Beranda / Romansa / CEO di Tempat Tidurku / 2. Aldrich Tama Wicaksana

Share

2. Aldrich Tama Wicaksana

Penulis: Dijeonie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-28 05:35:51

Aldrich menatap seorang wanita cantik yang tertidur di atas ranjang kamar hotelnya dengan begitu nyenyak sampai tidak tega untuk ia bangunkan. Al menarik nafas panjang lalu menekan remot kecil dalam genggamannya, gorden pun terbuka secara otomatis.

Cahaya matahari menerobos masuk dan menyinari hampir seluruh ruangan, sorotannya mulai mengusik mimpi indah si gadis, tapi kehangatan yang dipancarkan membuat matanya enggan untuk terbuka dan lebih memilih mengubah posisi jadi membelakangi sinaran mentari.

Aldrich hanya meliriknya sekilas dan kembali menatap pemandangan diluar dari ketinggian lantai 10, pemandangan yang sangat berbeda dari sebelumnya.

Tentu saja, sejak usia 15 tahun ia tinggal di London, Inggris dan baru kembali ke Indonesia setelah berulang tahun yang ke 29. Perpisahan kedua orang tua membuat Al harus pindah dan ikut sang Ibu, lalu kembali karena Ayahnya ingin dia mulai belajar mengurus perusahaan pusat dengan alasan usia beliau yang dirasa sudah tidak akan lama lagi. Al tidak bisa menolak permintaan sang Ayah dan akhirnya pulang ke tempat kelahiran setelah menjalankan anak perusahaan di Ibu kota Inggris itu.

"Ya Tuhan!!!"

Aldrich tersentak kaget, matanya terpejam beberapa saat untuk menstabilkan detak jantungnya kembali. Setelah itu ia berbalik dan mendapati gadis yang diselamatkannya sudah bangun dengan ekspresi terkejut dan terlihat panik.

Langkah kaki Al berjalan mendekat ke arah tempat tidur, keningnya berkerut heran melihat si gadis sibuk menyibakan selimut dan meraba tubuhnya sendiri.

"Tidak terjadi apa-apa." Aldrich paham dengan apa yang sedang si gadis khawatirkan, bagaimanapun mereka berada dalam satu kamar semalaman bahkan tidur di atas ranjang yang sama karena kamar di hotel tersebut sudah penuh. Semua karena liburan tahun baru.

Gadis yang belum Aldrich ketahui namanya itu langsung melayangkan tatapan tajam sambil menjauhkan diri. Namun, sepertinya dia membuat kesalahan karena dengan posisinya saat ini justru memberikan gambaran sempurna seorang Aldrich.

Kemeja kusut dengan dua kancing terbuka membuat dada Al yang begitu bidang terekspos nyata di depan mata. Gadis itu langsung saja memalingkan wajah dan beringsut turun dari atas tempat tidur secepat mungkin. Ia tampak celingukan mencari tas miliknya.

"Di meja sudut." Ucap Aldrich dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam tas.

Gadis itu menatap Al, kurang mengerti.

"Your bag." Kata Al menambahkan.

Barulah gadis itu mengangguk dan mau tidak mau ia harus melewati Aldrich untuk mengambil tasnya di kursi dekat kaca.

"Permisi ...." Ucapnya pelan saat lewat.

Aldrich hanya mengamati sampai si gadis kembali.

Sret.

Tubuh gadis itu menegang saat tasnya tertahan. Kepalanya menengok ke belakang dengan perlahan, lalu tersenyum kikuk saat mendapati Aldrich memegangi gantungan tasnya.

"Apa kau akan pergi dengan pakaian seperti itu?" Ucap Al.

Mata gadis itu membulat sempurna dan langsung terdiam, dirinya baru sadar. Pikiran-pikiran aneh mulai mendatangi kepalanya dan memenuhi otaknya. Dengan cepat tangan mungil itu menarik kemeja lebih ke bawah, berusaha menutupi kaki jenjangnya yang cantik, meskipun percuma saja.

Aldrich berdecak kesal. "Tolong berhenti memikirkan hal yang kotor."

"Tu--tuan ... Siapa yang mengganti baju saya?" Tanya si gadis dengan harap-harap cemas.

"Staff hotel, perempuan." Aldrich melihat gadis itu menghela nafas lega dan otot-otot dikedua bahunya mengendur. "Kamu muntah cukup banyak jadi saya meminta seseorang untuk mencuci your dress, bajunya ada di dalam lemari."

Muntah? Benar. Gadis itu terlihat sangat malu dan merasa bersalah.

"Tidak perlu pura-pura pingsan, lagi."

Uhuk.

Aldrich tahu jika gadis yang ditolongnya pura-pura pingsan sampai benar-benar tertidur dengan sangat pulas karena efek mabuknya juga.

"Pergilah mandi, kalau mau, kamu bisa sarapan dulu." Ucap Al.

"Tidak per--"

Krieuk ...

"Sarapannya akan diantar kemari." Ucap Al sembari merogoh ponselnya dari dalam saku celana bahan, lalu menjauh untuk mengangkat panggilan telpon.

"Tunggu!" Al kembali menahan kepergian si gadis.

Gadis itu tampak menelan ludah dengan susah payah. "I--iya?"

"What is your name?" Tanya Al.

"Na--nama saya, Lyra."

Al kembali fokus pada sambungan telpon, sedangkan si gadis yang masih kebingungan memutuskan untuk mandi agar tubuhnya terasa jauh lebih segar.

Setelah cukup lama berbincang lewat telpon, Aldrich mendudukan tubuhnya di kursi dengan helaan nafas yang terdengar cukup berat. Selang beberapa saat, seseorang menekan bel kamar, Al langsung menghampirinya karena itu pasti staff hotel yang membawakan sarapan. Memang menyenangkan menginap di hotel dengan kamar termahal apalagi pemiliknya adalah orang yang dikenal, semua terasa jauh lebih mudah.

Ceklek.

"Masuklah," ucap Al sembari membuka pintu lebar-lebar.

Bersamaan dengan itu, pintu kamar mandi terbuka dan muncullah sosok perempuan dengan rambut yang masih sedikit basah. Mata mereka tak sengaja bertemu membuat si gadis bernama Lyra tampak malu hingga memalingkan wajah.

Al bahkan tidak terlalu peduli dan kembali fokus pada makanan yang dihidangkan, dari makanan utama sampai penutup, semuanya ada. Tadinya ia akan meminta makanan lain, tapi sepertinya makanan yang dibawakan sekarang ini cukup untuk berdua, kecuali gadis yang ditolongnya itu rakus.

"Tuan, jika memerlukan hal yang lain bisa langsung beritahu pihak kami. Kalau begitu, kami permisi." Ucap salah satu staf.

Al mengangguk. "Terima kasih."

Al mendudukan diri di sofa, lalu melihat ke arah Lyra yang masih berdiri di tempat sambil memutar-mutar tali tas slempangnya.

"Kemarilah," ajak Al. Sikap dingin, acuh tak acuh sudah sangat melekat dengan pribadi seorang Aldrich. Tapi, meskipun terlihat cuek, galak dan tidak peduli, ia termasuk orang baik. Buktinya adalah Lyra.

Sebenarnya Lyra merasa tidak enak karena sudah sangat merepotkan, tapi perutnya tidak bisa menolak makanan. Apalagi setelah mabuk semalam, semua isi perutnya jadi keluar. Setiap kali mengingat itu ia merasa sangat malu.

"Duduk dan makanlah,"

Lyra duduk tepat di sebelah kanan Al. "Yang mana yang bo--boleh aku makan?"

"Terserah." Jawab Al sembari meminum kopi.

Lyra terlihat senang dan langsung saja mengambil lauk yang terlihat pedas dengan harapan bisa menghilangkan rasa pengar sisa mabuk semalam.

"Terima kasih, Tuan. Saya tidak tahu akan berakhir seperti apa kalau anda tidak datang membantu. Maaf karena sudah sangat merepotkan, padahal kita tidak saling mengenal." Ucap Lyra disela kunyahannya.

"Heem." Jawab Al dengan deheman sambil mengambil roti isi selai strawberry, sesuai keinginannya.

"Semalam itu, dia mantan kekasih saya. Dia sangat ... brengsek!!"

Al tersentak ketika Lyra mengumpat dengan begitu semangat.

"Dia menghamili sahabat saya padahal kami akan menikah satu bulan lagi. Dia sangat menyebalkan. Lalu, setelah dia bercerai, dia ingin kembali. Yang benar saja, memangnya aku apa. Dia kira aku tidak bisa hidup tanpanya, walaupun sebelumnya memang benar, tapi aku sudah terbiasa sendiri. Aku tidak membutuhkannya lagi." Cerocosan Lyra membuat Al takut gadis itu akan tersedak, ia pun memintanya untuk diam dan makan dengan tenang.

"Ssst ... makanlah." Kata Al.

Lyra pun mengangguk sambil terkekeh pelan, dia suka curhat sembarangan. Menurutnya, bercerita pada orang asing terasa lebih nyaman. Beban di hati kita berkurang dan citra diri kita tetap aman karena tidak saling mengenal.

"Maaf, aku terlalu banyak bicara." Lyra kembali memilih lauk untuk menemani sisa nasi di atas piringnya. Sedangkan Al terlihat sibuk dengan ponsel.

***

Lyra dan Al berdiri saling berhadapan dengan posisi Aldrich tepat di ambang pintu.

Lyra menunduk dengan postur hampir 90 derajat dan menahannya untuk beberapa saat, setelah itu ia kembali berdiri tegak.

"Tuan, terima kasih banyak. Terima kasih karena sudah menolong saya, terima kasih karena sudah memberikan tempat tidur dan sarapan dan saya mohon maaf karena sudah sangat merepotkan. Juga ... maaf untuk kejadian semalam, perut saya benar-benar mual dan kepala saya sangat pusing--"

"Sudahlah, itu tidak akan terjadi lagi." Ucap Al.

Lyra mengangguk pelan, benar juga. Mereka hanya orang asing yang tak sengaja bertemu, kesempatan untuk bertemu lagi sangat sedikit, pikirnya.

"Tuan," Lyra menyodorkan selembar sticky note yang bertuliskan nomor ponselnya. "Kalau anda membutuhkan bantuan saya, hubungi saja nomor di sana. Saya pasti akan membantu anda, apapun itu." Ucapnya.

Karena merasa tidak enak kalau harus menolak, Aldrich pun menerima catatan kecil tersebut.

"Baiklah, saya permisi. Sekali lagi, terima kaaaasih banyak!" Ucap Lyra dengan senyumannya, kemudian berlalu dari hadapan Al ke arah lift yang berada di ujung lorong.

Al kembali menarik diri ke dalam kamar, kertas dalam genggamannya sudah tidak berbentuk karena remasan. Lalu, ia melempar catatan berisi nomor ponsel Lyra ke sembarang tempat.

"I need more alone time." Gumamnya sambil berjalan ke arah tempat tidur. Al sendiri tidak tahu akan sesibuk apa dirinya saat mulai bekerja esok hari. Entah kekacauan apa yang terjadi di perusahaan setelah Ayahnya berhenti menangani secara langsung karena masalah kesehatan.

Al kembali menyibukan diri dengan ponsel, menikmati beberapa video di youtube. Siapapun akan merasa terkejut dan menolak percaya jika seseorang mengatakan bahwa seorang Aldrich masih menonton film animasi, wibawa serta kharisma yang ditunjukan sangat bertolak belakang. Lucu sekali. Video yang sedang dilihatnya saat ini merupakan film the Willoughbys, entah sudah berapa kali ia menonton film tersebut.

Bab terkait

  • CEO di Tempat Tidurku   3. Are you in? I'm in.

    Lyra tampak mengatur nafas yang terengah, keringat di pelipisnya pun masih setia menghiasi wajah pucatnya itu. Berlari sambil diburu waktu dan rasa panik sangatlah menguras energi, itu semua karena alarmnya gagal membangunkan. Tidak, itu salah Lyra sendiri yang terlalu nyaman dalam pelukan selimut sampai tidak bisa mendengar suara alarm.Alhasil, Lyra tiba 10 menit setelah jam masuk kerja. Dan lebih sialnya lagi, hari ini adalah hari dimana pimpinan perusahaan yang baru datang. Makanya para karyawan di divisinya berdiri tegak menunggu atasan baru mereka memasuki ruangan divisi perencanaan dan evaluasi, Lyra berharap keterlambatannya tidak diketahui karena saat dirinya datang CEO baru itu sedang di divisi personalia yang berada di lantai yang sama."Selamat pagi!"Deg."Selamat pagi, Pak. Selamat datang di perusahaan!" Balas para karyawan bersamaan.Lyra masih tidak berani mengangkat wajahnya meskipun sudah sangat penasaran dengan wajah CEO baru di tempatnya bekerja, karena dari suarany

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-02
  • CEO di Tempat Tidurku   4. Ceroboh!

    Matahari yang tersembunyi dibalik awan mendung menampilkan cahaya remang, sangat indah seperti kilauan berlian. Waktu setelah hujan selalu membawa suasana yang berbeda, terasa aneh tapi Lyra menyukai perasaan seperti itu. Sambil terkantuk-kantuk, Lyra berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum pukul 5 sore. Tapi apa boleh buat, sepertinya target itu tidak akan terpenuhi. Suasana setelah hujan di sore hari memang lebih cocok untuk tidur atau bersantai sambil memakan mie instan dan tontonan yang seru. Apa boleh buat, budak korporat seperti Lyra malah berkutat di depan komputer dengan beberapa berkas penting yang harus ia berikan pada CEO barunya, paling lambat besok."Ra, gue balik duluan ya, bye!" Kehali menepuk bahu Lyra pelan sebelum berpamitan.Lyra hanya bisa mengangguk pasrah. Kehlani sudah mengirimkan laporan yang diminta kepada dirinya, kini Lyra harus melakukan pengecekan ulang sebelum menyatukan semua data dari para karyawan divisi perencanaan yang sudah ketua tim merek

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • CEO di Tempat Tidurku   5. Debaran Aneh

    Tidak biasanya Lyra lebih banyak diam saat duduk diboncengan, Adnan melirik temannya itu dari spion motornya dan mendapati Lyra sedang melamun. Gadis itu kadang mengerutkan keningnya lalu menghela nafas berat. Sepertinya bukan sedang memikirkan hal kecil, temannya itu sudah melewati banyak kesulitan, masalah kecil tidak pernah benar-benar menjadi masalah bagi dia. Seharusnya sih seperti itu.Adnan mengarahkan spionnya pada Lyra agar bisa melihat temannya itu dengan lebih jelas.Lyra menyadari itu langsung memukul bahu Adnan. "Apaan sih, jangan liatin gue!""Ada apa? Kenapa ngelamun?" Tanya Adnan ingin tahu. "Kita ini temen deket, gue udah denger banyak cerita dari lo, sekarang harusnya bisa juga." Tambahnya.Benar. Lyra pun tahu itu, tapi kali ini berbeda. Hal yang memenuhi pikirannya kali ini adalah tugas rahasia yang diminta oleh Aldrich, Boss baru mereka di kantor. Rasanya terlalu berat, tapi Lyra takut dipecat. Dan kalau memang pak Manajer Darmawan melakukan penggelapan dana maka

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05
  • CEO di Tempat Tidurku   6. Pasangan Dadakan

    Hari demi hari berlalu, semua orang sudah terbiasa dengan CEO baru beserta aturan-aturan yang belum lama ini diperbaharui. Aturan kali ini jauh lebih rinci dan berlaku pada semua karyawan apapun jabatannya.Kecuali Manajer Darmawan yang sesekali masih suka bolos dan menimpakan pekerjaannya pada Lyra secara penuh. Menyebalkan tapi disisi lain juga melegakan karena dengan begitu Lyra bisa mengotak-atik komputer ataupun berkas di ruangan atasannya itu.Seperti saat ini, Lyra tampak sibuk mengecek satu persatu file mencurigakan pada komputer perusahaan di ruangan Manajer Darmawan sambil celingak-celinguk karena takut pria paruh baya itu tiba-tiba muncul."Berkas apa ini?" Lyra bergumam. "Fck, dikunci." umpatnya.Ia pun mengeluarkan flashdisk dan menyalin berkas tersebut agar ia bisa meminta seseorang untuk meretasnya nanti. Bagaimanapun Lyra ingin segera menyelesaikan pekerjaan rahasianya dan bekerja dengan tenang seperti hari-hari sebelumnya.Setelah berhasil menyalin berkas tersebut Lyr

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • CEO di Tempat Tidurku   7. Kiss Me!

    Kecanggungan yang terjadi di restoran tadi masih dapat Lyra rasakan, apalagi saat ini ia hanya berdua di dalam mobil dengan Aldrich yang fokus menyetir. Tanpa Lyra pungkiri bahwa saat ini Aldrich terlihat berkali-kali lipat jauh lebih tampan, rahang tegasnya terpampang nyata di depan mata. Sungguh indah, gumam Lyra terhanyut.Jarak antara restoran dan kantor yang dekat membuat Lyra tidak bisa berlama-lama di dalam mobil berdua bersama Bosnya yang tampan serta harum, ya, Aldrich memiliki aroma yang berbeda entah itu dari parfum atau apapun, yang pasti Lyra sangat menyukai wanginya."Kita sudah sampai." Ucapan Aldrich menyadarkan Lyra dari lamunannya.Lyra mengangguk, "Terima kasih, Pak." Ucapnya sembari melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil.Barulah Aldrich menyusul keluar, ditatapnya punggung Lyra yang perlahan semakin jauh dari pandangan. Tatapan pria itu masih setia dengan ketajaman, tapi tersirat kehangatan di dalam sana. Mungkin tidak akan ada orang yang menyadari hal itu da

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24
  • CEO di Tempat Tidurku   8. Friend Always Got Your Back

    Lyra duduk termenung dan sibuk mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana tidak, kejadian kemarin masih memenuhi kepalanya. Kelakuan bodoh yang bisa saja membuat Aldrich menjaga jarak bahkan mungkin menghindar. Apalagi pria itu mengatakan bahwa tugas Lyra mengenai korupsi di perusahaan telah selesai tinggal Aldrich yang mengerjakan sisanya.Untuk itu Lyra mendapatkan bonus yang cukup besar, bahkan ada kemungkinan akan naik jabatan. Tapi, Lyra ragu kalau Aldrich akan melakukan itu setelah apa yang terjadi kemarin sore. Bodoh. Lyra benar-benar menyesal karena sudah gagal mengontrol diri.Lagi-lagi Lyra hanya bisa menghela nafas frustrasi disaat karyawan lain sedang sibuk bergosip tentang pemanggilan beberapa atasan mereka, termasuk Manajer Perencanaan dan Evaluasi, Darmawan.Kehlani berjalan menghampiri cubicle Lyra, satu-satunya meja yang berlawanan arah dengan milik karyawan di bawah awasannya."Katanya ada salah satu karyawan yang jadi mata-mata, dia bantuin Pak Aldrich buat nyari bukti-bukt

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • CEO di Tempat Tidurku   9. Jangan Sentuh Dia!

    Langit mendung membuat suasana kantor yang sudah kisruh karena kasus penggelapan dana perusahaan bertambah mencekam. Tapi tidak bagi Lyra yang hatinya sedang berbunga-bunga karena Aldrich ingin bertemu dengan dirinya. Ya, seperti pesan yang karyawan sebelumnya sampaikan bahwa CEO mereka ingin Lyra datang ke ruangannya. Senangnya.Lyra berjalan menuju ruangan Aldrich dengan suasana hati yang berbunga-bunga. Rasa takut yang memenuhi kepalanya tentang dijauhi oleh Aldrich perlahan-lahan menghilang dan berganti rasa lega.Jika Aldrich tidak menghindar, maka Lyra bisa melancarkan rencana-rencana pendekatan lain kedepannya. Entah apa alasannya, tapi Lyra yakin bahwa CEO tampan itu memiliki sedikit perasaan terhadap dirinya, Lyra hanya perlu membuat pria itu sadar.Ya, Lyra tampak semakin semangat saat memikirkan hal itu.Tangan kanannya menenteng sebuah kopi Americano sebagai permintaan maaf mengenai kejadian kemarin sore. Itu hanya formalitas saja, karena siapapun tahu bahwa Lyra merasa se

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • CEO di Tempat Tidurku   10. Tinggal Bersama

    Rasa khawatir membuat Aldrich tidak bisa mengatakan apa-apa, ia hanya duduk sambil menatap Lyra yang sedang beristirahat setelah meminum obat di atas ranjang rumah sakit. Aldrich masih mengingat dengan sangat jelas ekspresi ketakutan yang gadis itu tunjukan saat dirinya selamatkan.Arrgh!!!Aldrich menggeram tertahan ketika sebuah kilasan mengenai kejadian di masa lalu terputar dengan tiba-tiba. Jantungnya terasa diremas kuat saat bayangan seorang wanita yang begitu putus asa sedang memanggil-manggil namanya dan berharap diirnya datang. Aldrich mengusap keringat di kedua pelipisnya, dadanya mulai terasa sesak."Pak, apa anda baik-baik saja?"Pertanyaan Farrel menyadarkan Aldrich dari lamunan. "Y--Yeah, i'm fine.""Apa Bapak--""Beritahu keluarganya atau siapapun, aku akan segera kembali." Ujar Aldrich yang kemudian beranjak dari kursi dan berlalu pergi.Farrel menatap kepergian sang atasan yang terlihat tertekan, lalu dilihatnya sosok Lyra sekilas. "Apa dia seberpengaruh itu ke Pak Al

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-16

Bab terbaru

  • CEO di Tempat Tidurku   19| Malam yang Mendebarkan (Kembali bersama)

    Aldrich berdiri diambang pintu apartemen, berhadapan dengan Lyra yang terlihat berantakan, air matanya tak mau berhenti mengalir walau sudah ia tahan sebisa mungkin. Lyra bahkan tak mampu memalingkan wajahnya dari Aldrich, dia kesal tapi juga rindu dalam waktu yang bersamaan."Kamu... Kamu bakalan berdiri terus disitu?" Lyra bertanya dengan suara bergetar."Will you be my girlfriend?" Aldrich mengungkapkan niat utamanya."Hah?"Lyra tampak kebingungan. Aldrich tersenyum samar seraya melangkah masuk apartemen, membuat Lyra refleks mundur."Maksudnya ap--apa?""Kamu udah mutusin aku dan ebelumnya kamu yang confess lebih dulu, you always bring that up tiap kali berantem. So now, giliranku. Will you be my girlfriend?" Aldrich menarik pinggang ramping Lyra hingga tubuh mereka saling bersentuhan.Hati Lyra berdebar jauh lebih cepat, mulutnya pun tak mampu untuk mengeluarkan kata-kata. Jadilah ia hanya memberi anggukan kecil sebagai jawaban.Tapi Aldrich tidak menerima jawaban seperti itu."

  • CEO di Tempat Tidurku   18. Kesempatan Mendapat Restu

    Aldrich berdiri di hadapan sang Ayah, Tuan besar Herdiano Wicaksana. Hubungan anak dan Ayah itu memang kurang baik, Aldrich yang ikut tinggal bersama sang Ibu setelah perceraian membuat mereka jadi jarang berhubungan. Meskipun begitu, Herdiano kerap kali pergi ke London untuk perjalanan bisnis dan mampir menemui Aldrich selagi ada di sana. Ya, jika dilihat dari jadwal kunjungannya yang sangat jarang dan selalu bertepatan dengan adanya pekerjaan, Aldrich yakin bahwa Ayahnya tidak sengaja pergi untuk bertemu dengannya.Kerajaan bisnis milik Wicaksana sangatlah besar dan butuh dedikasi tinggi agar bisa demikian. Herdiano seperti hidup hanya untuk bekerja, dia tidak peduli istrinya merasa kesepian atau tidak. Itulah yang membuat Adisti, sang istri memilih bercerai lalu menikahi pria asing dari negeri seberang. Aldrich tidak bisa menyalahkan Ibunya, dia berhak mendapatkan kebahagiaan, sama seperti Lyra."Dad, aku gak mau. Stella gadis yang baik, tapi aku gak bisa menghabiskan sisa umurku d

  • CEO di Tempat Tidurku   17. Kita Putus

    Hari bahkan minggu telah berlalu, selama itu pula kehidupan Lyra mengalami banyak perubahan. Kehadiran Aldrich sebagai kekasih terkesan banyak mengatur, dan Lyra yang memang bucin sering kali tidak bisa menolak. Tapi sejauh ini, hubungan mereka lancar-lancar saja. Keduanya tampak menikmati waktu bersama dengan sangat baik.Meskipun begitu, sampai saat ini setelah 4 bulan menjalin hubungan, Lyra masih belum diperkenalkan pada keluarga ataupun kerabat dekat Aldrich. Tidak masalah, Lyra mengerti. Toh, hubungan mereka juga belum seberapa lama.Hari ini, pekerjaan Lyra di kantor tidak terlalu banyak, berbeda dengan Aldrich yang sibuk rapat kesana-kemari. Hal itu menyebabkan keduanya belum sempat berbicara dari pagi. Lyra merindukannya. Tidak melihat wajah Aldrich sehari saja rasanya sungguh menyiksa."I miss you." Lyra membaca ulang pesannya sebelum benar-benar dikirim pada Aldrich.Kepada: Aldrichđź’ś|I miss you...|/Read/"Ha? Kok cuma dibaca?!" Lyra mendengus kesal, "Ngeselin banget, ck.

  • CEO di Tempat Tidurku   16. Bayang-Bayang Masa Lalu

    Lyra mulai membuka mata dengan perlahan. Cahaya matahari yang menerobos jendela begitu terang-terangan mengekspos dirinya dengan kondisi masih acak-acakan, rambut panjangnya terlihat seperti singa sehabis melakukan perburuan.Tunggu, Lyra tidak merasakan kehadiran Aldrich di sampingnya. Ia pun membuka mata secara penuh dan menengok ke arah jam yang ternyata sudah menunjukan pukul 7 pagi.Darn."Dia kemana?" Gumamnya setengah sadar.Lyra duduk bersila sembari mengumpulkan kesadaran sebelum beranjak dan mulai beraktifitas. Toh hari ini dia tidak akan pergi bekerja, begitupun dengan Aldrich yang sudah berjanji akan membantu dirinya berbenah di apartemen baru.Ya, tebakan kalian benar, Aldrich yang menyewakan apartemen itu. Dengan sedikit paksaan dan berbagai macam alasan yang sangat masuk di akal, yaitu tentang keamanan, Aldrich takut jika pihak Darmawan tidak terima jika keponakan jauhnya sendirilah yang telah melaporkan pria jahat itu. Dan, akhirnya Lyra mau menerima sarannya untuk pin

  • CEO di Tempat Tidurku   15. Hug Me, All Night

    Rasanya aneh, seperti baru kemarin Lyra diselamatkan Aldrich dari serangan sang mantan kekasih. Tapi sekarang, pria penyelamat itu sedang berbaring berbantalkan pangkuan Lyra yang juga asik mengelus rambut lembutnya.Entah sudah berapa lama Aldrich menceritakan hal yang menurutnya harus Lyra ketahui, dan gadis itu tampak sabar mendengarkan tanpa memotong apalagi menghakimi."Jujur saja, aku takut untuk mencintai seseorang lagi sejak sepeninggalnya Marissa. Dia seorang kasir minimarket dan semua orang menganggap kami tidak cocok bersama dengan alasan status sosial yang berbeda." Ucap Aldrich. "Rissa mendapatkan banyak tekanan, hingga akhirnya dia menyerah, menyerahkan kehidupannya." Lanjut Al.Lyra menunduk pelan, lalu dikecupnya kening Aldrich yang mulai menunjukan kesedihan. Bagaimanapun Aldrich merasa bersalah atas apa yang menimpa sang mantan kekasih, gadis malang itu tidak akan tersiksa dan menderita jika saja Aldrich tak pernah menyukainya."Aku takut, aku takut gagal menjagamu..

  • CEO di Tempat Tidurku   14. Resmi Pacaran

    Sejak kejadian di mall hari itu, Lyra menjadi semakin yakin jika sebenarnya Aldrich pun memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya, hanya tinggal menunggu pria itu sadar saja. Karena, kalau tidak ada perasaan apa-apa mana mungkin Aldrich rela pasang badan dan memperkenalkan diri sebagai kekasihnya, pikir Lyra. Diluar itu semua Lyra benar-benar bersyukur karena untuk kesekian kalinya Aldrich hadir sebagai penyelamat.Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian penyerangan Darmawan terhadap Lyra, maka sudah selama itu pula dia tinggal bersama Aldrich. Tidak terlalu banyak kemajuan diantara keduanya karena Aldrich terlalu sibuk bekerja hingga Lyra pun tidak tahu kapan pria itu pulang. Hanya sarapan yang selalu mereka lakukan bersama."Al..." Panggil Lyra yang saat ini baru melangkah keluar dari ruang pengadilan untuk putusan hukum untuk Darmawan.Aldrich pun menghentikan langkahnya dan berbalik, "Hm?"Lyra memasang senyum terbaiknya, "Terima kasih karena udah menambahkan laporan tenta

  • CEO di Tempat Tidurku   13. That's Not Your Fault

    Rasanya seperti mimpi bagi Lyra saat terbangun dalam dekapan hangat seorang pria, bahkan bukan pria biasa, melainkan CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Nikmat mana lagi yang gadis itu dustakan. Ia bahkan masih tidak percaya kalau Aldrich benar-benar menemani tidur dan memeluknya sepanjang malam, Lyra kira pria itu akan pergi setelah dirinya terlelap, ternyata dugaannya salah.Lyra kembali memejamkan mata, enggan untuk menyudahi kenyamanan yang sedang dirasakan."Lihatlah, gimana bisa aku tidak menyukai pria ini," gumam hatinya.Lalu, tiba-tiba saja sebuah usapan lembut mendarat di kepalanya. Lyra yang pura-pura masih tidur hanya bisa menahan lonjakan detak jantungnya dan berusaha tenang di tengah gempuran yang menggoyahkan iman."Ra... Wake up," bisik Aldrich tepat di telinga Lyra.Sontak saja Lyra membuka mata dan menengadahkan wajahnya untuk melihat wajah tampan Aldrich yang tidak manusiawi. Keduanya terdiam dan hanyut dalam tatapan satu sama lain."Gimana tidurnya?" Tanya Aldrich

  • CEO di Tempat Tidurku   12. Temani Aku (Mimpi Buruk)

    Gemuruh hujan angin dengan kilatan petir seakan menambah kecemasan Lyra di dalam tidurnya. Mata gadis itu terpejam erat, nafasnya memburu sambil bergerak gelisah. Entah mimpi buruk apa yang sedang dialami sampai-sampai membuat tidurnya tidak tenang sampai keringat bercucuran."Ah... Ti-- tidak! Lepaskan aku... Jangan, aku mohon..." Gumamnya dengan masih terpejam.Tok...Tok...Tok..."Lyra? Ada apa?"Di luar kamarnya terlihat Aldrich sedang berusaha memastikan keadaan tamunya yang terdengar berteriak beberapa saat lalu.Ya, Aldrich yang sedang membaca berkas pekerjaan tiba-tiba saja merasa haus dan saat pergi menuju dapur, ia pun mendengar Lyra memekik tertahan dari dalam kamarnya. Tentu saja itu membuat Aldrich khawatir dan mengurungkan niatnya pergi minum ke dapur, ia memilih untuk memastikan keadaan Lyra di dalam kamar sana."Lyra? Answer me!" Ujarnya.Shit. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Aldrich pun memutuskan untuk mengabaikan etika dan memilih masuk tanpa izin orangnya.

  • CEO di Tempat Tidurku   11. Gagal Malam Pertama

    Lyra meyakini bahwa perasaan yang dimilikinya untuk Aldrich bukan hanya rasa kagum semata seperti perkataan Adnan kala itu. Lyra merasakan sesuatu yang lebih dalam dari kekaguman, tapi ia juga tidak berani untuk menamai rasa itu cinta. Lyra tidak ingin salah menyimpulkan rasa dan membuat semua halnya menjadi kacau. Untuk saat ini, ia cukup puas hanya dengan bisa menatap pria bertubuh tegap yang saat ini sedang sibuk membaca buku, dia, Aldrich.Malam ini adalah malam pertama ia tinggal satu atap bersama Aldrich, Lyra juga tidak lupa bahwa tujuan CEO perusahaannya mengajak tinggal bersama semata-mata hanya untuk memberikan perlindungan, tidak lebih. Aldrich pun sudah menegaskan itu.Tok... Tok...Aldrich yang sedang membaca di sofa sudut kamarnya langsung mengalihkan pandangan. Dilihatnya ke arah pintu dan mendapati Lyra sedang berdiri sambil tersenyum gugup."Ada apa?" Tanya Aldrich.Lyra sendiri pun sebenarnya tidak tahu kenapa dia sampai mendatangi kamar CEO Aldrich dan mengganggu wak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status