Home / Romansa / CEO di Tempat Tidurku / 6. Pasangan Dadakan

Share

6. Pasangan Dadakan

Author: Dijeonie
last update Last Updated: 2022-08-15 14:34:15

Hari demi hari berlalu, semua orang sudah terbiasa dengan CEO baru beserta aturan-aturan yang belum lama ini diperbaharui. Aturan kali ini jauh lebih rinci dan berlaku pada semua karyawan apapun jabatannya.

Kecuali Manajer Darmawan yang sesekali masih suka bolos dan menimpakan pekerjaannya pada Lyra secara penuh. Menyebalkan tapi disisi lain juga melegakan karena dengan begitu Lyra bisa mengotak-atik komputer ataupun berkas di ruangan atasannya itu.

Seperti saat ini, Lyra tampak sibuk mengecek satu persatu file mencurigakan pada komputer perusahaan di ruangan Manajer Darmawan sambil celingak-celinguk karena takut pria paruh baya itu tiba-tiba muncul.

"Berkas apa ini?" Lyra bergumam. "Fck, dikunci." umpatnya.

Ia pun mengeluarkan flashdisk dan menyalin berkas tersebut agar ia bisa meminta seseorang untuk meretasnya nanti. Bagaimanapun Lyra ingin segera menyelesaikan pekerjaan rahasianya dan bekerja dengan tenang seperti hari-hari sebelumnya.

Setelah berhasil menyalin berkas tersebut Lyra bergegas keluar dari dalam ruangan, posisinya sebagai asisten memang sedikit menguntungkan karena tidak akan ada yang curiga jika dirinya keluar masuk ruang manajer perencanaan.

Lyra pun kembali menemui tim perencanaan dan evaluasi untuk lanjut bekerja sambil memantau kinerja para karyawan serta karyawati yang semenjak pergantian CEO jadi mendadak gesit dan banyak menurut pada ucapan Lyra.

Jujur saja, satu tahun menjadi seorang asisten ketika ada karyawan banyak yang beberapa tahun lebih tua itu sedikit melelahkan. Lyra sering dipandang remeh dan mendapatkan nyinyiran di belakang, ia bahkan digosipkan menjadi istri simpanan Manajer Darmawan. Padahal, najis sekali. Lyra benci pria mesum itu.

"Yeay, udah waktunya istirahat makan siang!" Seru Vina yang langsung beranjak dari kursi dan berdiri di ambang pintu yang seluruhnya terbuat dari kaca itu.

Kemudian disusul oleh dua orang lainnya, Nesa dan Mila. Tiga sekawan yang sama-sama mengincar perhatian dari CEO baru mereka yang tampan.

Lyra hanya tersenyum, ingin sekali rasanya memberitahu mereka bahwa dirinya pernah tidur dengan berbagi ranjang bersama CEO Aldrich Tama Wicaksana. Apa tidak gila mereka bertiga karena rasa iri yang sangat membuncah.

"Itu, itu! Pak Aldrich udah keluar dari ruangannya!" Seru Nesa sambil memukul-mukul pundah Vina yang berdiri paling depan.

"Ish, sakit tahu!" Protes Vina.

Sedangkan Mila tampak diam terkesima.

Dapat Lyra dengar kehebohan dari tiga sekawan dan dapat dipastikan itu berarti CEO tampan mereka sudah menunjukkan wujudnya. Bukan hanya Lyra yang terkikik pelan, melainkan karyawati lainpun sama. Bahkan beberapa karyawan tampak menggeleng tak habis pikir melihat rekan mereka yang centil seperti cacing kepanasan.

Namun ketika Lyra kembali fokus membereskan sisa perkejaannya tiba-tiba saja suasana berubah jadi hening. Maka Lyra pun kembali melihat ke arah pintu dan mendapati Aldrich berdiri di tengah-tengah ambang pintu.

Lyra melihat kesekitar karena takutnya bukan dia yang sedang Aldrich tatap. Hingga akhirnya dia sadar bahwa hanya dirinya yang duduk di dekat jendela menghadap meja para karyawan.

"Lyra." Panggil Aldrich.

Lyra mengangguk sambil beranjak dari kursi, kemudian berjalan menghampiri atasannya itu. Bisa Lyra lihat kalau saat ini Vina dan kedua temannya sedang melayangkan tatapan sinis, Lyra tidak begitu peduli.

Kehlani, teman Lyra yang paling akrab di divisi mereka sedang absen, jadi, niat Lyra tadinya akan makan berdua saja dengan Adnan. Pria itu mungkin sedang menunggu di kantin.

"Kenapa, Pak?" Tanya Lyra saat berdiri di hadapan Aldrich.

"Ikutlah denganku." Kata Aldrich.

Lyra yang sudah kelaparan rasanya sudah tidak punya tenaga untuk melakukan pekerjaan tambahan. Karena itulah dia tidak bisa ikut dan tidak ingin ikut.

Lyra menggeleng, penolakan halus itu membuat mereka yang melihat terkejut.

"Ini sudah jam makan siang, Pak. Maaf, tapi perut saya tidak bisa menunggu lagi." Katanya dengan ekspresi lelahnya.

"Pak, kalau ada pekerjaan itu sekiranya bisa saya kerjakan, maka biar saya saja yang menggantikan Bu Lyra." Kata Vina karena memang itu yang dia inginkan.

Ibu? Lyra mengernyit, tumben sekali dia memanggilnya seperti itu, selama menjadi atasan mereka rasanya Lyra hanya mendengar Vina and the gang memanggilnya dengan nama.

Aldrich tak pernah mengalihkan pandangannya dari Lyra, lalu, "Kita akan makan siang bersama, mari."

Mata Lyra membelalak tak percaya. "Hah?"

Aldrich tidak mengonfirmasi, melainkan berlalu terlebih dahulu. Melihat pria itu bersikeras agar Lyra ikut sepertinya memang ada sesuatu yang penting yang ingin Aldrich katakan secara langsung.

"Aish ..." Lyra merogoh ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan singkat pada Adnan agar temannya itu bisa makan siang tanpa harus menunggu.

Setelah itu, Lyra pergi menyusul langkah Aldrich yang sedang berjalan menuju lift. Dapat Lyra tebak jika saat ini orang-orang iri sedang menyebar gosip dan mengumpat atau bahkan mengutuk dirinya. Tapi, sudahlah.

***

Ternyata Aldrich mengajak Lyra untuk makan siang di luar, di sebuah restoran yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor perusahaan. Saat melihat menunya otomatis membuat Lyra merasa bahwa keputusannya untuk ikut adalah yang terbaik, kapan lagi bisa memakan makanan mahal tanpa harus mengeluarkan uang.

Dan sesuai dengan dugaan, sembari menunggu pesanan disiapkan, Aldrich mulai mengajukan pertanyaan seputar penyelidikan rahasianya mengenai Manajer Perencanaan yang diduga telah menggelapkan dana.

Untung saja Aldrich memesan ruang VIP, jadi mereka bisa berbicara dengan leluasa.

Lyra tampak mengeluarkan sebuah flashdisk dari dalam rok span kerjanya. "Saya sudah menyalin beberapa berkas yang mencurigakan Pak, sebagian berkasnya di kunci. Mungkin Pak CEO bisa meminta seseorang untuk membukanya, saya tidak ada kenalan yang pandai meretas."

Aldrich mengambil flahdisk tersebut. "Terima kasih. Dan ya, kecurigaan kita sepertinya tidak salah." Katanya.

Lyra mengerutkan kening, "Maksudnya?"

"Om Darmawan, maksudku Manaj--"

"Saya sudah tahu kalau Pak Darmawan adalah Pamannya Pak CEO, jadi memanggilnya Om juga tidak masalah." Kata Lyra.

Aldrich mengangguk. "Aku sudah mendapatkan bukti kuat kalau manajer keuangan, salah satu staff intern produksi sudah melakukan kerja sama dalam kasus penggelapan dana. Semua bukti itu mengarah pada Darmawan, my fcking uncle." Ucapnya.

"Tapi kan kita belum punya bukti tentang Pak Darmawan, dia bisa saja mengelak. Kalau kita menangkap Manajer keuangan sama staff produksi itu agak beresiko juga, takutnya mereka berdua diapa-apain supaya mau tutup mulut. Pak Darmawan bisa saja memakai nama keluarga Pak CEO sebagai backingan." Kata Lyra sembari memainkan garpu dan sendok.

Aldrich menatap jari jemari lentik itu. "Sudah lapar? Aku akan meminta mereka untuk--"

Lyra langsung menggeleng. "Tidak, tidak Pak ... saya belum terlalu lapar, menunggu sebentar lagi tidak akan membuatku meninggal."

"Baiklah."

Lyra tersenyum. "Jadi, rencana Pak CEO kedepannya bagaimana? Sudah hampir satu bulan kita melakukan penyelidikan ini."

"Satu bulan itu sudah cepat, kamu sudah melakukannya dengan baik." Ucap Aldrich.

Kalimat itu membuat kedua pipi Lyra memerah dan tersenyum malu-malu, selama bekerja dia tidak pernah mendengar kalimat seperti itu dari atasannya.

"Benarkah?" Tanya Lyra memastikan.

Aldrich mengangguk. "Yeah, you did great."

"Terima kasih."

"Kenapa berterima kasih?" Tanya Aldrich kebingungan.

"Se-- sebelumnya tidak pernah ada yang memuji pekerjaanku. Jadi, terima kasih ...." Jawab Lyra tersenyum hingga menampilkan lesung pipi yang sebelumnya tidak pernah terlihat oleh Aldrich.

Aldrich baru menyadari bahwa gadis itu terlihat jauh lebih cantik saat tersenyum lebar dengan dihiasi oleh lesung pipinya.

Senyuman itu, Aldrich terdiam untuk beberapa saat.

"Lyra," panggilnya.

"Iya, Pak?"

"Apa kamu selalu tersenyum seperti itu?"

Lyra menggeleng tidak tahu, "Aku tidak pernah mengingat seperti apa aku tersenyum, tapi--"

"Indah, aku baru menyadari lesung pipi di sebelah kanan." Ucap Aldrich.

Deg.

Lyra hampir saja tersedak air ludahnya sendiri. Ia sampai tidak bisa berkata-kata mendengar pria yang paling dihormati di perusahaannya memuji dirinya tentang sesuatu di luar pekerjaan.

Aldrich menyadari kecanggungan yang menyelimuti karyawati di hadapannya kini.

"Sepertinya tidak ada yang memujimu tentang hal itu juga." Kata Aldrich.

Lyra terkekeh pelan. "Pernah ada."

"Ah, your ex." Tebak Al.

Lyra mengangguk.

"Semoga dia sudah tidak mengganggumu lagi."

"Pak CEO masih mengingatnya ternyata ... Auh, tolong lupakan tentang kejadian di Tahun baru itu, aku merasa sangat malu setiap kali mengingatnya." Lyra menutupi wajah dengan kedua tangannya.

Aldrich terkekeh pelan.

"Tunggu, Pak CEO ketawa? Woah, kejadian langka!" Lyra tiba-tiba heboh sendiri dan itu membuatnya merasa bodoh karena seakan-akan ia sedang menunggu momen Aldrich tersenyum.

Aldrich memang jarang berbicara, tapi kharisma dan pembawaannya membuat orang-orang segan bahkan cenderung takut lebih dulu. Mereka yang dipanggil menghadap pun sering kelojotan dan panik sendiri, tapi dia adalah pimpinan yang adil, jika tidak melakukan kesalahan maka aman.

Lyra mengusap tengkuk dengan gugup, "Maaf Pak ..." Sesalnya.

"It's fine." Kata Al dan bersamaan dengan itu pesanan pun akhirnya datang.

Salah satu pelayan datang dengan membawa sebuah kue coklat berukuran sedang. Baik Lyra ataupun Aldrich tampak bertanya-tanya mengenai kue yang saat ini diletakan di atas meja.

"Permisi Kak, restoran kami memiliki hadiah untuk pasangan yang menjadi pemesan ke 10 yang memesan paket valentine couple." Ucap seorang pelayan.

Aldrich tidak merasa memesan paket, tapi dia memang memesan makanan yang sama dengan Lyra agar tidak lama.

Pelayan tersebut memperlihatkan halaman buku menu yang makanannya Lyra pesan dan di atasnya ternyata bertuliskan "Valentine Couple Packet".

Aldrich dan Lyra seketika saling memandang.

Related chapters

  • CEO di Tempat Tidurku   7. Kiss Me!

    Kecanggungan yang terjadi di restoran tadi masih dapat Lyra rasakan, apalagi saat ini ia hanya berdua di dalam mobil dengan Aldrich yang fokus menyetir. Tanpa Lyra pungkiri bahwa saat ini Aldrich terlihat berkali-kali lipat jauh lebih tampan, rahang tegasnya terpampang nyata di depan mata. Sungguh indah, gumam Lyra terhanyut.Jarak antara restoran dan kantor yang dekat membuat Lyra tidak bisa berlama-lama di dalam mobil berdua bersama Bosnya yang tampan serta harum, ya, Aldrich memiliki aroma yang berbeda entah itu dari parfum atau apapun, yang pasti Lyra sangat menyukai wanginya."Kita sudah sampai." Ucapan Aldrich menyadarkan Lyra dari lamunannya.Lyra mengangguk, "Terima kasih, Pak." Ucapnya sembari melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil.Barulah Aldrich menyusul keluar, ditatapnya punggung Lyra yang perlahan semakin jauh dari pandangan. Tatapan pria itu masih setia dengan ketajaman, tapi tersirat kehangatan di dalam sana. Mungkin tidak akan ada orang yang menyadari hal itu da

    Last Updated : 2022-08-24
  • CEO di Tempat Tidurku   8. Friend Always Got Your Back

    Lyra duduk termenung dan sibuk mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana tidak, kejadian kemarin masih memenuhi kepalanya. Kelakuan bodoh yang bisa saja membuat Aldrich menjaga jarak bahkan mungkin menghindar. Apalagi pria itu mengatakan bahwa tugas Lyra mengenai korupsi di perusahaan telah selesai tinggal Aldrich yang mengerjakan sisanya.Untuk itu Lyra mendapatkan bonus yang cukup besar, bahkan ada kemungkinan akan naik jabatan. Tapi, Lyra ragu kalau Aldrich akan melakukan itu setelah apa yang terjadi kemarin sore. Bodoh. Lyra benar-benar menyesal karena sudah gagal mengontrol diri.Lagi-lagi Lyra hanya bisa menghela nafas frustrasi disaat karyawan lain sedang sibuk bergosip tentang pemanggilan beberapa atasan mereka, termasuk Manajer Perencanaan dan Evaluasi, Darmawan.Kehlani berjalan menghampiri cubicle Lyra, satu-satunya meja yang berlawanan arah dengan milik karyawan di bawah awasannya."Katanya ada salah satu karyawan yang jadi mata-mata, dia bantuin Pak Aldrich buat nyari bukti-bukt

    Last Updated : 2022-08-26
  • CEO di Tempat Tidurku   9. Jangan Sentuh Dia!

    Langit mendung membuat suasana kantor yang sudah kisruh karena kasus penggelapan dana perusahaan bertambah mencekam. Tapi tidak bagi Lyra yang hatinya sedang berbunga-bunga karena Aldrich ingin bertemu dengan dirinya. Ya, seperti pesan yang karyawan sebelumnya sampaikan bahwa CEO mereka ingin Lyra datang ke ruangannya. Senangnya.Lyra berjalan menuju ruangan Aldrich dengan suasana hati yang berbunga-bunga. Rasa takut yang memenuhi kepalanya tentang dijauhi oleh Aldrich perlahan-lahan menghilang dan berganti rasa lega.Jika Aldrich tidak menghindar, maka Lyra bisa melancarkan rencana-rencana pendekatan lain kedepannya. Entah apa alasannya, tapi Lyra yakin bahwa CEO tampan itu memiliki sedikit perasaan terhadap dirinya, Lyra hanya perlu membuat pria itu sadar.Ya, Lyra tampak semakin semangat saat memikirkan hal itu.Tangan kanannya menenteng sebuah kopi Americano sebagai permintaan maaf mengenai kejadian kemarin sore. Itu hanya formalitas saja, karena siapapun tahu bahwa Lyra merasa se

    Last Updated : 2022-09-23
  • CEO di Tempat Tidurku   10. Tinggal Bersama

    Rasa khawatir membuat Aldrich tidak bisa mengatakan apa-apa, ia hanya duduk sambil menatap Lyra yang sedang beristirahat setelah meminum obat di atas ranjang rumah sakit. Aldrich masih mengingat dengan sangat jelas ekspresi ketakutan yang gadis itu tunjukan saat dirinya selamatkan.Arrgh!!!Aldrich menggeram tertahan ketika sebuah kilasan mengenai kejadian di masa lalu terputar dengan tiba-tiba. Jantungnya terasa diremas kuat saat bayangan seorang wanita yang begitu putus asa sedang memanggil-manggil namanya dan berharap diirnya datang. Aldrich mengusap keringat di kedua pelipisnya, dadanya mulai terasa sesak."Pak, apa anda baik-baik saja?"Pertanyaan Farrel menyadarkan Aldrich dari lamunan. "Y--Yeah, i'm fine.""Apa Bapak--""Beritahu keluarganya atau siapapun, aku akan segera kembali." Ujar Aldrich yang kemudian beranjak dari kursi dan berlalu pergi.Farrel menatap kepergian sang atasan yang terlihat tertekan, lalu dilihatnya sosok Lyra sekilas. "Apa dia seberpengaruh itu ke Pak Al

    Last Updated : 2022-10-16
  • CEO di Tempat Tidurku   11. Gagal Malam Pertama

    Lyra meyakini bahwa perasaan yang dimilikinya untuk Aldrich bukan hanya rasa kagum semata seperti perkataan Adnan kala itu. Lyra merasakan sesuatu yang lebih dalam dari kekaguman, tapi ia juga tidak berani untuk menamai rasa itu cinta. Lyra tidak ingin salah menyimpulkan rasa dan membuat semua halnya menjadi kacau. Untuk saat ini, ia cukup puas hanya dengan bisa menatap pria bertubuh tegap yang saat ini sedang sibuk membaca buku, dia, Aldrich.Malam ini adalah malam pertama ia tinggal satu atap bersama Aldrich, Lyra juga tidak lupa bahwa tujuan CEO perusahaannya mengajak tinggal bersama semata-mata hanya untuk memberikan perlindungan, tidak lebih. Aldrich pun sudah menegaskan itu.Tok... Tok...Aldrich yang sedang membaca di sofa sudut kamarnya langsung mengalihkan pandangan. Dilihatnya ke arah pintu dan mendapati Lyra sedang berdiri sambil tersenyum gugup."Ada apa?" Tanya Aldrich.Lyra sendiri pun sebenarnya tidak tahu kenapa dia sampai mendatangi kamar CEO Aldrich dan mengganggu wak

    Last Updated : 2022-10-22
  • CEO di Tempat Tidurku   12. Temani Aku (Mimpi Buruk)

    Gemuruh hujan angin dengan kilatan petir seakan menambah kecemasan Lyra di dalam tidurnya. Mata gadis itu terpejam erat, nafasnya memburu sambil bergerak gelisah. Entah mimpi buruk apa yang sedang dialami sampai-sampai membuat tidurnya tidak tenang sampai keringat bercucuran."Ah... Ti-- tidak! Lepaskan aku... Jangan, aku mohon..." Gumamnya dengan masih terpejam.Tok...Tok...Tok..."Lyra? Ada apa?"Di luar kamarnya terlihat Aldrich sedang berusaha memastikan keadaan tamunya yang terdengar berteriak beberapa saat lalu.Ya, Aldrich yang sedang membaca berkas pekerjaan tiba-tiba saja merasa haus dan saat pergi menuju dapur, ia pun mendengar Lyra memekik tertahan dari dalam kamarnya. Tentu saja itu membuat Aldrich khawatir dan mengurungkan niatnya pergi minum ke dapur, ia memilih untuk memastikan keadaan Lyra di dalam kamar sana."Lyra? Answer me!" Ujarnya.Shit. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Aldrich pun memutuskan untuk mengabaikan etika dan memilih masuk tanpa izin orangnya.

    Last Updated : 2022-10-29
  • CEO di Tempat Tidurku   13. That's Not Your Fault

    Rasanya seperti mimpi bagi Lyra saat terbangun dalam dekapan hangat seorang pria, bahkan bukan pria biasa, melainkan CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Nikmat mana lagi yang gadis itu dustakan. Ia bahkan masih tidak percaya kalau Aldrich benar-benar menemani tidur dan memeluknya sepanjang malam, Lyra kira pria itu akan pergi setelah dirinya terlelap, ternyata dugaannya salah.Lyra kembali memejamkan mata, enggan untuk menyudahi kenyamanan yang sedang dirasakan."Lihatlah, gimana bisa aku tidak menyukai pria ini," gumam hatinya.Lalu, tiba-tiba saja sebuah usapan lembut mendarat di kepalanya. Lyra yang pura-pura masih tidur hanya bisa menahan lonjakan detak jantungnya dan berusaha tenang di tengah gempuran yang menggoyahkan iman."Ra... Wake up," bisik Aldrich tepat di telinga Lyra.Sontak saja Lyra membuka mata dan menengadahkan wajahnya untuk melihat wajah tampan Aldrich yang tidak manusiawi. Keduanya terdiam dan hanyut dalam tatapan satu sama lain."Gimana tidurnya?" Tanya Aldrich

    Last Updated : 2022-11-04
  • CEO di Tempat Tidurku   14. Resmi Pacaran

    Sejak kejadian di mall hari itu, Lyra menjadi semakin yakin jika sebenarnya Aldrich pun memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya, hanya tinggal menunggu pria itu sadar saja. Karena, kalau tidak ada perasaan apa-apa mana mungkin Aldrich rela pasang badan dan memperkenalkan diri sebagai kekasihnya, pikir Lyra. Diluar itu semua Lyra benar-benar bersyukur karena untuk kesekian kalinya Aldrich hadir sebagai penyelamat.Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian penyerangan Darmawan terhadap Lyra, maka sudah selama itu pula dia tinggal bersama Aldrich. Tidak terlalu banyak kemajuan diantara keduanya karena Aldrich terlalu sibuk bekerja hingga Lyra pun tidak tahu kapan pria itu pulang. Hanya sarapan yang selalu mereka lakukan bersama."Al..." Panggil Lyra yang saat ini baru melangkah keluar dari ruang pengadilan untuk putusan hukum untuk Darmawan.Aldrich pun menghentikan langkahnya dan berbalik, "Hm?"Lyra memasang senyum terbaiknya, "Terima kasih karena udah menambahkan laporan tenta

    Last Updated : 2022-12-15

Latest chapter

  • CEO di Tempat Tidurku   19| Malam yang Mendebarkan (Kembali bersama)

    Aldrich berdiri diambang pintu apartemen, berhadapan dengan Lyra yang terlihat berantakan, air matanya tak mau berhenti mengalir walau sudah ia tahan sebisa mungkin. Lyra bahkan tak mampu memalingkan wajahnya dari Aldrich, dia kesal tapi juga rindu dalam waktu yang bersamaan."Kamu... Kamu bakalan berdiri terus disitu?" Lyra bertanya dengan suara bergetar."Will you be my girlfriend?" Aldrich mengungkapkan niat utamanya."Hah?"Lyra tampak kebingungan. Aldrich tersenyum samar seraya melangkah masuk apartemen, membuat Lyra refleks mundur."Maksudnya ap--apa?""Kamu udah mutusin aku dan ebelumnya kamu yang confess lebih dulu, you always bring that up tiap kali berantem. So now, giliranku. Will you be my girlfriend?" Aldrich menarik pinggang ramping Lyra hingga tubuh mereka saling bersentuhan.Hati Lyra berdebar jauh lebih cepat, mulutnya pun tak mampu untuk mengeluarkan kata-kata. Jadilah ia hanya memberi anggukan kecil sebagai jawaban.Tapi Aldrich tidak menerima jawaban seperti itu."

  • CEO di Tempat Tidurku   18. Kesempatan Mendapat Restu

    Aldrich berdiri di hadapan sang Ayah, Tuan besar Herdiano Wicaksana. Hubungan anak dan Ayah itu memang kurang baik, Aldrich yang ikut tinggal bersama sang Ibu setelah perceraian membuat mereka jadi jarang berhubungan. Meskipun begitu, Herdiano kerap kali pergi ke London untuk perjalanan bisnis dan mampir menemui Aldrich selagi ada di sana. Ya, jika dilihat dari jadwal kunjungannya yang sangat jarang dan selalu bertepatan dengan adanya pekerjaan, Aldrich yakin bahwa Ayahnya tidak sengaja pergi untuk bertemu dengannya.Kerajaan bisnis milik Wicaksana sangatlah besar dan butuh dedikasi tinggi agar bisa demikian. Herdiano seperti hidup hanya untuk bekerja, dia tidak peduli istrinya merasa kesepian atau tidak. Itulah yang membuat Adisti, sang istri memilih bercerai lalu menikahi pria asing dari negeri seberang. Aldrich tidak bisa menyalahkan Ibunya, dia berhak mendapatkan kebahagiaan, sama seperti Lyra."Dad, aku gak mau. Stella gadis yang baik, tapi aku gak bisa menghabiskan sisa umurku d

  • CEO di Tempat Tidurku   17. Kita Putus

    Hari bahkan minggu telah berlalu, selama itu pula kehidupan Lyra mengalami banyak perubahan. Kehadiran Aldrich sebagai kekasih terkesan banyak mengatur, dan Lyra yang memang bucin sering kali tidak bisa menolak. Tapi sejauh ini, hubungan mereka lancar-lancar saja. Keduanya tampak menikmati waktu bersama dengan sangat baik.Meskipun begitu, sampai saat ini setelah 4 bulan menjalin hubungan, Lyra masih belum diperkenalkan pada keluarga ataupun kerabat dekat Aldrich. Tidak masalah, Lyra mengerti. Toh, hubungan mereka juga belum seberapa lama.Hari ini, pekerjaan Lyra di kantor tidak terlalu banyak, berbeda dengan Aldrich yang sibuk rapat kesana-kemari. Hal itu menyebabkan keduanya belum sempat berbicara dari pagi. Lyra merindukannya. Tidak melihat wajah Aldrich sehari saja rasanya sungguh menyiksa."I miss you." Lyra membaca ulang pesannya sebelum benar-benar dikirim pada Aldrich.Kepada: Aldrich💜|I miss you...|/Read/"Ha? Kok cuma dibaca?!" Lyra mendengus kesal, "Ngeselin banget, ck.

  • CEO di Tempat Tidurku   16. Bayang-Bayang Masa Lalu

    Lyra mulai membuka mata dengan perlahan. Cahaya matahari yang menerobos jendela begitu terang-terangan mengekspos dirinya dengan kondisi masih acak-acakan, rambut panjangnya terlihat seperti singa sehabis melakukan perburuan.Tunggu, Lyra tidak merasakan kehadiran Aldrich di sampingnya. Ia pun membuka mata secara penuh dan menengok ke arah jam yang ternyata sudah menunjukan pukul 7 pagi.Darn."Dia kemana?" Gumamnya setengah sadar.Lyra duduk bersila sembari mengumpulkan kesadaran sebelum beranjak dan mulai beraktifitas. Toh hari ini dia tidak akan pergi bekerja, begitupun dengan Aldrich yang sudah berjanji akan membantu dirinya berbenah di apartemen baru.Ya, tebakan kalian benar, Aldrich yang menyewakan apartemen itu. Dengan sedikit paksaan dan berbagai macam alasan yang sangat masuk di akal, yaitu tentang keamanan, Aldrich takut jika pihak Darmawan tidak terima jika keponakan jauhnya sendirilah yang telah melaporkan pria jahat itu. Dan, akhirnya Lyra mau menerima sarannya untuk pin

  • CEO di Tempat Tidurku   15. Hug Me, All Night

    Rasanya aneh, seperti baru kemarin Lyra diselamatkan Aldrich dari serangan sang mantan kekasih. Tapi sekarang, pria penyelamat itu sedang berbaring berbantalkan pangkuan Lyra yang juga asik mengelus rambut lembutnya.Entah sudah berapa lama Aldrich menceritakan hal yang menurutnya harus Lyra ketahui, dan gadis itu tampak sabar mendengarkan tanpa memotong apalagi menghakimi."Jujur saja, aku takut untuk mencintai seseorang lagi sejak sepeninggalnya Marissa. Dia seorang kasir minimarket dan semua orang menganggap kami tidak cocok bersama dengan alasan status sosial yang berbeda." Ucap Aldrich. "Rissa mendapatkan banyak tekanan, hingga akhirnya dia menyerah, menyerahkan kehidupannya." Lanjut Al.Lyra menunduk pelan, lalu dikecupnya kening Aldrich yang mulai menunjukan kesedihan. Bagaimanapun Aldrich merasa bersalah atas apa yang menimpa sang mantan kekasih, gadis malang itu tidak akan tersiksa dan menderita jika saja Aldrich tak pernah menyukainya."Aku takut, aku takut gagal menjagamu..

  • CEO di Tempat Tidurku   14. Resmi Pacaran

    Sejak kejadian di mall hari itu, Lyra menjadi semakin yakin jika sebenarnya Aldrich pun memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya, hanya tinggal menunggu pria itu sadar saja. Karena, kalau tidak ada perasaan apa-apa mana mungkin Aldrich rela pasang badan dan memperkenalkan diri sebagai kekasihnya, pikir Lyra. Diluar itu semua Lyra benar-benar bersyukur karena untuk kesekian kalinya Aldrich hadir sebagai penyelamat.Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian penyerangan Darmawan terhadap Lyra, maka sudah selama itu pula dia tinggal bersama Aldrich. Tidak terlalu banyak kemajuan diantara keduanya karena Aldrich terlalu sibuk bekerja hingga Lyra pun tidak tahu kapan pria itu pulang. Hanya sarapan yang selalu mereka lakukan bersama."Al..." Panggil Lyra yang saat ini baru melangkah keluar dari ruang pengadilan untuk putusan hukum untuk Darmawan.Aldrich pun menghentikan langkahnya dan berbalik, "Hm?"Lyra memasang senyum terbaiknya, "Terima kasih karena udah menambahkan laporan tenta

  • CEO di Tempat Tidurku   13. That's Not Your Fault

    Rasanya seperti mimpi bagi Lyra saat terbangun dalam dekapan hangat seorang pria, bahkan bukan pria biasa, melainkan CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Nikmat mana lagi yang gadis itu dustakan. Ia bahkan masih tidak percaya kalau Aldrich benar-benar menemani tidur dan memeluknya sepanjang malam, Lyra kira pria itu akan pergi setelah dirinya terlelap, ternyata dugaannya salah.Lyra kembali memejamkan mata, enggan untuk menyudahi kenyamanan yang sedang dirasakan."Lihatlah, gimana bisa aku tidak menyukai pria ini," gumam hatinya.Lalu, tiba-tiba saja sebuah usapan lembut mendarat di kepalanya. Lyra yang pura-pura masih tidur hanya bisa menahan lonjakan detak jantungnya dan berusaha tenang di tengah gempuran yang menggoyahkan iman."Ra... Wake up," bisik Aldrich tepat di telinga Lyra.Sontak saja Lyra membuka mata dan menengadahkan wajahnya untuk melihat wajah tampan Aldrich yang tidak manusiawi. Keduanya terdiam dan hanyut dalam tatapan satu sama lain."Gimana tidurnya?" Tanya Aldrich

  • CEO di Tempat Tidurku   12. Temani Aku (Mimpi Buruk)

    Gemuruh hujan angin dengan kilatan petir seakan menambah kecemasan Lyra di dalam tidurnya. Mata gadis itu terpejam erat, nafasnya memburu sambil bergerak gelisah. Entah mimpi buruk apa yang sedang dialami sampai-sampai membuat tidurnya tidak tenang sampai keringat bercucuran."Ah... Ti-- tidak! Lepaskan aku... Jangan, aku mohon..." Gumamnya dengan masih terpejam.Tok...Tok...Tok..."Lyra? Ada apa?"Di luar kamarnya terlihat Aldrich sedang berusaha memastikan keadaan tamunya yang terdengar berteriak beberapa saat lalu.Ya, Aldrich yang sedang membaca berkas pekerjaan tiba-tiba saja merasa haus dan saat pergi menuju dapur, ia pun mendengar Lyra memekik tertahan dari dalam kamarnya. Tentu saja itu membuat Aldrich khawatir dan mengurungkan niatnya pergi minum ke dapur, ia memilih untuk memastikan keadaan Lyra di dalam kamar sana."Lyra? Answer me!" Ujarnya.Shit. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Aldrich pun memutuskan untuk mengabaikan etika dan memilih masuk tanpa izin orangnya.

  • CEO di Tempat Tidurku   11. Gagal Malam Pertama

    Lyra meyakini bahwa perasaan yang dimilikinya untuk Aldrich bukan hanya rasa kagum semata seperti perkataan Adnan kala itu. Lyra merasakan sesuatu yang lebih dalam dari kekaguman, tapi ia juga tidak berani untuk menamai rasa itu cinta. Lyra tidak ingin salah menyimpulkan rasa dan membuat semua halnya menjadi kacau. Untuk saat ini, ia cukup puas hanya dengan bisa menatap pria bertubuh tegap yang saat ini sedang sibuk membaca buku, dia, Aldrich.Malam ini adalah malam pertama ia tinggal satu atap bersama Aldrich, Lyra juga tidak lupa bahwa tujuan CEO perusahaannya mengajak tinggal bersama semata-mata hanya untuk memberikan perlindungan, tidak lebih. Aldrich pun sudah menegaskan itu.Tok... Tok...Aldrich yang sedang membaca di sofa sudut kamarnya langsung mengalihkan pandangan. Dilihatnya ke arah pintu dan mendapati Lyra sedang berdiri sambil tersenyum gugup."Ada apa?" Tanya Aldrich.Lyra sendiri pun sebenarnya tidak tahu kenapa dia sampai mendatangi kamar CEO Aldrich dan mengganggu wak

DMCA.com Protection Status