Share

Bab 107 Nurma Sakit

“Ma, makan dulu ya,” bujuk Bagus sambil membawa semangkuk bubur hangat yang baru dimasak oleh asisten rumah tangganya.

Sudah dua hari sejak pertengkaran itu, Nurma jatuh sakit dan susah sekali untuk makan. Apapun yang dimakan Nurma terasa pahit. Hingga membuat wajah Nurma semakin pucat karena kurangnya asupan makanan ke dalam tubuh.

Seperti pagi ini, lagi-lagi Bagus harus bekerja keras membujuk Nurma untuk makan. Akan tetapi, sama dengan hari sebelumnya, Nurma menolak. Bahkan Nurma enggan menatap Bagus. Wanita itu masih kesal pada suaminya. Sulit rasanya melupakan pertengkaran mereka setelah Nurma kembali ke Jakarta waktu itu.

“Ma, kalau nggak mau makan, nanti nggak sembuh-sembuh,” bujuk Bagus untuk kesekian kalinya.

“Biarin. Biar mati sekalian. Kan Papa senang kalau Mama sakit. Itu kan maunya Papa?” Nurma mencibir sambil melengos.

Bagus menghela napas berat. “Jangan ngomong gitu dong, Ma. Ucapan itu doa. Papa nggak mau lihat Mama sakit kayak gini. Papa tuh maunya Mama sehat.”

“Kalau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status