Perkataannya membuat langkah Thasia berhenti.Memanfaatkannya?Memangnya dirinya bisa dimanfaatkan untuk apa?Orang sepintar Jeremy kalau ingin memanfaatkan orang juga tidak mungkin mencari orang sepertinya.Melihatnya bingung, Lisa menebak Thasia sepertinya tidak tahu, jadi dia mengangkat dagunya, dengan senang berkata, "Kamu pasti nggak tahu apa maksud perkataanku?"Memanfaatkannya? Kedengarannya sangat tidak masuk akal.Namun, dia yakin Lisa sedang mencari cara untuk memisahkan mereka.Dia menoleh, melihat Lisa tersenyum, menantikan Thasia akan bertanya padanya.Sedangkan Thasia, dia tidak bertanya, dia tidak mau Lisa mendapatkan respons seperti yang wanita itu inginkan."Kamu sepertinya sangat ingin memberitahuku."Wajah Lisa membeku.Dia merasa kesal menghadapi Thasia yang selalu bertindak di luar prediksinya.Thasia menatapnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Bukankah tujuanmu agar aku dan Jeremy bercerai, lalu kamu bisa menikah dengannya? Sekarang kamu merasa terancam, ya?"Ta
Suster segera mendekat dan membawa Lisa pergi.Yasmin merasa kesal, tapi dia hanya bisa berhenti marah-marah, dia lebih mengkhawatirkan Lisa.Saat Lisa didorong dengan kasur, Yasmin yang mengikutinya, saat menunggu di pintu ruang darurat, wanita itu berdoa sambil menunggu dengan khawatir.Dokter sedang menceritakan keadaan Lisa pada Jeremy, jadi tidak ada yang memedulikan Thasia.Thasia berdiri di samping, melihat semua orang mengkhawatirkan Lisa, dia merasa dirinya seperti orang luar.Setelah Lisa dibawa keluar, dia dibawa kembali ke kamarnya tadi.Jeremy tidak masuk, dia menyadari Thasia yang berjalan di belakangnya, dia pun menoleh dan berkata, "Lisa sekarang nggak boleh merasa kesal, sebaiknya kamu nggak berduaan dengannya."Seketika hati Thasia terasa seperti diremas. Pria ini menyalahkannya?Menyalahkannya karena membuat Lisa marah, menyuruhnya untuk jangan membuat Lisa marah lagi.Melihat Thasia hanya menunduk dan tidak berkata apa-apa, Jeremy merasa dia pasti akan berpikir yang
Karen sangat terkejut, dia seketika merasa marah dan kecewa.Saat ini, Jeremy berjalan keluar dari bangsal. Begitu melihat Karen bersama Thasia, dia dengan sopan memanggilnya, "Bibi.""Jangan panggil aku!"Karen sudah kehilangan kesabarannya, dia langsung memarahi Jeremy, "Kamu masih menganggapku bibimu? Kenapa kamu nggak menceritakan masalah kamu mau bercerai dengan Thasia padaku? Kamu lupa kata kakek, dia menyuruhmu menjaga Thasia, beginikah caramu menjaga Thasia? Jeremy, aku yang merawatmu hingga dewasa, kenapa aku baru sadar ternyata kamu orang yang nggak bertanggung jawab, kamu ingin bercerai? Kamu mau cerai demi simpananmu yang munafik itu di dalam sana, kamu nggak memikirkan hubungan kalian selama ini sebagai suami istri?""Karen, apa maksudmu? Apa maksudnya simpanan dan nggak bertanggung jawab. Kenapa masalah ini jadi merambat ke mana-mana?" Yasmin dari dalam mendengar kata-kata Karen, dia pun merasa tidak senang dan membantah, "Jika Jeremy ingin bercerai, itu urusan mereka, me
Thasia menyalahkan dirinya sendiri. Dia sudah menahan diri begitu lama, kenapa tidak bisa menahan lebih lama lagi.Jika dirinya tidak begitu emosian tadi, Karen juga tidak akan mengetahuinya."Aku minta maaf."Thasia sebenarnya tidak ingin menimbulkan masalah bagi Jeremy, tapi kata-kata yang sudah diucapkan tidak bisa ditarik kembali.Jeremy hanya menatapnya dengan lekat, pria itu memikirkan sesuatu, lalu berkata, "Kamu benar-benar ingin bercerai denganku?"Thasia berpikir, apakah dirinya benar-benar ingin bercerai dengan Jeremy?Sebenarnya Thasia ingin memulai hidup baru.Sekarang wanita itu merasa dirinya tidak ada harapan, dia tidak ingin tetap dalam keadaan seperti ini lagi.Ketika Thasia tidak menjawab, Jeremy bertanya lagi, "Apakah bersamaku terasa begitu berat untukmu?"Mendengar ini, Thasia tidak tahan lagi, matanya seketika berkaca-kaca, seolah-olah air matanya akan jatuh.Jika Jeremy marah dan menyalahkannya, mungkin Thasia tidak akan merasa seperti ini.Namun, pria itu malah
Melihat ini, Rina segera mengambil gelas itu dan berkata, "Pak Hendra, Kak Thasia nggak bisa minum. Biar aku yang menggantikannya minum."CEO Hendra terlihat tidak senang. "Nggak bisa."Rina tiba-tiba merasa sedikit tidak enak. Dia kurang berpengalaman dalam melayani klien, jadi dia bingung harus bersikap seperti apa. Saat ini Rina merasa sangat gugup dan malu, dia takut dirinya akan melakukan kesalahan sehingga mengakibatkan kesalahan fatal."Thasia, kamu nggak mungkin menyuruh anak buahmu yang menggantikanmu minum, bukan?"Mereka berdua sama-sama wanita, sehingga CEO Hendra bersikap lebih berani, kata-katanya pun menjadi tidak sopan. "Kamu datang mewakili Pak Jeremy, Pak Jeremy biasanya selalu menemani kami minum, mana mungkin kamu nggak minum? Karena kamu yang berada di sini, kamu harus berbaur dengan kami baru seru.""Sini, aku akan menuangkannya untukmu, mari bersenang-senang malam ini."Yang lainnya juga ikut-ikutan. "Thasia, jangan bersikap sok jual mahal. Jika Pak Hendra menyur
Sentuhan itu tiba-tiba membuat Thasia merasa mual. Dia pun segera menepisnya. "Pak Hendra, mohon jaga sikap Anda!""Jaga sikapku? Kamu hanyalah simpanan Jeremy, entah sudah berapa kali kamu ditidurinya. Kali ini aku hanya menyuruhmu menemani kami minum, tapi kamu malah sok jual mahal!" CEO Hendra merasa sangat marah karena ditolak berkali-kali, karena sudah tidak sabar, pria itu pun segera memeluk Thasia. "Aku bisa memberikan semua yang diberikan Jeremy padamu, aku bisa memberimu sebuah vila sehingga kamu nggak perlu khawatir akan masa depanmu. Tapi kamu harus menjadi simpananku dulu, aku jamin menjadi wanitaku lebih enak daripada menjadi wanita Jeremy ....""Minggir!"Karena merasa tidak tahan, Thasia pun menamparnya dengan keras. "Jangan sentuh aku!"CEO Hendra yang dipukuli seketika matanya memerah, dia menatap Thasia dengan kesal. "Dasar jalang, beraninya kamu memukulku. Lihat saja, aku pasti akan membunuhmu!"Rina merasa sangat ketakutan.Thasia juga takut Rina akan terkena imbas.
Jeremy memeluk Thasia erat-erat, berharap bisa memasukkan tubuh wanita itu ke dalam tubuhnya, sehingga Thasia tidak akan terluka lagi.Dia meletakkan dagunya di atas kepala Thasia, menjawabnya dengan nada bersalah, "Aku ada di sini, Thasia, nggak apa-apa, sudah nggak apa-apa!"Thasia menguburkan dirinya di dada Jeremy, tubuhnya masih gemetar, dia berkata dengan histeris, "Kenapa kamu baru datang? Hampir, hampir saja ... Aku nggak akan bisa melihatmu lagi!"Jeremy memeluk Thasia yang terlihat pucat. Pria itu mengepalkan tangannya erat-erat, sorot matanya terlihat mengerikan, tapi dia dengan sabar mencoba menenangkan Thasia, sehingga wanita itu bisa merasa aman dan menghilangkan semua rasa takutnya. "Maaf aku terlambat, jangan takut, aku nggak akan pernah meninggalkanmu lagi!"Dia tadi mengkhawatirkan Thasia, jadi dia memutuskan untuk datang, tapi dirinya malah terlambat!Tangisan Thasia seketika pecah, semua kegelisahannya, ketakutannya dan keluhannya dia lampiaskan semua pada Jeremy.T
Ketika mereka berjalan keluar, di dalam ruangan terdengar suara jeritan kesakitan.Thasia bermimpi sangat panjang, dia bermimpi dikejar-kejar oleh setan.Dia ingin berlari, tapi tidak bisa. Ketakutan menyelimuti dirinya, mencekiknya sehingga dia merasa sesak, seakan-akan dirinya akan mati.Saat tidur pun Thasia terisak, air matanya terus mengalir.Jeremy melihatnya, dia pun menyeka air mata wanita itu dengan lembut.Thasia demam, suhu tubuhnya sangat tinggi.Rina yang berada di samping terus menangis. Dia tadi ingin memanggil bala bantuan, tapi malah bertemu Jeremy di depan pintu. Untungnya, pria itu tiba tepat waktu, jika tidak, mungkin nasib Thasia akan berakhir dengan tragis.Rina menangis dan berkata, "Pak Jeremy, ini semua salahku, aku nggak menjaga Kak Thasia dengan baik. Kak Thasia saat ini demam, sebaiknya kita bawa dia ke rumah sakit."Wajah Jeremy saat ini terlihat dingin dan sangat mengerikan. Dia hanya berkata, "Nggak perlu. Tony, bawa Rina pulang!"Setelah itu, Jeremy masu