Thasia memegang dinding, tubuhnya terasa tidak nyaman, wajah memucat dan dia tidak berhenti ingin muntah.Namun, tidak ada yang keluar.Melihat ini Jeremy seketika melangkah maju untuk menopangnya. "Kamu kenapa? Nggak enak badan?"Thasia menepis tangannya, matanya berkaca-kaca. "Bukannya tadi bilang mau cerai, untuk apa kamu peduli padaku?"Melihat wajahnya yang pucat, Jeremy tahu wanita ini sedang tidak enak badan, nada bicaranya pun melembut, "Masuk ke dalam dulu, jangan bahas hal ini dulu."Jeremy menopang pinggangnya dan membawanya masuk.Thasia tidak menolak, dia tidak ingin bertengkar dengan Jeremy di depan pintu, nanti orang tuanya melihat ini dan malah akan mengkhawatirkannya.Meski pernikahannya tidak membahagiakan, orang tuanya tidak boleh tahu.Setelah sampai di mobil, melihat Thasia tidak terlalu senang, Jeremy pun menghela napas, dia segera memeluk wanita itu. "Thasia, apa yang harus kulakukan padamu?"Thasia bersandar pada bahunya, hidungnya memerah, entah sejak kapan dir
"Pas sekali kamu ada di sini, aku juga membuatkanmu sup penambah gizi." Yasmin segera menyuruh pembantunya, "Ambilkan sup Thasia kemari."Thasia merasa bingung, wanita itu selalu memikirkan Lisa, kenapa bisa membuatkannya sup juga?Mata Yasmin tertuju pada Thasia. "Obat ini aku dapatkan dari ahli obat herbal, dia bilang kalau meminumnya pasti langsung hamil. Setelah kamu minum mungkin saja kamu langsung hamil."Pembantu di rumah segera mengambilkan obatnya, begitu Thasia mencium aromanya dia merasa mual.Dia langsung menolaknya, menyuruh pembantu itu untuk membawanya jauh-jauh. "Bawa pergi, aku nggak bisa minum itu."Melihatnya menolak, Yasmin langsung berkata, "Thasia, apa maksudmu, aku sudah susah-susah membuat sup ini untukmu, kenapa kamu nggak mau minum. Karena kamu nggak hamil-hamil, jadi kamu harus meminum obat ini, cepat minum."Pembantu itu menyerahkan supnya pada Thasia lagi.Seketika bau sup itu membuat Thasia tidak tahan. "Nggak bisa ...."Dia langsung berlari ke toilet."Th
Perkataannya membuat langkah Thasia berhenti.Memanfaatkannya?Memangnya dirinya bisa dimanfaatkan untuk apa?Orang sepintar Jeremy kalau ingin memanfaatkan orang juga tidak mungkin mencari orang sepertinya.Melihatnya bingung, Lisa menebak Thasia sepertinya tidak tahu, jadi dia mengangkat dagunya, dengan senang berkata, "Kamu pasti nggak tahu apa maksud perkataanku?"Memanfaatkannya? Kedengarannya sangat tidak masuk akal.Namun, dia yakin Lisa sedang mencari cara untuk memisahkan mereka.Dia menoleh, melihat Lisa tersenyum, menantikan Thasia akan bertanya padanya.Sedangkan Thasia, dia tidak bertanya, dia tidak mau Lisa mendapatkan respons seperti yang wanita itu inginkan."Kamu sepertinya sangat ingin memberitahuku."Wajah Lisa membeku.Dia merasa kesal menghadapi Thasia yang selalu bertindak di luar prediksinya.Thasia menatapnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Bukankah tujuanmu agar aku dan Jeremy bercerai, lalu kamu bisa menikah dengannya? Sekarang kamu merasa terancam, ya?"Ta
Suster segera mendekat dan membawa Lisa pergi.Yasmin merasa kesal, tapi dia hanya bisa berhenti marah-marah, dia lebih mengkhawatirkan Lisa.Saat Lisa didorong dengan kasur, Yasmin yang mengikutinya, saat menunggu di pintu ruang darurat, wanita itu berdoa sambil menunggu dengan khawatir.Dokter sedang menceritakan keadaan Lisa pada Jeremy, jadi tidak ada yang memedulikan Thasia.Thasia berdiri di samping, melihat semua orang mengkhawatirkan Lisa, dia merasa dirinya seperti orang luar.Setelah Lisa dibawa keluar, dia dibawa kembali ke kamarnya tadi.Jeremy tidak masuk, dia menyadari Thasia yang berjalan di belakangnya, dia pun menoleh dan berkata, "Lisa sekarang nggak boleh merasa kesal, sebaiknya kamu nggak berduaan dengannya."Seketika hati Thasia terasa seperti diremas. Pria ini menyalahkannya?Menyalahkannya karena membuat Lisa marah, menyuruhnya untuk jangan membuat Lisa marah lagi.Melihat Thasia hanya menunduk dan tidak berkata apa-apa, Jeremy merasa dia pasti akan berpikir yang
Di sebuah kamar hotel yang berantakan.Saat Thasia terbangun seluruh badannya terasa nyeri.Dia mengucek matanya. Saat dia hendak bangun, dia melihat seseorang sedang berbaring di sebelahnya.Seorang pria dengan wajah yang tampan dan menawan.Pria itu masih belum bangun, juga tidak terlihat akan bangun.Thasia segera terduduk. Selimut di tubuhnya merosot ke bawah, memperlihatkan pundaknya yang putih penuh dengan tanda semalam.Dia pun segera turun dari ranjang. Di atas ranjang terlihat jelas noda darah yang mencolok.Setelah melihat jam, ternyata sudah hampir jam masuk kerja, dia pun segera mengambil baju kerjanya yang berantakan dan memakainya.Stoking yang dia pakai semalam sudah dirobek oleh pria itu.Dia pun meremasnya menjadi sebuah bola, melemparnya ke dalam tong sampah, lalu memakai sepatu hak tingginya.Saat itu ada orang yang mengetuk pintu.Thasia sudah berpakaian rapi, kembali ke penampilannya sebagai seorang sekretaris. Dia segera mengambil tasnya dan berjalan keluar.Orang
Mendengar ini Thasia hampir terjatuh karena terkejut.Tubuhnya pun bersandar pada pria itu.Saat Jeremy merasa Thasia hampir terjatuh, tangannya langsung melingkar di pinggangnya.Kehangatan tubuh pria itu seketika mengingatkannya pada pergulatan mereka semalam.Thasia segera menenangkan dirinya. Dia mendongak, menatap sepasang mata gelap pria itu.Tatapan pria itu begitu serius, ada kebingungan dan keraguan, seakan-akan bisa membaca isi pikiran Thasia.Jantung Thasia berdetak kencang.Dia segera menghindari tatapan pria itu dengan menundukkan kepalanya.Barusan saat Jeremy berpikir pasangannya semalam adalah wanita panggilannya tadi, pria itu sudah mengamuk, kalau Thasia mengakuinya, bukannya dirinya akan berakhir dengan mengerikan.Dia tidak terima.Namun, kalau Jeremy tahu bahwa wanita semalam adalah dirinya, apakah pernikahan mereka masih bisa dipertahankan?Thasia tidak berani menatap matanya. "Kenapa bertanya seperti itu?"Hanya Thasia yang tahu bahwa dirinya sangat penasaran pad
Saat menoleh, dia melihat Lisa sedang memakai celemek, di tangannya terdapat sendok sup.Saat wanita itu melihat Thasia, senyumannya seketika membeku, tapi detik berikutnya dia berkata dengan ramah, "Tamu Bibi, ya? Kebetulan aku membuat supnya cukup banyak, ayo masuk."Sikapnya sangat lugas seakan-akan dia adalah tuan rumah ini.Sedangkan Thasia adalah tamu yang datang berkunjung.Kalau dipikir-pikir, benar juga, gadis itu sebentar lagi akan menjadi tuan rumah di sini.Thasia mengerutkan keningnya, dia merasa sedikit tidak senang.Pernikahannya dan Jeremy disiarkan di seluruh kota, Lisa bahkan sempat mengirimkan kartu ucapan selamat, tidak mungkin gadis ini tidak tahu dirinya adalah istri Jeremy.Saat Lisa melihat Thasia tidak bergerak, dia segera menarik tangannya. "Jangan sungkan, cepatlah masuk."Saat Lisa mendekat Thasia bisa mencium aroma bunga melati. Dia ingat tahun lalu saat dia berulang tahun, Jeremy pernah memberikannya parfum dengan aroma yang sama persis dengan aroma ini.S
"Suasana hati Kak Thasia hari ini sedang nggak baik, dia nggak mau mengantarkan dokumennya, jadi aku yang mengantarkannya." Lalu Lisa sengaja menunjukkan bekas luka di tangannya. "Jeremy, kamu jangan menyalahkan Kak Thasia, aku rasa dia nggak bermaksud begitu, dokumennya nggak terlambat, 'kan?Baru kali ini Thasia berani memberikan dokumen kantor kepada orang lain.Jeremy merasa sangat kesal, tapi karena ada Lisa di sini dia pun menahannya, dia hanya melonggarkan ikatan dasinya, lalu berkata, "Nggak apa-apa."Dia pun mengalihkan topik pembicaraan. "Karena sudah datang, maka duduklah sebentar."Mendengar ini seketika Lisa merasa senang. Setidaknya pria itu tidak membencinya dan masih menerimanya."Bukannya kamu ada rapat? Apakah aku mengganggumu?"Jeremy pun menelepon seseorang. "Undur rapatnya selama setengah jam."Lisa pun tersenyum. Tadi dia sempat khawatir Jeremy akan marah karena waktu itu dia pergi tanpa pamitan, ternyata dirinya yang berlebihan.Waktu yang sudah dia lewatkan masi