Perkataan ini memengaruhi Thasia dan Lisa.Bagi Thasia ....Dirinya sudah mengikuti Jeremy selama tujuh tahun, dia tahu seperti apa sifat pria itu. Thasia tepat berada di depannya, karena dia adalah sekretaris pria itu, sudah seharusnya Jeremy menyuruh dirinya yang menopang Lisa.Namun, Jeremy tidak menyuruhnya seperti itu.Terlihat jelas pria itu tidak memihak Lisa.Sedangkan Thasia juga tidak peduli lagi.Dia dari tadi hanya memainkan ponselnya tanpa berusaha membela diri.Kalau nanti video CCTV diperiksa, mereka juga akan tahu Lisa yang membuat drama sendiri.Sedangkan Lisa ....Jeremy tidak memedulikannya.Terutama Jeremy tadi berbicara dengan dingin, jelas bahwa pria itu tidak memercayainya.Lisa juga tadi bertaruh.Sekitar dua menit kemudian, satpam sudah mendapatkan videonya.Di video itu terlihat.Saat Lisa melewati Thasia, gambarnya terhalangi, dalam seketika tubuh Lisa terjatuh ke belakang.Dengan begitu Lisa terlihat seakan-akan didorong.Jeremy menatap Thasia. "Minta maaf."
Lihatlah.Thasia menyadari hal ini, tapi dia tidak mengatakannya. Lisa kira Jeremy akan memberi pelajaran pada Thasia, jadi dia sudah pergi dengan senang."Kenapa kamu tadi nggak bilang?" Jeremy mengerutkan alisnya.Perkataan Thasia juga membuatnya sadar.Thasia tersenyum dengan menyindir. "Kamu sudah berpikir seperti itu, mungkinkah perkataanmu bisa mengubah pemikiranmu?"Setelah itu Thasia langsung menepis tangan Jeremy.Kemudian dia pergi meninggalkan Jeremy.Jeremy tidak mengejarnya, juga tidak menyuruhnya berhenti.Namun, sepasang mata hitamnya tetap memandang punggung Thasia....Jeremy menyalakan sebatang rokok. Lisa saat ini meneleponnya.Jeremy menekan fitur speaker.Suara Lisa yang serak terdengar dari ponselnya. "Jeremy, jangan bertengkar dengan Bu Thasia. Aku tahu aku yang salah, ke depannya aku nggak akan sering-sering mencarimu lagi.""Lebih bagus begitu."Perkataan Jeremy terdengar dingin. Lisa yang mendengarnya pun tercengang.Jeremy tidak percaya Thasia yang mendorongn
Jeremy menyerahkan makanannya kepada Thasia. "Kamu ingin aku suapi?"Perkataan Jeremy terdengar datar.Thasia tidak percaya pria itu akan menyuapinya.Thasia berkata dengan dingin, "Aku nggak ingin makan, memangnya aku nggak boleh memutuskan aku mau makan atau nggak?"Jeremy terdiam.Namun, detik berikutnya dia menyodorkan sendok berisi nasi ke mulut Thasia.Saat ini Jeremy menatap Thasia dengan lekat.Tatapannya sudah tidak dingin dan tajam seperti sebelumnya.Thasia tertegun.Jeremy dengan perlahan berkata, "Kamu harus makan."Perkataannya sangat lembut.Thasia merasa terkejut karena diperlakukan dengan lembut, dia pun segera mengambil sendok dari tangan Jeremy. "Biar aku sendiri saja."Karena takut Jeremy akan bertindak seperti itu lagi, Thasia segera memakannya beberapa suap.Jeremy dengan penuh perhatian mengambilkan air untuknya. "Pelan-pelan, jangan sampai tersedak."Thasia tidak menjawab, tapi dia merasa terkejut melihat tindakan Jeremy.Sebelum dia berbicara, Jeremy sudah buka
Masalah ini dulu tidak pernah dibahas, jika sekarang dibahas, Thasia merasa sedikit tidak senang. "Aku ini sekretarismu, di garasimu ada banyak mobil, untuk apa aku punya mobil?"Namun, tindakan Jeremy ini seperti ingin membuat Thasia tetap berada di sisinya."Kamu nggak bisa pakai mobilku terus atau panggil taksi."Jeremy duduk di belakang, karena Thasia sedang mengemudi, jadi tatapannya terus ke depan, Jeremy tidak bisa melihat ekspresinya.Namun, dari nada Thasia, Jeremy bisa merasakan bahwa Thasia memang tidak tertarik pada hal ini.Thasia berkata dengan datar, "Aku mengemudi mobilmu karena urusan kantor. Kalau ... aku sampai mempunyai mobil seharga puluhan juta, orang-orang akan berpikir aku yang sebagai sekretarismu malah membeli mobil murahan. Maka bukannya nanti kamu yang akan malu?"Perkataan Thasia terdengar jelas.Jeremy menutup bibir tipisnya.Namun, sebelum dia berbicara, Thasia sudah berkata lagi, "Kalau aku membeli mobil mewah, maka nggak sesuai dengan statusku, nanti ak
Setelah Jeremy berpikir sebentar, dia memutuskan untuk pergi dengan Sisilia. "Ayo pergi."Thasia pun ditinggal sendirian.Dia tidak menyangka dirinya akan ditinggalkan di ruang VIP bersama asistennya Sisilia.Terutama dia teringat perayaan sebulanan anaknya Elcent dimajukan jadi hari ini, Sabrina pasti ke sana. Dia segera menghubungi Sabrina sambil berjalan ke depan.Namun, Sabrina tidak mengangkat teleponnya. Saat itu ada orang melihat Thasia. "Loh, bukannya itu Thasia teman sekelas kita? Sekarang dia sudah jadi sekretaris Pak Jeremy, tapi gayanya selangit!""Betul! Dia mengirim 10 juta untuk teman kita, bilangnya dia ada urusan jadi nggak bisa datang, ternyata dia malah muncul di sini.""Kamu nggak lihat tadi dia keluar dari ruang VIP itu?""Cih! Nggak mau kumpul sama teman-teman, malah melayani bosnya terus!"...Thasia awalnya tidak mau memedulikan mereka, tapi semakin mereka berbicara, malah semakin keterlaluan.Mereka padahal teman kuliahnya Thasia, tapi mereka bisa mengatakan ha
Meski tidak bisa memasukkan mereka ke penjara, setidaknya mereka harus diberi pelajaran."Thasia, dasar wanita jahat yang licik!""Aku lihat yang jahat itu kalian! Kalau aku nggak ke sini, kalian pasti sudah memukulinya!" kata Jason dengan marah pada para wanita itu.Dia tidak menyangka, ternyata wanita bisa bertindak sejahat ini."Memangnya kami nggak boleh membela diri?"Wanita berambut pendek itu masih bersikap sombong.Jason masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Thasia menariknya. "Mereka bukan manusia, kita nggak akan bisa menang berdebat dengannya."Hati Jason sedikit bergetar.Thasia sedang menarik tangannya!Meski tindakan ini tidak memiliki arti lain, tapi bagi Jason, Thasia adalah wanita yang dia cintai, bahkan pujaan hati yang tidak bisa dia dapatkan.Tindakan Thasia ini tidak diragukan membuat hati Jason berdetak kencang.Pemandangan ini telah dilihat dengan jelas oleh Jeremy yang kebetulan sudah kembali.Tatapan Jeremy pun menjadi dingin, tubuhnya mengeluarkan aura yang men
Thasia menjawab, "Sudahlah, nggak perlu."Terkadang Thasia merasa tidak mengerti akan sosok Jeremy.Bertemu teman sekolah saja bisa membuat Jeremy marah.Jika Jeremy mau mendengar penjelasan, pria itu tidak akan pergi begitu saja tadi."Jason, terima kasih sudah membantuku."Tidak peduli bagaimanapun, kemunculan Jason telah membantunya.Jason tersenyum dengan lembut. "Hanya bantuan kecil saja."Saat Jason ingin berbicara lagi, Thasia berkata duluan, "Aku kembali dulu ke ruang VIP. Lain kali kalau ada waktu, aku akan mentraktirmu makan.""Besok sore aku ada waktu."Jason tahu Thasia hanya basa-basi, tapi dia tidak peduli.Thasia tertegun sebentar, tapi pada akhirnya tetap mengangguk. "Kalau begitu besok aku akan kirimkan alamatnya.""Baiklah."Jason menatap Thasia berjalan pergi....Meski Jeremy berjalan pergi bersama dengan Sisilia tadi.Pria itu tidak menonton kembang api bersamanya.Langkah kaki Jeremy berhenti, sehingga menimbulkan sebuah jarak dengan Sisilia. "Nona Sisilia, aku ng
Saat dia melamar pekerjaan ini, Tony sudah menceritakan hubungan antara Thasia dan Jeremy.Begitu masuk ke dalam mobil Jeremy sudah merokok.Terlihat jelas bahwa mereka sedang bertengkar.Bahkan Jeremy juga menyuruh bawahannya mengikuti Thasia, termasuk gerakan pria itu ingin membuka pintu mobil tadi, sopir melihatnya dengan jelas.Jeremy menyipitkan matanya.Dia melirik sopir baru itu.Tubuh sopirnya cukup tinggi dan kurus, kulitnya sedikit hitam.Jeremy tersenyum sinis. "Tony nggak kasih tahu peraturan kerja padamu?"Sopir itu menjawab dengan sikap rendah diri, "Pak Tony sudah bilang. Pak Jeremy, aku tahu nggak sepatutnya aku berkata seperti ini, tapi aku pernah mengalami penyesalan dalam hal ini. Dulu aku dan istriku juga begini, kami sering bertengkar, aku salah paham padanya, aku nggak pernah mengalah padanya, dia juga nggak mau menjelaskan padaku. Kemudian aku pergi dari rumah untuk mencari uang, sedangkan dia malah memiliki anak dengan pria lain, setelahnya kami pun berpisah."J