Lama-kelamaan dia pun lebih mengenal Thasia.Jason tetap memberi batasan, dia tidak menjelaskan lebih lanjut lagi. "Nggak apa-apa, ayo makan."Thasia merasa sedikit bersalah, baginya Jason hanya teman lama, bahkan tidak bisa dibilang sangat dekat, tapi pria itu malah begitu peduli padanya.Thasia segera mengambil sumpit, mengambil daging di piring.Entah kenapa dia tiba-tiba mencium ada bau amis, sehingga membuatnya ingin muntah.Nafsu makannya pun menghilang."Kenapa? Nggak nafsu?" tanya Jason.Thasia meletakkan sumpitnya, tidak enak berkata dia tidak nafsu, jadi dia hanya berkata, "Lambungku kecil, jadi aku sudah kenyang."Jeremy segera berdiri, "Kalau sudah kenyang, maka jangan makan lagi."Thasia bisa merasakan pria itu marah dari nada bicaranya. Thasia pun meliriknya dan melihat tatapan Jeremy yang begitu dingin.Bianca sedang menemani Santo.Jadi Thasia yang mengantar Jason keluar.Jason sadar Thasia tidak terlihat baik-baik saja, dia pun berkata, "Kalau sedang nggak enak badan n
Thasia memegang dinding, tubuhnya terasa tidak nyaman, wajah memucat dan dia tidak berhenti ingin muntah.Namun, tidak ada yang keluar.Melihat ini Jeremy seketika melangkah maju untuk menopangnya. "Kamu kenapa? Nggak enak badan?"Thasia menepis tangannya, matanya berkaca-kaca. "Bukannya tadi bilang mau cerai, untuk apa kamu peduli padaku?"Melihat wajahnya yang pucat, Jeremy tahu wanita ini sedang tidak enak badan, nada bicaranya pun melembut, "Masuk ke dalam dulu, jangan bahas hal ini dulu."Jeremy menopang pinggangnya dan membawanya masuk.Thasia tidak menolak, dia tidak ingin bertengkar dengan Jeremy di depan pintu, nanti orang tuanya melihat ini dan malah akan mengkhawatirkannya.Meski pernikahannya tidak membahagiakan, orang tuanya tidak boleh tahu.Setelah sampai di mobil, melihat Thasia tidak terlalu senang, Jeremy pun menghela napas, dia segera memeluk wanita itu. "Thasia, apa yang harus kulakukan padamu?"Thasia bersandar pada bahunya, hidungnya memerah, entah sejak kapan dir
"Pas sekali kamu ada di sini, aku juga membuatkanmu sup penambah gizi." Yasmin segera menyuruh pembantunya, "Ambilkan sup Thasia kemari."Thasia merasa bingung, wanita itu selalu memikirkan Lisa, kenapa bisa membuatkannya sup juga?Mata Yasmin tertuju pada Thasia. "Obat ini aku dapatkan dari ahli obat herbal, dia bilang kalau meminumnya pasti langsung hamil. Setelah kamu minum mungkin saja kamu langsung hamil."Pembantu di rumah segera mengambilkan obatnya, begitu Thasia mencium aromanya dia merasa mual.Dia langsung menolaknya, menyuruh pembantu itu untuk membawanya jauh-jauh. "Bawa pergi, aku nggak bisa minum itu."Melihatnya menolak, Yasmin langsung berkata, "Thasia, apa maksudmu, aku sudah susah-susah membuat sup ini untukmu, kenapa kamu nggak mau minum. Karena kamu nggak hamil-hamil, jadi kamu harus meminum obat ini, cepat minum."Pembantu itu menyerahkan supnya pada Thasia lagi.Seketika bau sup itu membuat Thasia tidak tahan. "Nggak bisa ...."Dia langsung berlari ke toilet."Th
Perkataannya membuat langkah Thasia berhenti.Memanfaatkannya?Memangnya dirinya bisa dimanfaatkan untuk apa?Orang sepintar Jeremy kalau ingin memanfaatkan orang juga tidak mungkin mencari orang sepertinya.Melihatnya bingung, Lisa menebak Thasia sepertinya tidak tahu, jadi dia mengangkat dagunya, dengan senang berkata, "Kamu pasti nggak tahu apa maksud perkataanku?"Memanfaatkannya? Kedengarannya sangat tidak masuk akal.Namun, dia yakin Lisa sedang mencari cara untuk memisahkan mereka.Dia menoleh, melihat Lisa tersenyum, menantikan Thasia akan bertanya padanya.Sedangkan Thasia, dia tidak bertanya, dia tidak mau Lisa mendapatkan respons seperti yang wanita itu inginkan."Kamu sepertinya sangat ingin memberitahuku."Wajah Lisa membeku.Dia merasa kesal menghadapi Thasia yang selalu bertindak di luar prediksinya.Thasia menatapnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Bukankah tujuanmu agar aku dan Jeremy bercerai, lalu kamu bisa menikah dengannya? Sekarang kamu merasa terancam, ya?"Ta
Suster segera mendekat dan membawa Lisa pergi.Yasmin merasa kesal, tapi dia hanya bisa berhenti marah-marah, dia lebih mengkhawatirkan Lisa.Saat Lisa didorong dengan kasur, Yasmin yang mengikutinya, saat menunggu di pintu ruang darurat, wanita itu berdoa sambil menunggu dengan khawatir.Dokter sedang menceritakan keadaan Lisa pada Jeremy, jadi tidak ada yang memedulikan Thasia.Thasia berdiri di samping, melihat semua orang mengkhawatirkan Lisa, dia merasa dirinya seperti orang luar.Setelah Lisa dibawa keluar, dia dibawa kembali ke kamarnya tadi.Jeremy tidak masuk, dia menyadari Thasia yang berjalan di belakangnya, dia pun menoleh dan berkata, "Lisa sekarang nggak boleh merasa kesal, sebaiknya kamu nggak berduaan dengannya."Seketika hati Thasia terasa seperti diremas. Pria ini menyalahkannya?Menyalahkannya karena membuat Lisa marah, menyuruhnya untuk jangan membuat Lisa marah lagi.Melihat Thasia hanya menunduk dan tidak berkata apa-apa, Jeremy merasa dia pasti akan berpikir yang
Karen sangat terkejut, dia seketika merasa marah dan kecewa.Saat ini, Jeremy berjalan keluar dari bangsal. Begitu melihat Karen bersama Thasia, dia dengan sopan memanggilnya, "Bibi.""Jangan panggil aku!"Karen sudah kehilangan kesabarannya, dia langsung memarahi Jeremy, "Kamu masih menganggapku bibimu? Kenapa kamu nggak menceritakan masalah kamu mau bercerai dengan Thasia padaku? Kamu lupa kata kakek, dia menyuruhmu menjaga Thasia, beginikah caramu menjaga Thasia? Jeremy, aku yang merawatmu hingga dewasa, kenapa aku baru sadar ternyata kamu orang yang nggak bertanggung jawab, kamu ingin bercerai? Kamu mau cerai demi simpananmu yang munafik itu di dalam sana, kamu nggak memikirkan hubungan kalian selama ini sebagai suami istri?""Karen, apa maksudmu? Apa maksudnya simpanan dan nggak bertanggung jawab. Kenapa masalah ini jadi merambat ke mana-mana?" Yasmin dari dalam mendengar kata-kata Karen, dia pun merasa tidak senang dan membantah, "Jika Jeremy ingin bercerai, itu urusan mereka, me
Thasia menyalahkan dirinya sendiri. Dia sudah menahan diri begitu lama, kenapa tidak bisa menahan lebih lama lagi.Jika dirinya tidak begitu emosian tadi, Karen juga tidak akan mengetahuinya."Aku minta maaf."Thasia sebenarnya tidak ingin menimbulkan masalah bagi Jeremy, tapi kata-kata yang sudah diucapkan tidak bisa ditarik kembali.Jeremy hanya menatapnya dengan lekat, pria itu memikirkan sesuatu, lalu berkata, "Kamu benar-benar ingin bercerai denganku?"Thasia berpikir, apakah dirinya benar-benar ingin bercerai dengan Jeremy?Sebenarnya Thasia ingin memulai hidup baru.Sekarang wanita itu merasa dirinya tidak ada harapan, dia tidak ingin tetap dalam keadaan seperti ini lagi.Ketika Thasia tidak menjawab, Jeremy bertanya lagi, "Apakah bersamaku terasa begitu berat untukmu?"Mendengar ini, Thasia tidak tahan lagi, matanya seketika berkaca-kaca, seolah-olah air matanya akan jatuh.Jika Jeremy marah dan menyalahkannya, mungkin Thasia tidak akan merasa seperti ini.Namun, pria itu malah
Melihat ini, Rina segera mengambil gelas itu dan berkata, "Pak Hendra, Kak Thasia nggak bisa minum. Biar aku yang menggantikannya minum."CEO Hendra terlihat tidak senang. "Nggak bisa."Rina tiba-tiba merasa sedikit tidak enak. Dia kurang berpengalaman dalam melayani klien, jadi dia bingung harus bersikap seperti apa. Saat ini Rina merasa sangat gugup dan malu, dia takut dirinya akan melakukan kesalahan sehingga mengakibatkan kesalahan fatal."Thasia, kamu nggak mungkin menyuruh anak buahmu yang menggantikanmu minum, bukan?"Mereka berdua sama-sama wanita, sehingga CEO Hendra bersikap lebih berani, kata-katanya pun menjadi tidak sopan. "Kamu datang mewakili Pak Jeremy, Pak Jeremy biasanya selalu menemani kami minum, mana mungkin kamu nggak minum? Karena kamu yang berada di sini, kamu harus berbaur dengan kami baru seru.""Sini, aku akan menuangkannya untukmu, mari bersenang-senang malam ini."Yang lainnya juga ikut-ikutan. "Thasia, jangan bersikap sok jual mahal. Jika Pak Hendra menyur