Thasia bertanya padanya, "Bisa nggak perjalanan ke Negara Firlanda dipercepat?"Jeremy tidak menjawab, tapi tatapan matanya menjadi lebih dingin.Di balik asap rokok itu Thasia juga menyadari perubahan pada sorot mata pria itu.Jeremy merasa bingung.Jelas-jelas Thasia berhubungan baik dengan Jason, kenapa sekarang dia malah bertanya perjalan mereka ke Negara Firlanda bisa dipercepat atau tidak?"Kalau mau dibatalkan juga nggak masalah. Pak Jeremy, apakah ada perintah lain?" Melihat Jeremy hanya diam saja, Thasia juga tidak memaksanya untuk menjawab.Jeremy menghentikan lamunannya, malah berkata, "Buatkan aku teh.""Oke."Thasia mengiakannya.Tidak sampai dua menit, Thasia sudah membuatkan seteko teh untuk Jeremy.Teh yang disajikan untuk tamu berbeda dengan yang disajikan untuk Jeremy.Jeremy suka teh oolong."Untuk masalah PT Sintrom masih kamu yang urus, besok malam ikut aku ke Vila Rosa."Mendengar perintah Jeremy, Thasia tidak berkomentar.Namun, setelah keluar dari kantornya, ada
Setelah mengatakannya Lisa menundukkan kepalanya dengan bersalah.Jeremy berdiri di sisi Lisa, pria itu menghadap ke kamera, lalu berkata dengan tegas, "Tujuan konferensi pers kali ini untuk menunjukkan bahwa di makanan itu nggak ada racun, nggak ada orang yang mencelakai Lisa. Hanya netizen saja yang membesar-besarkan masalah, hal ini selesai sampai sini."Wajah Jeremy terlihat dingin, seluruh tubuhnya mengeluarkan aura yang mengerikan.Tubuh Jeremy yang setinggi 188 cm memberikan kesan menekan di depan kamera.Thasia yang melihat ini pun tertegun.Jeremy bisa membela Lisa tanpa memedulikan apa pun, memberi Lisa perasaan aman, sedangkan terhadap dirinya? Jeremy selalu bersikap dingin dan cuek.Hanya Lisa yang bisa membuat Jeremy berbuat seperti ini.Saat Thasia ingin menoleh, di layar muncul beberapa kata lagi.Kali ini kamera diarahkan pada Jeremy, wajah pria itu diperbesar di sana. "Pak Jeremy, hari ini kamu membela Lisa apakah karena alasan umum atau pribadi?""Kedua-duanya."Bibir
Saat Lisa turun ponselnya berbunyi.Ternyata itu telepon dari pengirim paket. "Halo, Nona Lisa, paket Anda sudah sampai, Anda perlu datang mengambilnya."Lisa melihat pengirim paket itu berada tidak jauh dari mobil.Ada troli yang berisi beberapa paket di samping orang itu.Lisa pun meminta bantuan dari Jeremy. "Jeremy, tolong bantu aku bawa barang-barang itu sebentar. Aku membeli lampu, lampu di rumahku rusak."Jeremy tidak menjawab.Namun, setelah beberapa detik pria itu pun turun dari mobil.Setelah lima menit.Jeremy menyuruh Tony menarik troli sambil mengikuti Lisa ke tempat tinggalnya.Namun, Jeremy melirik Tony.Tony pun segera mengerti, dia membuka paketnya, menggantikan lampu untuk Lisa.Jeremy ingin menelepon Thasia. Baru saja dia berbalik, Lisa sudah menabraknya."Ah!"Lisa berteriak karena terkejut.Jus blueberry di tangannya tumpah ke tubuh Jeremy.Jeremy mengerutkan keningnya, lalu dia mendengar Lisa berkata, "Maaf, jus ini produk milik temanku, aku pernah minum dan rasan
Beberapa menit kemudian Jeremy baru berkata, "Pesankan tiket penerbangan tiga hari lagi ke Negara Firlanda untukku dan Thasia.""Baik."Setelah Tony mengiakannya, dia mendengar Jeremy turun dari mobil.Pria itu berjalan ke arah Vila Anggrek.Thasia sedang sibuk di dapur, saat pria itu berjalan masuk, Thasia kebetulan sedang mengeluarkan sup ayam dari dalam dapur."Sudah pulang ya, kebetulan masakannya sudah jadi semua."Thasia hanya melirik Jeremy sekilas, lalu mengalihkan tatapannya lagi.Thasia terlihat sangat tenang.Jeremy mengerutkan keningnya.Setelah beberapa detik dia berjalan ke arah Thasia.Thasia melihat noda jus dan darah di baju pria itu."Mbak Tati, keluarkan sayur lainnya ke meja makan." Setelah itu Thasia baru menatap Jeremy. "Kamu mandi dulu, nanti aku akan menyiapkan bajumu."Thasia berbicara demikian sambil membuka celemeknya.Wanita itu bahkan tidak bertanya dari mana asalnya noda di baju Jeremy.Sorot mata wanita itu juga terlihat datar."Thasia, menurutmu apakah k
Jeremy melirik Thasia sekilas, lalu berkata dengan dingin, "Suruh dia masuk."Thasia hanya diam saja. Lisa berjalan masuk dari luar menggunakan sepatu hak tingginya.Thasia tidak melirik Lisa.Namun, suara Lisa terdengar di telinganya, "Jeremy, aku membawakan baju untukmu."Lisa berjalan ke depan Jeremy.Lisa saat ini sudah berganti pakaian, dia memakai gaun berwarna hijau, ditambah rambutnya yang ikal, saat ini gadis itu terlihat sangat cantik dan memukau."Kamu nggak perlu datang untuk mengantarkanya."Thasia melirik Jeremy sedikit.Sorot mata Jeremy cukup dingin, tidak ada perubahan yang terlalu terlihat.Namun, perkataannya ....Lisa berkata dengan lembut, "Kalau aku nggak datang, aku nggak akan tenang. Ternyata kalian sedang masak, apakah Bu Thasia yang memasak?""Hmm."Jeremy menjawab dengan datar.Lisa menatap Thasia dengan penuh harap. "Bu Thasia, apakah aku boleh mencoba masakanmu? Aku hari ini kebetulan ada waktu, bolehlah kamu mengajariku memasak?"Thasia menolak. "Aku bisa
Setiap perkataan Thasia ini berhasil menusuk hati Lisa.Wajah Lisa terlihat sangat marah sampai memerah.Namun, akal sehatnya mengatakan bahwa dirinya harus tenang."Jangan senang dulu, Jeremy juga nggak pernah mengakui identitasmu di depan orang-orang, apalagi dia lebih peduli padaku daripada pada dirimu." Lisa mengambil pisau buah.Dia menyerahkannya pada Thasia. "Bu Thasia, tolong ajari aku cara memotong sayur."Thasia mengerutkan keningnya, dia melirik Lisa, tapi tidak menerima pisau itu.Kemudian Thasia memanggil Tati. "Nona Lisa, aku bukan orang yang sabaran. Mbak Tati, kamu lebih sabar, tolong ajari Nona Lisa."Wajah Lisa seketika terlihat dingin.Thasia tidak mau menerima barang yang dia berikan, juga tidak mau mengajarinya.Karena rencananya gagal, seketika suasana hatinya menjadi buruk, Lisa melempar pisau ke atas talenan. "Sudahlah, aku tiba-tiba teringat ada urusan, lain kali aku baru ke sini buat belajar lagi."Tati tercengang.Tadi bilang mau belajar, sekarang bilang tida
Perkataan ini memengaruhi Thasia dan Lisa.Bagi Thasia ....Dirinya sudah mengikuti Jeremy selama tujuh tahun, dia tahu seperti apa sifat pria itu. Thasia tepat berada di depannya, karena dia adalah sekretaris pria itu, sudah seharusnya Jeremy menyuruh dirinya yang menopang Lisa.Namun, Jeremy tidak menyuruhnya seperti itu.Terlihat jelas pria itu tidak memihak Lisa.Sedangkan Thasia juga tidak peduli lagi.Dia dari tadi hanya memainkan ponselnya tanpa berusaha membela diri.Kalau nanti video CCTV diperiksa, mereka juga akan tahu Lisa yang membuat drama sendiri.Sedangkan Lisa ....Jeremy tidak memedulikannya.Terutama Jeremy tadi berbicara dengan dingin, jelas bahwa pria itu tidak memercayainya.Lisa juga tadi bertaruh.Sekitar dua menit kemudian, satpam sudah mendapatkan videonya.Di video itu terlihat.Saat Lisa melewati Thasia, gambarnya terhalangi, dalam seketika tubuh Lisa terjatuh ke belakang.Dengan begitu Lisa terlihat seakan-akan didorong.Jeremy menatap Thasia. "Minta maaf."
Lihatlah.Thasia menyadari hal ini, tapi dia tidak mengatakannya. Lisa kira Jeremy akan memberi pelajaran pada Thasia, jadi dia sudah pergi dengan senang."Kenapa kamu tadi nggak bilang?" Jeremy mengerutkan alisnya.Perkataan Thasia juga membuatnya sadar.Thasia tersenyum dengan menyindir. "Kamu sudah berpikir seperti itu, mungkinkah perkataanmu bisa mengubah pemikiranmu?"Setelah itu Thasia langsung menepis tangan Jeremy.Kemudian dia pergi meninggalkan Jeremy.Jeremy tidak mengejarnya, juga tidak menyuruhnya berhenti.Namun, sepasang mata hitamnya tetap memandang punggung Thasia....Jeremy menyalakan sebatang rokok. Lisa saat ini meneleponnya.Jeremy menekan fitur speaker.Suara Lisa yang serak terdengar dari ponselnya. "Jeremy, jangan bertengkar dengan Bu Thasia. Aku tahu aku yang salah, ke depannya aku nggak akan sering-sering mencarimu lagi.""Lebih bagus begitu."Perkataan Jeremy terdengar dingin. Lisa yang mendengarnya pun tercengang.Jeremy tidak percaya Thasia yang mendorongn