketua tim merek

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • CEO di Tempat Tidurku   5. Debaran Aneh

    Tidak biasanya Lyra lebih banyak diam saat duduk diboncengan, Adnan melirik temannya itu dari spion motornya dan mendapati Lyra sedang melamun. Gadis itu kadang mengerutkan keningnya lalu menghela nafas berat. Sepertinya bukan sedang memikirkan hal kecil, temannya itu sudah melewati banyak kesulitan, masalah kecil tidak pernah benar-benar menjadi masalah bagi dia. Seharusnya sih seperti itu.Adnan mengarahkan spionnya pada Lyra agar bisa melihat temannya itu dengan lebih jelas.Lyra menyadari itu langsung memukul bahu Adnan. "Apaan sih, jangan liatin gue!""Ada apa? Kenapa ngelamun?" Tanya Adnan ingin tahu. "Kita ini temen deket, gue udah denger banyak cerita dari lo, sekarang harusnya bisa juga." Tambahnya.Benar. Lyra pun tahu itu, tapi kali ini berbeda. Hal yang memenuhi pikirannya kali ini adalah tugas rahasia yang diminta oleh Aldrich, Boss baru mereka di kantor. Rasanya terlalu berat, tapi Lyra takut dipecat. Dan kalau memang pak Manajer Darmawan melakukan penggelapan dana maka

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05
  • CEO di Tempat Tidurku   6. Pasangan Dadakan

    Hari demi hari berlalu, semua orang sudah terbiasa dengan CEO baru beserta aturan-aturan yang belum lama ini diperbaharui. Aturan kali ini jauh lebih rinci dan berlaku pada semua karyawan apapun jabatannya.Kecuali Manajer Darmawan yang sesekali masih suka bolos dan menimpakan pekerjaannya pada Lyra secara penuh. Menyebalkan tapi disisi lain juga melegakan karena dengan begitu Lyra bisa mengotak-atik komputer ataupun berkas di ruangan atasannya itu.Seperti saat ini, Lyra tampak sibuk mengecek satu persatu file mencurigakan pada komputer perusahaan di ruangan Manajer Darmawan sambil celingak-celinguk karena takut pria paruh baya itu tiba-tiba muncul."Berkas apa ini?" Lyra bergumam. "Fck, dikunci." umpatnya.Ia pun mengeluarkan flashdisk dan menyalin berkas tersebut agar ia bisa meminta seseorang untuk meretasnya nanti. Bagaimanapun Lyra ingin segera menyelesaikan pekerjaan rahasianya dan bekerja dengan tenang seperti hari-hari sebelumnya.Setelah berhasil menyalin berkas tersebut Lyr

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • CEO di Tempat Tidurku   7. Kiss Me!

    Kecanggungan yang terjadi di restoran tadi masih dapat Lyra rasakan, apalagi saat ini ia hanya berdua di dalam mobil dengan Aldrich yang fokus menyetir. Tanpa Lyra pungkiri bahwa saat ini Aldrich terlihat berkali-kali lipat jauh lebih tampan, rahang tegasnya terpampang nyata di depan mata. Sungguh indah, gumam Lyra terhanyut.Jarak antara restoran dan kantor yang dekat membuat Lyra tidak bisa berlama-lama di dalam mobil berdua bersama Bosnya yang tampan serta harum, ya, Aldrich memiliki aroma yang berbeda entah itu dari parfum atau apapun, yang pasti Lyra sangat menyukai wanginya."Kita sudah sampai." Ucapan Aldrich menyadarkan Lyra dari lamunannya.Lyra mengangguk, "Terima kasih, Pak." Ucapnya sembari melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil.Barulah Aldrich menyusul keluar, ditatapnya punggung Lyra yang perlahan semakin jauh dari pandangan. Tatapan pria itu masih setia dengan ketajaman, tapi tersirat kehangatan di dalam sana. Mungkin tidak akan ada orang yang menyadari hal itu da

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24
  • CEO di Tempat Tidurku   8. Friend Always Got Your Back

    Lyra duduk termenung dan sibuk mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana tidak, kejadian kemarin masih memenuhi kepalanya. Kelakuan bodoh yang bisa saja membuat Aldrich menjaga jarak bahkan mungkin menghindar. Apalagi pria itu mengatakan bahwa tugas Lyra mengenai korupsi di perusahaan telah selesai tinggal Aldrich yang mengerjakan sisanya.Untuk itu Lyra mendapatkan bonus yang cukup besar, bahkan ada kemungkinan akan naik jabatan. Tapi, Lyra ragu kalau Aldrich akan melakukan itu setelah apa yang terjadi kemarin sore. Bodoh. Lyra benar-benar menyesal karena sudah gagal mengontrol diri.Lagi-lagi Lyra hanya bisa menghela nafas frustrasi disaat karyawan lain sedang sibuk bergosip tentang pemanggilan beberapa atasan mereka, termasuk Manajer Perencanaan dan Evaluasi, Darmawan.Kehlani berjalan menghampiri cubicle Lyra, satu-satunya meja yang berlawanan arah dengan milik karyawan di bawah awasannya."Katanya ada salah satu karyawan yang jadi mata-mata, dia bantuin Pak Aldrich buat nyari bukti-bukt

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • CEO di Tempat Tidurku   9. Jangan Sentuh Dia!

    Langit mendung membuat suasana kantor yang sudah kisruh karena kasus penggelapan dana perusahaan bertambah mencekam. Tapi tidak bagi Lyra yang hatinya sedang berbunga-bunga karena Aldrich ingin bertemu dengan dirinya. Ya, seperti pesan yang karyawan sebelumnya sampaikan bahwa CEO mereka ingin Lyra datang ke ruangannya. Senangnya.Lyra berjalan menuju ruangan Aldrich dengan suasana hati yang berbunga-bunga. Rasa takut yang memenuhi kepalanya tentang dijauhi oleh Aldrich perlahan-lahan menghilang dan berganti rasa lega.Jika Aldrich tidak menghindar, maka Lyra bisa melancarkan rencana-rencana pendekatan lain kedepannya. Entah apa alasannya, tapi Lyra yakin bahwa CEO tampan itu memiliki sedikit perasaan terhadap dirinya, Lyra hanya perlu membuat pria itu sadar.Ya, Lyra tampak semakin semangat saat memikirkan hal itu.Tangan kanannya menenteng sebuah kopi Americano sebagai permintaan maaf mengenai kejadian kemarin sore. Itu hanya formalitas saja, karena siapapun tahu bahwa Lyra merasa se

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23

Bab terbaru

  • CEO di Tempat Tidurku   19| Malam yang Mendebarkan (Kembali bersama)

    Aldrich berdiri diambang pintu apartemen, berhadapan dengan Lyra yang terlihat berantakan, air matanya tak mau berhenti mengalir walau sudah ia tahan sebisa mungkin. Lyra bahkan tak mampu memalingkan wajahnya dari Aldrich, dia kesal tapi juga rindu dalam waktu yang bersamaan."Kamu... Kamu bakalan berdiri terus disitu?" Lyra bertanya dengan suara bergetar."Will you be my girlfriend?" Aldrich mengungkapkan niat utamanya."Hah?"Lyra tampak kebingungan. Aldrich tersenyum samar seraya melangkah masuk apartemen, membuat Lyra refleks mundur."Maksudnya ap--apa?""Kamu udah mutusin aku dan ebelumnya kamu yang confess lebih dulu, you always bring that up tiap kali berantem. So now, giliranku. Will you be my girlfriend?" Aldrich menarik pinggang ramping Lyra hingga tubuh mereka saling bersentuhan.Hati Lyra berdebar jauh lebih cepat, mulutnya pun tak mampu untuk mengeluarkan kata-kata. Jadilah ia hanya memberi anggukan kecil sebagai jawaban.Tapi Aldrich tidak menerima jawaban seperti itu."

  • CEO di Tempat Tidurku   18. Kesempatan Mendapat Restu

    Aldrich berdiri di hadapan sang Ayah, Tuan besar Herdiano Wicaksana. Hubungan anak dan Ayah itu memang kurang baik, Aldrich yang ikut tinggal bersama sang Ibu setelah perceraian membuat mereka jadi jarang berhubungan. Meskipun begitu, Herdiano kerap kali pergi ke London untuk perjalanan bisnis dan mampir menemui Aldrich selagi ada di sana. Ya, jika dilihat dari jadwal kunjungannya yang sangat jarang dan selalu bertepatan dengan adanya pekerjaan, Aldrich yakin bahwa Ayahnya tidak sengaja pergi untuk bertemu dengannya.Kerajaan bisnis milik Wicaksana sangatlah besar dan butuh dedikasi tinggi agar bisa demikian. Herdiano seperti hidup hanya untuk bekerja, dia tidak peduli istrinya merasa kesepian atau tidak. Itulah yang membuat Adisti, sang istri memilih bercerai lalu menikahi pria asing dari negeri seberang. Aldrich tidak bisa menyalahkan Ibunya, dia berhak mendapatkan kebahagiaan, sama seperti Lyra."Dad, aku gak mau. Stella gadis yang baik, tapi aku gak bisa menghabiskan sisa umurku d

  • CEO di Tempat Tidurku   17. Kita Putus

    Hari bahkan minggu telah berlalu, selama itu pula kehidupan Lyra mengalami banyak perubahan. Kehadiran Aldrich sebagai kekasih terkesan banyak mengatur, dan Lyra yang memang bucin sering kali tidak bisa menolak. Tapi sejauh ini, hubungan mereka lancar-lancar saja. Keduanya tampak menikmati waktu bersama dengan sangat baik.Meskipun begitu, sampai saat ini setelah 4 bulan menjalin hubungan, Lyra masih belum diperkenalkan pada keluarga ataupun kerabat dekat Aldrich. Tidak masalah, Lyra mengerti. Toh, hubungan mereka juga belum seberapa lama.Hari ini, pekerjaan Lyra di kantor tidak terlalu banyak, berbeda dengan Aldrich yang sibuk rapat kesana-kemari. Hal itu menyebabkan keduanya belum sempat berbicara dari pagi. Lyra merindukannya. Tidak melihat wajah Aldrich sehari saja rasanya sungguh menyiksa."I miss you." Lyra membaca ulang pesannya sebelum benar-benar dikirim pada Aldrich.Kepada: Aldrich💜|I miss you...|/Read/"Ha? Kok cuma dibaca?!" Lyra mendengus kesal, "Ngeselin banget, ck.

  • CEO di Tempat Tidurku   16. Bayang-Bayang Masa Lalu

    Lyra mulai membuka mata dengan perlahan. Cahaya matahari yang menerobos jendela begitu terang-terangan mengekspos dirinya dengan kondisi masih acak-acakan, rambut panjangnya terlihat seperti singa sehabis melakukan perburuan.Tunggu, Lyra tidak merasakan kehadiran Aldrich di sampingnya. Ia pun membuka mata secara penuh dan menengok ke arah jam yang ternyata sudah menunjukan pukul 7 pagi.Darn."Dia kemana?" Gumamnya setengah sadar.Lyra duduk bersila sembari mengumpulkan kesadaran sebelum beranjak dan mulai beraktifitas. Toh hari ini dia tidak akan pergi bekerja, begitupun dengan Aldrich yang sudah berjanji akan membantu dirinya berbenah di apartemen baru.Ya, tebakan kalian benar, Aldrich yang menyewakan apartemen itu. Dengan sedikit paksaan dan berbagai macam alasan yang sangat masuk di akal, yaitu tentang keamanan, Aldrich takut jika pihak Darmawan tidak terima jika keponakan jauhnya sendirilah yang telah melaporkan pria jahat itu. Dan, akhirnya Lyra mau menerima sarannya untuk pin

  • CEO di Tempat Tidurku   15. Hug Me, All Night

    Rasanya aneh, seperti baru kemarin Lyra diselamatkan Aldrich dari serangan sang mantan kekasih. Tapi sekarang, pria penyelamat itu sedang berbaring berbantalkan pangkuan Lyra yang juga asik mengelus rambut lembutnya.Entah sudah berapa lama Aldrich menceritakan hal yang menurutnya harus Lyra ketahui, dan gadis itu tampak sabar mendengarkan tanpa memotong apalagi menghakimi."Jujur saja, aku takut untuk mencintai seseorang lagi sejak sepeninggalnya Marissa. Dia seorang kasir minimarket dan semua orang menganggap kami tidak cocok bersama dengan alasan status sosial yang berbeda." Ucap Aldrich. "Rissa mendapatkan banyak tekanan, hingga akhirnya dia menyerah, menyerahkan kehidupannya." Lanjut Al.Lyra menunduk pelan, lalu dikecupnya kening Aldrich yang mulai menunjukan kesedihan. Bagaimanapun Aldrich merasa bersalah atas apa yang menimpa sang mantan kekasih, gadis malang itu tidak akan tersiksa dan menderita jika saja Aldrich tak pernah menyukainya."Aku takut, aku takut gagal menjagamu..

  • CEO di Tempat Tidurku   14. Resmi Pacaran

    Sejak kejadian di mall hari itu, Lyra menjadi semakin yakin jika sebenarnya Aldrich pun memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya, hanya tinggal menunggu pria itu sadar saja. Karena, kalau tidak ada perasaan apa-apa mana mungkin Aldrich rela pasang badan dan memperkenalkan diri sebagai kekasihnya, pikir Lyra. Diluar itu semua Lyra benar-benar bersyukur karena untuk kesekian kalinya Aldrich hadir sebagai penyelamat.Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian penyerangan Darmawan terhadap Lyra, maka sudah selama itu pula dia tinggal bersama Aldrich. Tidak terlalu banyak kemajuan diantara keduanya karena Aldrich terlalu sibuk bekerja hingga Lyra pun tidak tahu kapan pria itu pulang. Hanya sarapan yang selalu mereka lakukan bersama."Al..." Panggil Lyra yang saat ini baru melangkah keluar dari ruang pengadilan untuk putusan hukum untuk Darmawan.Aldrich pun menghentikan langkahnya dan berbalik, "Hm?"Lyra memasang senyum terbaiknya, "Terima kasih karena udah menambahkan laporan tenta

  • CEO di Tempat Tidurku   13. That's Not Your Fault

    Rasanya seperti mimpi bagi Lyra saat terbangun dalam dekapan hangat seorang pria, bahkan bukan pria biasa, melainkan CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Nikmat mana lagi yang gadis itu dustakan. Ia bahkan masih tidak percaya kalau Aldrich benar-benar menemani tidur dan memeluknya sepanjang malam, Lyra kira pria itu akan pergi setelah dirinya terlelap, ternyata dugaannya salah.Lyra kembali memejamkan mata, enggan untuk menyudahi kenyamanan yang sedang dirasakan."Lihatlah, gimana bisa aku tidak menyukai pria ini," gumam hatinya.Lalu, tiba-tiba saja sebuah usapan lembut mendarat di kepalanya. Lyra yang pura-pura masih tidur hanya bisa menahan lonjakan detak jantungnya dan berusaha tenang di tengah gempuran yang menggoyahkan iman."Ra... Wake up," bisik Aldrich tepat di telinga Lyra.Sontak saja Lyra membuka mata dan menengadahkan wajahnya untuk melihat wajah tampan Aldrich yang tidak manusiawi. Keduanya terdiam dan hanyut dalam tatapan satu sama lain."Gimana tidurnya?" Tanya Aldrich

  • CEO di Tempat Tidurku   12. Temani Aku (Mimpi Buruk)

    Gemuruh hujan angin dengan kilatan petir seakan menambah kecemasan Lyra di dalam tidurnya. Mata gadis itu terpejam erat, nafasnya memburu sambil bergerak gelisah. Entah mimpi buruk apa yang sedang dialami sampai-sampai membuat tidurnya tidak tenang sampai keringat bercucuran."Ah... Ti-- tidak! Lepaskan aku... Jangan, aku mohon..." Gumamnya dengan masih terpejam.Tok...Tok...Tok..."Lyra? Ada apa?"Di luar kamarnya terlihat Aldrich sedang berusaha memastikan keadaan tamunya yang terdengar berteriak beberapa saat lalu.Ya, Aldrich yang sedang membaca berkas pekerjaan tiba-tiba saja merasa haus dan saat pergi menuju dapur, ia pun mendengar Lyra memekik tertahan dari dalam kamarnya. Tentu saja itu membuat Aldrich khawatir dan mengurungkan niatnya pergi minum ke dapur, ia memilih untuk memastikan keadaan Lyra di dalam kamar sana."Lyra? Answer me!" Ujarnya.Shit. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Aldrich pun memutuskan untuk mengabaikan etika dan memilih masuk tanpa izin orangnya.

  • CEO di Tempat Tidurku   11. Gagal Malam Pertama

    Lyra meyakini bahwa perasaan yang dimilikinya untuk Aldrich bukan hanya rasa kagum semata seperti perkataan Adnan kala itu. Lyra merasakan sesuatu yang lebih dalam dari kekaguman, tapi ia juga tidak berani untuk menamai rasa itu cinta. Lyra tidak ingin salah menyimpulkan rasa dan membuat semua halnya menjadi kacau. Untuk saat ini, ia cukup puas hanya dengan bisa menatap pria bertubuh tegap yang saat ini sedang sibuk membaca buku, dia, Aldrich.Malam ini adalah malam pertama ia tinggal satu atap bersama Aldrich, Lyra juga tidak lupa bahwa tujuan CEO perusahaannya mengajak tinggal bersama semata-mata hanya untuk memberikan perlindungan, tidak lebih. Aldrich pun sudah menegaskan itu.Tok... Tok...Aldrich yang sedang membaca di sofa sudut kamarnya langsung mengalihkan pandangan. Dilihatnya ke arah pintu dan mendapati Lyra sedang berdiri sambil tersenyum gugup."Ada apa?" Tanya Aldrich.Lyra sendiri pun sebenarnya tidak tahu kenapa dia sampai mendatangi kamar CEO Aldrich dan mengganggu wak

DMCA.com Protection Status