“Hargai keputusanku, Mas. Kau mencapai tujuanmu bersama orang lain. Tolong lepaskan aku!” Pinta Tias.
“Tidak! Aku tidak akan melepaskanmu dan membiarkan pernikahan kita poranda. Kita mulai dari awal.” Galih masih saja bertahan dengan pelukkannya.
“Jangan memaksaku berbuat kasar denganmu. Tolong!” Akan tetapi, Galih tidak peduli dengan ucapan Tias. Dia menarik tubuh Tias, dan membawa ke ranjang untuk berhubungan suami istri. Tias memberontak. Tubuhnya yang lemas digunakan untuk melawan keganasan Galih yang ingin mengajaknya berhubungan badan. Galih mulai menggila dengan membuka baju Tias.
“Lepaskan aku! Kau memang bajingan, Mas!” Teriak Tias. Galih tidak peduli. Dia terus saja membuka pakian Tias.Tak berhasil membuka, dia merobek pakaian Tias dengan sangat kasar. Rupanya, emosinya sudah mulai memuncak.
“Dia
Tias berhenti, kemudian menoleh ke arah lelaki itu. Dia menajamkan matanya, kemudian berlalu pergi. Suaminya masih memunggunginya saat Tias menoleh. Sementara Tias melenggang, masih terdengar ditelinga Tias Galih frustasi. Dia memukul kaca depan yang menjadi hiasan jendelanya. Tias berusaha tidak peduli dengan keadaan Galih. Mungkin lelaki itu sedang terluka sekarang. Akan tetapi, dia terlanjur sakit. Kali ini, tidak akan dia menengok ke belakang. Secara tid langsung, Galih sudah mengusirnya dengan kata-kata sarkasnya.Dia berjalan tak tentu arah. Dia memeluk tubuhnya sendiri yang terasa meriang. Rasanya hari ini begitu membuatnya emosi. Gerimis yang tadinya hanya menelisik kecil, kini berubah menjadi semakin besar. Dia membiarkan tubuhnya tertimpa hujan deras. Senja mulai menyeruak, namun gelayut awan hitam membayangi, sehingga warnanya tiada menjingga. Tias duduk di halte bus untuk menunggu bus datang. Dia tidak perdulikan tubuhnya yang kuyup
Tias kembali menyeruput coklatnya ketika selesai bercerita. Ilham tertegun. Teriris hatinya. Wanita yang dia cintai menderita batin dan raga saat ini.“Yas, kau yakin masih ingin mempertahankan rumah tanggamu, setelah kejadian hari ini?” tanya Ilham.“Aku tidak tahu, Mas. Aku selalu lemah jika di depannya. Entahlah, aku juga tidak tahu.” sesal Tias sambil menunduk.Ilham memgeng dagu wanita itu, agar wajahnya lurus dengan wajah Ilham. Mata mereka saling bertemu. Ada getar-getar halus yang bernada rindu di dalam jiwa mereka. Keduanya larut dalam buaian rasa yang membuncah.“Yas, aku masih Ilham yang dulu. Aku masih sangat mencintaimu, dengan atau tanpa tubuhmu. Jangan pernah hancurkan hidupmu untuk bersamanya. Aku akan membahagiakanmu.” Ilham membujuk sang kekasih. Arah pembicaraannya tentu saja berharap Tias akan melepaskan Galih, kemudian dia memiliki diri Tias se
Mereka masih mempertahankan posisi ini sangat lama. Mereka tidak saling bicara, namun hati mereka saling terpaut. Ilham merasa bahagia menyertai tubuhnya yang tegap. Demikian juga Tias. Dia tidak ragu lagi akan melangkah maju. Aroma maskulin ini juga yang dia rindukan dari pria itu sejak enam belas tahun yang lalu. Kini cinta mereka bersemi kembali, setelah terkubur selama enam belas tahun yang lalu. Tias berbalik badan. Setelah puas dengan posisi itu. Ilham menyadari pergerakan sang wanita.Wajah Tias merona di bawah lampu kamar yang temaram. Bibir sexi wanita itu membuat Ilham menelan salivanya. Wajah mereka saling bertemu dengan intensitas yang demikian dekat. Bahkan nafas mereka saling memburu. Dengan seluruh hasrat kelelakiannya, Ilham memajukan bibirnya untuk melumat habis bibir wanita itu. Semakin lama semak
Dia mengguyur kepalanya dengan air dingin untuk mendinginkan tubuhnya yang super panas. Tas bermandikan busa dengan aroma therapy kemudian keluar dengan handuk milik Ilham. Jujur, dia lelaki normal. Seandainya sudah sah, mungkin saat ini langsung dipeluk dan dihabisi di atas ranjangnya.Ilham mencekal lengan Tias kemudian memajukan wajahnya Tias bagai pasrah, dia memejamkan matanya membiarkan bibir itu tersentuk sempurna. Ilham mengulumbibir atasnya,sedangkan Tias meraih bibir bawah Ilham. Keduanya saling beradu nafas. Menarik dan mengulum sampai nafas hampir habis. Mereka melepaskan tautannya ketika oksigen dalam dadanya terasa hampir pupus.Tias akan meninggalkan Ilham, ketika mulut mereka terlepas. Akan tetapi, Ilham mencekal tangan Tias. Wanita itu menyembunyikan wajahnya malu-malu.“Lepaskan, Mas. Jangan sampai terlalu jauh kita melakukan dosa. Aku masih wanita bersuami. Tunggulah!” pinta Tias.
“Halo, gue butuh bantuan lo.” Ilham menghubungi pengacaranya. “Ada apa,Ham?” tanya sang pengacara. “Lo bisa bantu mengurus perceraian?” tanya Ilham. “Apa sih yang enggak buat lo? Siapa yang mau bercerai? Perasaan belum kawin, Ham?” tukas sang pengacara. “Bawel amat sih, Ka. Cewek gue yang mau cerai!” uangkap Ilham. “Parah, Lo! Mau jadi pebinor? Cari yang perawan napa?” tanya sang pengacara, ternyata namanya Raka. “Mau apa nggak? Kalau nggak mau gue punya orang lain untuk mengurus kasus itu,” gertak Ilham. “Gitu aja ngambek. Iya, besok gue ke kantor lo.” Ilham mengakhiri sambungan teleponnya. Ilham duduk di ruangan tengah sambil menggenggam gawainya. Dia sudah menghubungi juga beberapa orang untuk menghancurkan Galih, karena sudah berani-beraninya menyakiti kekasihnya. Jangan ditanya. Sampe lubang semut kuga akan dibenamkan o
Tipe manusia seperti Galih, selalu memiliki beberapa sisi tak terduga. Ternyata, lelaki itu memiliki sejuta rahasia yang tidak orang lain mengerti. Bahkan, Tias sendiri disinyalir tidak mengetahui pekerjaan sampingan dari Galih. Duh,kasihan sekali wanita itu. Dinginnya malam yang menusuk tulang akibat suhu yang ekstream, tidak membuat Ilham berhenti pada aktivitasnya. Sambil membuat desain peta dan beberapa deskripsi menggunakan sandi, dia membuat kopi untuk menghilangkan kantuk. Secangkir kopi menemaninya malam ini.Dia terus saja memikirkan hal itu sampai kokok ayam terdengar. Belum juga menemukan titik temu, tapi rasa lelah sudah menderanya. Dia merebahkan tubuhnya pada pukul tiga lewat seperempat pagi. Tanpa banyak ritual, sudah masuk ke alam mimpi. Lelaki itu masuk sangat dalam ke alam mimpi, teredengat dari dengkuran halus saat tertidur.Tidak lama kemudian, suara adzan mengalun merdu dari beberapa toa masjid. Suara itu mem
“Buka matamu. Aku sudah tahu kalau kau sengaja menarik tangaku. Lepaskan ihh,” pinta Tias.Namun, Ilham tidak mengindahkan pinta Tias. Dia tetap memeluk wanita itu. Nafas mereka masih memburu. Nafas khas bangun tidur yang masih belum fresh, tidak di pedulikan. Ilham tetap memeluk wanita itu.“Aku belum gosok gigi, ih. Nggak bau apa?” cicit Tias.Mendengar hal itu, Ilham membalik tubuh wanita itu, berada di bawahnya. Dia membuka mata, kemudia memandang lekat wajah wanita itu. Cantik, lebih cantik ketika bangun tidur seperti ini.“Kau mau gosok gigi?” Ilham tidak membiarkan kesempatan itu. Dia menghabisi bibir wanita itu dengan sangat lahap. Dia melepaskannya setelah kehabisan nafas.“Ih, nakal deh. Lepaskan! Perutku lapar,” pinta Tias dengan manja.“Kamu di saja. Biar aku yang masak,” tukas Ilham.
Lelaki itu terus mengaduk hingga asap mengepul lebih banyak dari dalam nasi yang sudah berwarna kecoklatan itu. Tandanya, nasi sudah matang. Ilham mengambil sendok, kemudian menyendok nasi goreng yang masih panas itu dan meniupnya. Kemudian, mengarahkan ke mulut Tias. Wanita itu, membuka mulutnya.“Bagaimana? Enak nggak?” tanya Ilham.“Bagiamana, ya?” Tias memberi teka-teki.“Asin, ih ....” Tias menggoda lelaki itu.“Benarkah?” Ilham menyendok nasi goreng yang masih ada di piring itu, kemudian memasukkan ke mulutnya. Tias berlari keluar dari dapur. Kemudian Ilham mengejarnya, karena wanitaq itu sudah membohonginya.“Ah, kamu ...” Ilham mengegelitiki tias, sehingga wanita itu menggelinjang karena merasa sangat deli.“Sudah ... sudah ... tobat, hahaha.” Wanita itu terus tertawa.
“Sepertinya, sudah waktunya.”“Oh, Galih maaf, aku harus membawanya.” Ilham menggendong sang istri untuk keluar dari pesta itu dia sangat panik. Sedangkan orang-orang juga memandang ke arah kepergian mereka. Ada bisik-bisik doa dari mereka, semoga baik-baik saja.***Meyyis_GN***Ilham langsung memasukkan tubuh sang istri ke dalam mobilnya. Keringatnya bercucuran, karena merasa tegang. “Huff … aduhhh ….”“Tahan, Sayang. Kamu kesakitan begitu. Ya Allah, semoga ….”“Mas, konsen nyetir … hufff ….” Tias menarik napas dan mengembuskan dengan berlahan lewat muluah.“Ahh … sabar, Sayang. Papa sedang berusaha, kita ke rumah sakit, ya?” Tias mengelus perutnya dan menahan rasa sakit yang teramat hebat. Dia menggigit bibir bawahnya. Ahirnya, lelaki itu
“Kamu tidak perlu mengajariku, kamu tahu … Mas Galih tidak akan pernah menyukai gaya itu lagi. Aku akan selalu membuatnya puas, sehingga tidak akan ada waktu lagi untuk memikirkan hal lain selain diriku. Apalagi, memikirkan masa lalu yang menjijikkan.” Mira sepertinya bukan lawan yang sangat tanggung bagi Milea. Dia tersenyum dan mulai berbalik turun. Kepala Milea sudah panas dan berasap. Ingin dia meledak sekarang, tapi tunggu nanti, hingga seluruh orang fokus pada makanannya, itu akan lebih mudah.Milea turun. Dia mengambil gelas dan sendok dan menabuhnya. Mereka semua melihat ke arah Milea. “Mohon perhatiannya, permisi!” Galih sudah tidak tahan lagi, tapi Mira mencegahnya.“Jangan, Mas. Biarkan dia berbuat semaunya. Nanti dia sendiri yang akan malu.” Galih mengangguk.“Kalian tahu, kedua mempelai? Mereka adalah pembatu dan suamiku, ups aku lupa … tepatnya mantan.
“Sudahlah, aku siap mendengarmu kapan saja. Tapi tidak sekarang, pengantin priamu sudah menunggu.” Mira bangkit dibantu oleh Tias. Mereka keluar menuju pelaminan. Karpet merah yang membentang menambah suasana dramatis, bagai ratu sejagad. Tias membantu memegang gaunnya, dengan anggun Mira melewati sejegkal demi sejengkal karpet merah itu. Kelopak mawar ditabur dari kanan dan kiri. Di ujung sebelum mencapai puncak Galih sudah siap menyambut pengantinnya dengan stelan jas tuxedo.***Meyyis_GN***Jangan lupa musik pengiring yang membuat suasana semakin sakral. Seluruh pasang mata berpusat ke arah kedatangan pengantin. Bisik-bisik terdengar, sehingga membuat suasana hati Milea semakin panas.“Kalian nora, pengantin ya cantik, tapi tidak alami.” Yang ada di sebelah Milea tersenyum sinis.“Kau iri? Makanya jangan berulah.” Milea yang sedang marah rasanya ingin meledak da
“Tidak ada, hanya sedikit merasa menekan perut.” Ilham menggangguk.“Mau makan apa? Biar aku ambilkan, sebelum pengantin wanita keluar dan kita akan sibuk memandangnya.” Tias mencubit pinggang suaminya.***Meyyis_GN***“Sepertinya aku mau sate saja. Tapi tolong lepaskan dari tusuknya, ya? Kata mama tidak boleh orang hamil makan langsung dari tusuknya.” Ilham tersenyum. Dia meninggalkan sang istri duduk sendiri dan mengambilkan makanannya yang sudah dipesan istrinya. Lelaki itu dengan elegan menuju ke tempat prasmanan.“Oh, mantan istrinya Mas Galih diundang semua ternyata?” Milea mendekati Tias. Tias tersenyum.“Sebagai mantan istri, tentu masih berkewajiban menjaga tali silaturahmi ‘kan? Bagaimana pun, pernah tidur satu ranjang, jadi tidak ada salahnya kalau berbaik hati mengucapkan selamat pada wanita yang menggantikan menemaninya t
“Satu minggu terasa sangat lama. Sabar ya, Sayang. Kamu akan puas setelah ijab-kabul.” Galih menunjuk miliknya dan tersenyum setelah tatanan rambut selesai. Siang ini, dia akan bermanja-manja dengan Mira. Dia memiliki energi baru untuk memulai sebuah kehidupan. Senyumnya merekah membuai siang yang terasa terik, namun baginya berbalut dengan kesejukan. Dia sduah merindukan sentuhan wanita, menyata kulitnya yang begitu sensitif dengan rangsangan.Galih mempersiapkan pernikahan ini dengan sangat baik. Dia menyewa jasa wedding organizer terbaik untuk mempersiapkan pernikahan ini. Di gedung hotel ternama, sudah disusun acara dengan sangat baik. Galih mengenakan stelan jan warna hitam, karena memang konsepnya internasional. Dia mengenakan tuxedo itu dan memandang penampilannya sendiri di depan cermin. “Ini untuk yang ke tiga kalinya aku mengucapkan ijab kabul. Semoga ini yang terakhir.” Galih berdoa salam hati. Dia membetulkan dasi kupu-k
“Aku ingin lihat! Pertontonkan saja!” Galih mengatakannya tanpa menoleh, dia melenggang pergi. Milea terasa meledak. Dia mengumpat sejadi-jadinya dan membuang benda apa saja ke arah kepergian Galih. Galih merasa lega setelah ancaman kepada Milea tersebut terlaksana. Dia menjadi geli sendiri, pernah tergila-gila pada wanita sejenis itu. Galih menyetir mobilnya dengan cepat menuju ke rumah, harus memastikan kekasihnya baik-baik saja.Galih langsung berlari menuju ke dalam rumah. Dia melihat kekasihnya sedang menggendong putranya, membuat dirinya lega. “Ada apa? Ada yang tertinggal?” Galih menggeleng. Dia memeluk sang istri dari belakang.“Aku mengkhawatirkanmu.” Mira mengerutkan keningya.“Mengkhawatirkanku? Kenapa?” Karena Gibran sudah tenang, maka dia menurunkan anak itu ke lantai yang dilapisi karpet tebal.“Milea tadi datang ‘kan?” M
Mira luruh ke kursi. Dia menyadari, bahwa serangan dari Milea itu normal. Namun dia berpikir lagi, apakah yang dikatakan oleh Milea itu benar? Bahwa dirinya merebut Galih dari tangan Milea? Mira mengingat kembali, kapan mulai saling jatuh cinta dan menyesap indahnya ciuman nikmat.Milea pergi dari rumah Galih dengan tersenyum smirk. Dia yakin pasti Mira merasa tertekan. Dia mengenal Mira selama beberapa tahun, wanita itu berhati baik. Dia pasti akan merasa bersalah dengan tekanan yang diberikan oleh Mira.Sementara itu, Galih menyaksikan aksi manatan istrinya lewat CCTV yang memang sengaja dia pasang. Galih pernah menjadi manusia paling brengsek di muka bumi ini, jadi dia sangat hafal dengan trik brengsek yang dimainkan oleh Milea. Dia menarik napas untuk menenangkan syarafnya. Galih menyuruh ajudannya untuk menyiapkan mobil pribadinya. Dia akan mencari MIlea untuk memberinya pelajaran yang akan wanita itu sesali seumur hidupnya.
“Aku mencintaimu, apa pun yang kau inginkan akan aku lakukan. Apalagi hanya menemani tidur,” bisik Ilham. Lelaki itu tidak berapa lama kemudian terlelap ke alam mimpi menyusul sang istri. Terkadang memang bumil akan sedikit manja.***Meyyis_GN***Milea tidak terima dengan penolakan dari Galih. Dia mencari tahu penyebabnya, bahkan menyelidiki. Dia menemukan Mira sebagai pengasuh dari putranya yang dicintai Galih. Dia menunggu Galih pergi kerja. Pagi itu, terlihat Galih sedang berpamitan dengan Mira. Lelaki itu mencium kening Mira. Semakin terbakar hati Milea.“Kamu lihat nanti! Kalian terlalu enak menikmati masa pacaran, hingga lupa dengan aku yang sakit hati.” Milea menggenggam tanggannya dengan erat, hingga kukunya menancap ke telapak tangannya.“Sayang, jangan lupa kunci rumah. Jangan biarkan siapa pun masuk. Kecuali aku meneleponmu dan memperbolehkan dia masuk.
“Kan bisa mengingatkan baik-baik, kenapa harus teriak, sih?” protes Tias.“Aku nggak teriak, Sayang. Maaf, ih jangan nangis, dong!” Tias sudah hampir nangis karena ucapan Ilham yang agak bernada tinggi. Dasar bumil!Ilham meraih tubuh sang istri yang hampir bergoyang karena menangis. “Ah, seperti inikah orang hamil? Kenapa selalu saja sensitif,” batin Ilham.“Aku akan menggendongmu,” ucap Ilham. Lelaki itu memang sangat memanjakan sang istri. Walau Tias begitu sedikit ceroboh dan jorok, namun lelaki itu tidak masalah untuk membereskn kekacauan yang dibuat oleh istrinya. Terkadang, memang kekurangan pasangan kita yang menjadi dasar pemicu pertengkaran. Tapi tidak dengan Ilham. Dia menjadikan kekurang sang istri sebagai semangat. Terkadang, sepulang kerja dia harus rela membereskan beberapa kekacauan istrinya.Sebenarnya, kadang Tias sudah h