“Diam! Kau ini cerewet sekali. Diam dan makan makananmu. Kita istirahat, setelah itu melanjutkan perjalanan. Kalau kau masih bicara, kusetrum biar mampus!” bentak lelaki botak itu. Lita bergidig ngeri. Dia tidak lapar. Tapi perlu tenaga.
“Bagaimana aku bisa makan? Tanganku saja kalian ikat?” tukas Lita.
“Lepaskan ikatannya! Tapi ingat, jangan macam-macam. Kalau kau macam-macam, akan ku penggal kepalamu,” bentak lelaki itu. Lita bergidig ngeri. Lelaki yang gendut menuruti perintah lelaki botak itu untuk melepaskan ikatannya.
“Angkat tangan!” Suara itu terdengar jelas di telinga mereka walau rupa belum terlihat karena gelapnya suasana. Mereka terperanjat dengan suara lantang tersebut. Dengan secara reflek mengambil senjatanya di saku mereka masing-masing. Sedangkan Lita berdiri dan bersembunyi. Wanita itu sudah gemetar melihat para pria akan beradu senjata laras panjang dan l
“Jangan basa-basi, Yuk!”Saat keluar Lita melihat suaminya Rendra berada di luar dan juga pak Doel. Dia langsung berlari menghampirinya dan memeluknya. Rendra membalas pelukakannya seraya mengucapkan terima kasih dengan Tuhan. Lelaki itu menangis haru, demikian juga dengan Lita.Melihat itu, Mario dan Ilham tersenyum, kemudian bekata, “pertemuan suami istri yang mengharukan.”“Jangan meledek. Siapa juga yang berbuat demikian saat beberapa hari lalu kekasihnya berhasil di selamatkan dari suaminya, ck alangkah lucunya hidup ini. Hahaha ... mari pulang. Aku sudah rindu selimut yang baru dicuci oleh istriku,” ajak Mario.“Ayo, aku juga rindu wajah kekasihku yang tersenyum karena sahabatnya sudah selamat.” Kedua sahabat itu berangkulan sambil jalan.Mereka menyusuri parit dan bersusah payah karena membawa lelaki terluka itu. Ketiga anggo
“Jangan meledekku. Atau besok akan dapat banyak tugas,” ancam Ilham.“Yah, pak bos nggak asik ih. Baiklah kalau pak bos mengancam. Aku nggak mau bantuin untuk mak comblangin sama Tias lagi.” Bibir wanita itu mengerucut, sehingga membuat Ilham tertawa lepas. Disela tawa mereka, perut Lita bergemuruh, sehingga mereka tertawa semakin keras.“Baiklah, kita mampir makan!” ajak Ilham.Dia sedikit menambah kecepatan. Setelah berkendara lima belas menit kemudian, barulah mereka sampai di tempat makan tenda biru. Kali ini, lesehan lamongan menjadi tempat tujuan mereka. Duduk bersila ditemani dengan temaram lampu, seolah mengingatkan masa silam tanpa listrik. Namun, ketenangan tercipta dari kesederhanaan itu.“Mangga, silakan. Ngersaken apa iye teh?” tanya bapak penjual.“Mang, Sunda banget tapi jualnya lesehan lamongan?&rdq
“Udah kangen-kangennya? Makan, gue laper.” Ilham langsung melepas jaketnya di depan Tias dan juga semua orang. Steelah itu kaosnya.“Ih, porno deh. Lepas di kamar napa sih?” tukas Tias. Dia memutar bola matanya.“Kenapa? Kau cemburu orang lain melihatnya?” Ilham mendekati Tias di kursi, sehingga Lita mundur untuk menata makanan di meja makan. Lita melambaikan tangan agar suaminya dan juga pak Doel mengikutinya.“Ada apa?” tanya Rendra.“Ih, kamu kayak nggak tahu aja. Mereka mau melepas kangen. Jangan ganggu.”“Kalau kita?” tanya Rendra sambil mengungkung Lita di rak peralatan makan.“Ehem, jangan sampai saya lari pulang gara-gara kangen sama istriku,” tukas bang Doel.“Hahaha ....”Mereka melanjutkan menata makan di meja ma
“Aku keluar sebelum ingin menerkammu. Suatu saat, aku akan ada di sampingmu.” Ilham mencium kening Tias, kemudian benar-benar melangkah keluar. Sebelum benar-benar keluar, dia menoleh kembali ke wajah kekasihnya, kemudian menutup rapat pintu itu.“Hallo, Dit. Percepat semuanya. Jika perlu, semua bukti serahkan. Biarkan dia meringkuk di penjara. Aku akan membuat dia membusuk di sana.” Ilham mematikan sambungannya, kemudian membuka pintu kamarnya, yang berada di sebelah kamar yang Tias tempati.Lelaki itu membuang sembarang gawainya, setelah itu membersihkan diri. Air hangat membuatnya sedikit nyaman. Tidak butuh waktu lama, hanya sedikit membuang keringat saja. Selembar handuk di lilitkan ke badannya, kemudian dia hanya mengenakan boxernya dan singlet. Bahkan dia tidak mengenakan celana dalam karena menurutnya sangat nyaman tidur tanpa pakaian dalam.Pagi menjelang. Tias sudah bangun karena harus s
“Ih, kalau nanti sih gak papa. Ck, kesel deh. Buruan, Lita akan pulang. Dia harus berangkat ‘kan? Dua hari tidak berangkat katanya,” cicit Tias sambil akan melenggang pergi. Namun, Ilham menarik dia masuk ke kamarnya.“Mas, apa yang kau lakukan?” Ilham menutup pintunya, kemudian menguncinya. Dia sengaja ingin mengetahui, apakah Tias masih trauma atau tidak.“Menurutmu? Dengan posisi kita yang seperti ini? Aku mau apa?” Ilham memepet Tias ke tembok, kemudian menutup pintunya.“Mas, jangan nekat.” Suara jantung Tias bergejolak tak karuan. Sentuhan Ilham pada bibirnya, bukan membuatnya takut. Tapi sebaliknya dia mengaharapkan lebih. Ini aneh, respon tubuhnya berbeda saat dekat dengan Ilham. Dia mempunyai ketakutan yang lebih, ketika bersama Galih. Tapi, bersama Ilham, dia menginginkan jika lelaki itu membelainya.Ilham melepaskannya, kemudian mengamb
“Body guard pada kemana, Sayang? Kok jam segini belum datang?” tanya Ilham sambil melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Ilham baru ingat apa yang ingin dia tanyakan semalam.“Semalam itu juga yang ingin kutanyakan. Kemana mereka? Polisi juga kemana?” tanya Ilham sambil menghadapkan wajahnya ke arah Tias.Tias nyengir menerima serangan pertanyaan dari Ilham. Sebab, dia yang menyuruh polisi dan juga body guard itu pulang.“Kusuruh pulang. Kasihan dia sudah berjaga dua hari. Istri dan anaknya pasti sudah rindu padanya. Jadi, aku suruh pulang. Jangan marah sama mereka. Mas gantengnya ilang kalau marah-marah. Senyum, dong?” bujuk Tias.Ilham membetulkan anakan rambut milik Tias. Dia akan pergi setelah body guard dan polisi itu datang. Dia tidak mau mengambil resiko. Tias belum pulih, jika harus bertarung lagi, pasti jahitannya akan ber
Tias meraih ponselnya. Dia mengerutkan keningnya. Sudah lama rasanya dia tidak menengok benda itu. Yang pertama di bukanya, aplikasi yang berwarna hijau. Wanita itu, membukanya. Ada keheranan yang menyambangi dirinya. Mengapa semua grup hilang dari aplikasi itu. Kecurigaannya semakin menjadi, ketika nomor Galih juga tidak ada. Hanya ada nomor Ilham dan juga Lita yang ada.Tias membuka profilnya, kemudian melihat nomor yang tertera. Ternyata, memang benar, Ilham mengganti nomor teleponnya. Tias menggeleng-gelengkan kepalanya. Sementara itu, Galih yang ada di rumah mengamuk dengan anak buahnya karena kegagalan tersebut.“Kalian memeng goblok! Nggak profesional sama sekali. Kok bisa begitu saja tidak becus! Kerja kalian cuma ongkang-ongkang saja. Saya tidak mau tahu, cari istriku sekarang!!!.” Kemarahan Galih memuncak, ketika salah seorang klining service, memberikan surat dari pengadilan agama. Sebenarnya, surat itu di
“Duh, sayang banget kamu harus musnah hanya karena emosi manusia itu. Hufff, siapa sebenarnya dia. Kenapa bisa buang-buang uang seperti ini. Tenang, Nak. Kau akan mendapatkan papa yang super kaya seperti ini. Milea berdiri dan membalik tubuh rampingnya, walau kandungannya kini genap tiga bulan.Hufff ... dia mengembuskan nafasnya sangat keras. Kemudian,dia membangunkan lelaki itu, karena siang ini akan dia ajak mengambil surat keputusan perceraian.“Sayang, ya Tuhan. Kenapa bisa tidur di mari? Bangun gih, kita mandi dan seneng-seneng,”Galih terhenyak dari tidurnya. Dia melihat berantakan akibat ulahnya. Dia mengusak-usak rambutnya yang sudah berantakan. Kemudian bangkit dan masuk ke kamarnya. Milea memanggil cleaning service yang berada di depan sedang membersihkan rerumputan liar. Galih memang memakai jasa cleaning service saat Tias sudah tinggal bersamanya lagi. Clining service itu member
“Sepertinya, sudah waktunya.”“Oh, Galih maaf, aku harus membawanya.” Ilham menggendong sang istri untuk keluar dari pesta itu dia sangat panik. Sedangkan orang-orang juga memandang ke arah kepergian mereka. Ada bisik-bisik doa dari mereka, semoga baik-baik saja.***Meyyis_GN***Ilham langsung memasukkan tubuh sang istri ke dalam mobilnya. Keringatnya bercucuran, karena merasa tegang. “Huff … aduhhh ….”“Tahan, Sayang. Kamu kesakitan begitu. Ya Allah, semoga ….”“Mas, konsen nyetir … hufff ….” Tias menarik napas dan mengembuskan dengan berlahan lewat muluah.“Ahh … sabar, Sayang. Papa sedang berusaha, kita ke rumah sakit, ya?” Tias mengelus perutnya dan menahan rasa sakit yang teramat hebat. Dia menggigit bibir bawahnya. Ahirnya, lelaki itu
“Kamu tidak perlu mengajariku, kamu tahu … Mas Galih tidak akan pernah menyukai gaya itu lagi. Aku akan selalu membuatnya puas, sehingga tidak akan ada waktu lagi untuk memikirkan hal lain selain diriku. Apalagi, memikirkan masa lalu yang menjijikkan.” Mira sepertinya bukan lawan yang sangat tanggung bagi Milea. Dia tersenyum dan mulai berbalik turun. Kepala Milea sudah panas dan berasap. Ingin dia meledak sekarang, tapi tunggu nanti, hingga seluruh orang fokus pada makanannya, itu akan lebih mudah.Milea turun. Dia mengambil gelas dan sendok dan menabuhnya. Mereka semua melihat ke arah Milea. “Mohon perhatiannya, permisi!” Galih sudah tidak tahan lagi, tapi Mira mencegahnya.“Jangan, Mas. Biarkan dia berbuat semaunya. Nanti dia sendiri yang akan malu.” Galih mengangguk.“Kalian tahu, kedua mempelai? Mereka adalah pembatu dan suamiku, ups aku lupa … tepatnya mantan.
“Sudahlah, aku siap mendengarmu kapan saja. Tapi tidak sekarang, pengantin priamu sudah menunggu.” Mira bangkit dibantu oleh Tias. Mereka keluar menuju pelaminan. Karpet merah yang membentang menambah suasana dramatis, bagai ratu sejagad. Tias membantu memegang gaunnya, dengan anggun Mira melewati sejegkal demi sejengkal karpet merah itu. Kelopak mawar ditabur dari kanan dan kiri. Di ujung sebelum mencapai puncak Galih sudah siap menyambut pengantinnya dengan stelan jas tuxedo.***Meyyis_GN***Jangan lupa musik pengiring yang membuat suasana semakin sakral. Seluruh pasang mata berpusat ke arah kedatangan pengantin. Bisik-bisik terdengar, sehingga membuat suasana hati Milea semakin panas.“Kalian nora, pengantin ya cantik, tapi tidak alami.” Yang ada di sebelah Milea tersenyum sinis.“Kau iri? Makanya jangan berulah.” Milea yang sedang marah rasanya ingin meledak da
“Tidak ada, hanya sedikit merasa menekan perut.” Ilham menggangguk.“Mau makan apa? Biar aku ambilkan, sebelum pengantin wanita keluar dan kita akan sibuk memandangnya.” Tias mencubit pinggang suaminya.***Meyyis_GN***“Sepertinya aku mau sate saja. Tapi tolong lepaskan dari tusuknya, ya? Kata mama tidak boleh orang hamil makan langsung dari tusuknya.” Ilham tersenyum. Dia meninggalkan sang istri duduk sendiri dan mengambilkan makanannya yang sudah dipesan istrinya. Lelaki itu dengan elegan menuju ke tempat prasmanan.“Oh, mantan istrinya Mas Galih diundang semua ternyata?” Milea mendekati Tias. Tias tersenyum.“Sebagai mantan istri, tentu masih berkewajiban menjaga tali silaturahmi ‘kan? Bagaimana pun, pernah tidur satu ranjang, jadi tidak ada salahnya kalau berbaik hati mengucapkan selamat pada wanita yang menggantikan menemaninya t
“Satu minggu terasa sangat lama. Sabar ya, Sayang. Kamu akan puas setelah ijab-kabul.” Galih menunjuk miliknya dan tersenyum setelah tatanan rambut selesai. Siang ini, dia akan bermanja-manja dengan Mira. Dia memiliki energi baru untuk memulai sebuah kehidupan. Senyumnya merekah membuai siang yang terasa terik, namun baginya berbalut dengan kesejukan. Dia sduah merindukan sentuhan wanita, menyata kulitnya yang begitu sensitif dengan rangsangan.Galih mempersiapkan pernikahan ini dengan sangat baik. Dia menyewa jasa wedding organizer terbaik untuk mempersiapkan pernikahan ini. Di gedung hotel ternama, sudah disusun acara dengan sangat baik. Galih mengenakan stelan jan warna hitam, karena memang konsepnya internasional. Dia mengenakan tuxedo itu dan memandang penampilannya sendiri di depan cermin. “Ini untuk yang ke tiga kalinya aku mengucapkan ijab kabul. Semoga ini yang terakhir.” Galih berdoa salam hati. Dia membetulkan dasi kupu-k
“Aku ingin lihat! Pertontonkan saja!” Galih mengatakannya tanpa menoleh, dia melenggang pergi. Milea terasa meledak. Dia mengumpat sejadi-jadinya dan membuang benda apa saja ke arah kepergian Galih. Galih merasa lega setelah ancaman kepada Milea tersebut terlaksana. Dia menjadi geli sendiri, pernah tergila-gila pada wanita sejenis itu. Galih menyetir mobilnya dengan cepat menuju ke rumah, harus memastikan kekasihnya baik-baik saja.Galih langsung berlari menuju ke dalam rumah. Dia melihat kekasihnya sedang menggendong putranya, membuat dirinya lega. “Ada apa? Ada yang tertinggal?” Galih menggeleng. Dia memeluk sang istri dari belakang.“Aku mengkhawatirkanmu.” Mira mengerutkan keningya.“Mengkhawatirkanku? Kenapa?” Karena Gibran sudah tenang, maka dia menurunkan anak itu ke lantai yang dilapisi karpet tebal.“Milea tadi datang ‘kan?” M
Mira luruh ke kursi. Dia menyadari, bahwa serangan dari Milea itu normal. Namun dia berpikir lagi, apakah yang dikatakan oleh Milea itu benar? Bahwa dirinya merebut Galih dari tangan Milea? Mira mengingat kembali, kapan mulai saling jatuh cinta dan menyesap indahnya ciuman nikmat.Milea pergi dari rumah Galih dengan tersenyum smirk. Dia yakin pasti Mira merasa tertekan. Dia mengenal Mira selama beberapa tahun, wanita itu berhati baik. Dia pasti akan merasa bersalah dengan tekanan yang diberikan oleh Mira.Sementara itu, Galih menyaksikan aksi manatan istrinya lewat CCTV yang memang sengaja dia pasang. Galih pernah menjadi manusia paling brengsek di muka bumi ini, jadi dia sangat hafal dengan trik brengsek yang dimainkan oleh Milea. Dia menarik napas untuk menenangkan syarafnya. Galih menyuruh ajudannya untuk menyiapkan mobil pribadinya. Dia akan mencari MIlea untuk memberinya pelajaran yang akan wanita itu sesali seumur hidupnya.
“Aku mencintaimu, apa pun yang kau inginkan akan aku lakukan. Apalagi hanya menemani tidur,” bisik Ilham. Lelaki itu tidak berapa lama kemudian terlelap ke alam mimpi menyusul sang istri. Terkadang memang bumil akan sedikit manja.***Meyyis_GN***Milea tidak terima dengan penolakan dari Galih. Dia mencari tahu penyebabnya, bahkan menyelidiki. Dia menemukan Mira sebagai pengasuh dari putranya yang dicintai Galih. Dia menunggu Galih pergi kerja. Pagi itu, terlihat Galih sedang berpamitan dengan Mira. Lelaki itu mencium kening Mira. Semakin terbakar hati Milea.“Kamu lihat nanti! Kalian terlalu enak menikmati masa pacaran, hingga lupa dengan aku yang sakit hati.” Milea menggenggam tanggannya dengan erat, hingga kukunya menancap ke telapak tangannya.“Sayang, jangan lupa kunci rumah. Jangan biarkan siapa pun masuk. Kecuali aku meneleponmu dan memperbolehkan dia masuk.
“Kan bisa mengingatkan baik-baik, kenapa harus teriak, sih?” protes Tias.“Aku nggak teriak, Sayang. Maaf, ih jangan nangis, dong!” Tias sudah hampir nangis karena ucapan Ilham yang agak bernada tinggi. Dasar bumil!Ilham meraih tubuh sang istri yang hampir bergoyang karena menangis. “Ah, seperti inikah orang hamil? Kenapa selalu saja sensitif,” batin Ilham.“Aku akan menggendongmu,” ucap Ilham. Lelaki itu memang sangat memanjakan sang istri. Walau Tias begitu sedikit ceroboh dan jorok, namun lelaki itu tidak masalah untuk membereskn kekacauan yang dibuat oleh istrinya. Terkadang, memang kekurangan pasangan kita yang menjadi dasar pemicu pertengkaran. Tapi tidak dengan Ilham. Dia menjadikan kekurang sang istri sebagai semangat. Terkadang, sepulang kerja dia harus rela membereskan beberapa kekacauan istrinya.Sebenarnya, kadang Tias sudah h