Saat dia melamar pekerjaan ini, Tony sudah menceritakan hubungan antara Thasia dan Jeremy.Begitu masuk ke dalam mobil Jeremy sudah merokok.Terlihat jelas bahwa mereka sedang bertengkar.Bahkan Jeremy juga menyuruh bawahannya mengikuti Thasia, termasuk gerakan pria itu ingin membuka pintu mobil tadi, sopir melihatnya dengan jelas.Jeremy menyipitkan matanya.Dia melirik sopir baru itu.Tubuh sopirnya cukup tinggi dan kurus, kulitnya sedikit hitam.Jeremy tersenyum sinis. "Tony nggak kasih tahu peraturan kerja padamu?"Sopir itu menjawab dengan sikap rendah diri, "Pak Tony sudah bilang. Pak Jeremy, aku tahu nggak sepatutnya aku berkata seperti ini, tapi aku pernah mengalami penyesalan dalam hal ini. Dulu aku dan istriku juga begini, kami sering bertengkar, aku salah paham padanya, aku nggak pernah mengalah padanya, dia juga nggak mau menjelaskan padaku. Kemudian aku pergi dari rumah untuk mencari uang, sedangkan dia malah memiliki anak dengan pria lain, setelahnya kami pun berpisah."J
Thasia masih terlihat tenang, dia menjawab, "Yang aku katakan itu kenyataan.""Kamu ...."Yasmin merasa sangat kesal, lalu mereka mendengar suara dari luar, seketika terlihat Jeremy berjalan masuk."Jeremy, kebetulan kamu sudah pulang, lihat ini istrimu berani melawanku, benar-benar nggak berpendidikan!" keluh Yasmin sambil berjalan ke arah Jeremy.Jeremy melangkah masuk dengan lebar, dia menatap Thasia, lalu menatap Yasmin. "Kalau kamu nggak mengganggunya, mana mungkin dia melawanmu. Selama Thasia berada di sisiku, dia selalu penurut."Jeremy segera tiba di depan Thasia.Tubuh pria itu yang besar dan tinggi membuat Thasia merasakan sebuah tekanan, yang paling penting, ada bau tembakau di tubuhnya.Thasia pun melihat ke arah Jeremy.Yasmin yang melihat mereka berdiri bersama hampir saja terjatuh, dia berkata dengan kesal, "Kamu, kamu lebih membela dia daripada aku?""Tunggu aku di atas," perintah Jeremy pada Thasia.Thasia baru tersadar, dia menurut dan langsung ke atas.Di ruang tamu
Jeremy menyuruhnya seperti ini, sedangkan pria itu sendiri bagaimana?Jeremy mengerutkan keningnya. "Aku kenapa?"Thasia menatap pria itu, seketika dia merasa bingung harus bertanya atau tidak.Namun, dia terlalu takut untuk menghadapi kenyataannya.Thasia mengepal tangannya, lalu menoleh ke tempat lain. "Nggak ada apa-apa."Jeremy melihat ada yang salah pada ekspresi Thasia, sepertinya wanita itu sedang memikirkan sesuatu, tapi tidak ingin mengatakannya.Saat Jeremy ingin bertanya, terdengar suara ketukan di pintu."Pak, Bu!" kata pembantu di rumah.Jeremy pun membuka pintu.Pembantu menyerahkan sebuah undangan pada Jeremy. "Pak, ini ada undangan dari Keluarga Normani."Di atasnya tertulis kata ulang tahun."Oke."Jeremy membuka undangan itu, ternyata undangan untuk ke pesta ulang tahun Victor yang ke-70.Jeremy sudah kenal Victor cukup lama, dia jarang pergi ke pesta ulang tahunnya.Mereka masing-masing sadar diri, jadi tidak ingin mengganggu satu sama lain.Jika Victor sampai mengir
Thasia berjalan mendekat, lalu dia mengeluarkan gaun dari dalam kantong itu.Isinya berupa sebuah gaun berwarna hijau tua, bagian bawahnya cukup lebar, bagian dadanya terlihat pas, sepertinya cukup nyaman dipakai. Akhir-akhir ini Thasia sempat melihat majalah fashion, merk ini milik desainer yang terkenal.Dia lupa namanya, tapi dia tahu harga bajunya di atas miliaran.Seketika Thasia teringat gaun Lisa, Jeremy membeli gaun itu seharga 2 miliar.Thasia menoleh pada Jeremy sambil bertanya, "Berapa harganya?"Uang bagi Jeremy tidak ada artinya, yang dia mau adalah Thasia merasa senang. "Saat melihatnya aku merasa cocok denganmu.""Kalau begitu gaun yang kamu belikan untuk Lisa, kamu juga merasa itu cocok untuknya?" tanya Thasia tanpa berpikir panjang.Setelah mengatakannya dia merasa menyesal.Kenapa dirinya bisa tiba-tiba mengingat hal ini, bukankah dia akan membuat Jeremy kesal?Thasia merapatkan bibirnya, dia kira Jeremy akan memarahinya karena terlalu ikut campur, menyalahkannya suka
Namun, Thasia menyadari ada yang aneh, saat Jeremy menjelaskan hal ini, nadanya terdengar dingin dan sedikit tidak berdaya.Mungkin dirinya yang berlebihan.Thasia tidak bisa mengubah kebiasaannya, dia selalu menganalisis suasana hati Jeremy.Peduli apakah pria itu sedang merasa senang, sedih atau marah.Thasia tidak seharusnya memikirkan semua itu.Saat berjalan masuk ke Kediaman Keluarga Normani, sudah ada banyak orang di sana.Kira-kira ada belasan orang.Ada yang memakai jas.Ada yang memakai baju tentara, semuanya kelihatannya bukan orang biasa.Victor menggunakan baju formal, tidak terlihat baru, kelihatannya baju yang sudah lama.Seperti perkataan Jeremy barusan, Victor memang orang yang hemat.Pria tua itu sedang mengobrol dengan seru bersama yang lainnya, saat melihat mereka datang, senyuman pria itu terlihat lebih lebar lagi. "Oh, Jeremy datang, bahkan membawa Thasia."Victor memegang tongkat, lalu segera bangkit untuk menyambut mereka.Thasia tanpa sadar ingin berjalan lebih
Kenapa Jeremy tidak pernah membahas hal ini sebelumnya?Mungkin hubungan mereka memang hanya sebatas kontrak saja, jadi mereka tidak berhak mencampuri kehidupan satu sama lain.Jeremy juga tidak bisa mengungkapkan identitasnya dengan begitu saja.Thasia segera mengalihkan tatapannya.Tiba-tiba seseorang yang mewakili semua orang di sini berkata, "Pak Victor, kami mengerti maksud Anda, kami juga nggak berkata dengan sembarang, kami hanya mengatakan kenyataan saja. Pak Albert juga memikirkan Anda, bagaimanapun Anda ini sudah seperti orang tuanya, tapi aku rasa Anda juga baru tahu akhir-akhir ini, bukan? Aku lihat sepertinya Jeremy nggak menghargaimu."Thasia merasa orang-orang ini sepertinya tidak ingin melepaskan Jeremy dengan mudah.Thasia menoleh lagi pada Jeremy, dia melihat pria itu hanya diam saja.Berdasarkan sifat Jeremy, seharusnya dia tidak akan membiarkan orang-orang ini membicarakannya.Mungkin karena orang-orang ini memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Victor, jadi Jere
"Aku meminum bir ini untuk menghormati kalian."Di saat bersamaan, Albert juga memberikan segelas bir pada Thasia.Satu tangan Jeremy memeluk pundak Thasia, satu tangannya lagi menerima gelas dari Albert. "Dia alergi bir, biar aku yang menggantikannya minum."Gerakan Jeremy cukup cepat, dia segera meminum isi gelas itu sampai habis.Semua orang bersorak. "Cih! Lihat Jeremy sekarang, dulu saat di kamp militer, dia pria yang berani menghadapi kesulitan apa pun, berani untuk melangkah maju, tipikal pria perkasa. Sekarang demi istrinya, dia malah bersikap lembut seperti ini!""Benar sekali.""Jeremy, karena kamu sudah memperkenalkannya pada kami, kapan kamu akan mengadakan pesta pernikahan. Kalian pasti belum pesta, bukan? Nanti kami akan memberimu hadiah besar, lalu menghadiri pesta kalian!"Thasia melihat semua orang sedang tertawa.Bisa dilihat meski mereka tadi terlihat tidak senang pada Jeremy, karena perkataan Victor tadi, sikap mereka pun berubah.Beberapa orang memiliki sifat yang
Tatapan Shella terus tertuju pada Jeremy. "Saat di pesta Bibi, aku hanya mengobrol sebentar denganmu, kali ini kamu akan bermain di sini selama beberapa hari, bukan?"Gadis itu merangkul tangan Jeremy, membuat tubuh Thasia terdorong ke belakang.Saat di pesta dia tidak bertindak seperti ini, karena waktu itu dia tidak tahu siapa Thasia sebenarnya.Apalagi saat itu dia sudah menyetujui permintaan Karen untuk menguji Jeremy. Selama bertahun-tahun ini, dia selalu menganggap Jeremy seperti kakak kandungnya sendiri, tentu saja dia bersedia membantu.Jeremy sudah punya istri, maka wanita itu akan menjadi kakak iparnya, seharusnya dia memperlakukan kakak iparnya dengan baik.Namun, dia merasa tidak suka pada Thasia.Dia sempat mendengar gosip tentang Thasia dari teman-temannya.Thasia sering menggunakan kekuasaannya untuk menekan orang di kantor, bahkan mendapatkan perlakukan spesial dari Jeremy!Dia dengar ibunya Jeremy juga tidak suka pada Thasia.Shella awalnya tidak tahu Jeremy sudah meni