Thasia berjalan mendekat, lalu dia mengeluarkan gaun dari dalam kantong itu.Isinya berupa sebuah gaun berwarna hijau tua, bagian bawahnya cukup lebar, bagian dadanya terlihat pas, sepertinya cukup nyaman dipakai. Akhir-akhir ini Thasia sempat melihat majalah fashion, merk ini milik desainer yang terkenal.Dia lupa namanya, tapi dia tahu harga bajunya di atas miliaran.Seketika Thasia teringat gaun Lisa, Jeremy membeli gaun itu seharga 2 miliar.Thasia menoleh pada Jeremy sambil bertanya, "Berapa harganya?"Uang bagi Jeremy tidak ada artinya, yang dia mau adalah Thasia merasa senang. "Saat melihatnya aku merasa cocok denganmu.""Kalau begitu gaun yang kamu belikan untuk Lisa, kamu juga merasa itu cocok untuknya?" tanya Thasia tanpa berpikir panjang.Setelah mengatakannya dia merasa menyesal.Kenapa dirinya bisa tiba-tiba mengingat hal ini, bukankah dia akan membuat Jeremy kesal?Thasia merapatkan bibirnya, dia kira Jeremy akan memarahinya karena terlalu ikut campur, menyalahkannya suka
Namun, Thasia menyadari ada yang aneh, saat Jeremy menjelaskan hal ini, nadanya terdengar dingin dan sedikit tidak berdaya.Mungkin dirinya yang berlebihan.Thasia tidak bisa mengubah kebiasaannya, dia selalu menganalisis suasana hati Jeremy.Peduli apakah pria itu sedang merasa senang, sedih atau marah.Thasia tidak seharusnya memikirkan semua itu.Saat berjalan masuk ke Kediaman Keluarga Normani, sudah ada banyak orang di sana.Kira-kira ada belasan orang.Ada yang memakai jas.Ada yang memakai baju tentara, semuanya kelihatannya bukan orang biasa.Victor menggunakan baju formal, tidak terlihat baru, kelihatannya baju yang sudah lama.Seperti perkataan Jeremy barusan, Victor memang orang yang hemat.Pria tua itu sedang mengobrol dengan seru bersama yang lainnya, saat melihat mereka datang, senyuman pria itu terlihat lebih lebar lagi. "Oh, Jeremy datang, bahkan membawa Thasia."Victor memegang tongkat, lalu segera bangkit untuk menyambut mereka.Thasia tanpa sadar ingin berjalan lebih
Kenapa Jeremy tidak pernah membahas hal ini sebelumnya?Mungkin hubungan mereka memang hanya sebatas kontrak saja, jadi mereka tidak berhak mencampuri kehidupan satu sama lain.Jeremy juga tidak bisa mengungkapkan identitasnya dengan begitu saja.Thasia segera mengalihkan tatapannya.Tiba-tiba seseorang yang mewakili semua orang di sini berkata, "Pak Victor, kami mengerti maksud Anda, kami juga nggak berkata dengan sembarang, kami hanya mengatakan kenyataan saja. Pak Albert juga memikirkan Anda, bagaimanapun Anda ini sudah seperti orang tuanya, tapi aku rasa Anda juga baru tahu akhir-akhir ini, bukan? Aku lihat sepertinya Jeremy nggak menghargaimu."Thasia merasa orang-orang ini sepertinya tidak ingin melepaskan Jeremy dengan mudah.Thasia menoleh lagi pada Jeremy, dia melihat pria itu hanya diam saja.Berdasarkan sifat Jeremy, seharusnya dia tidak akan membiarkan orang-orang ini membicarakannya.Mungkin karena orang-orang ini memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Victor, jadi Jere
"Aku meminum bir ini untuk menghormati kalian."Di saat bersamaan, Albert juga memberikan segelas bir pada Thasia.Satu tangan Jeremy memeluk pundak Thasia, satu tangannya lagi menerima gelas dari Albert. "Dia alergi bir, biar aku yang menggantikannya minum."Gerakan Jeremy cukup cepat, dia segera meminum isi gelas itu sampai habis.Semua orang bersorak. "Cih! Lihat Jeremy sekarang, dulu saat di kamp militer, dia pria yang berani menghadapi kesulitan apa pun, berani untuk melangkah maju, tipikal pria perkasa. Sekarang demi istrinya, dia malah bersikap lembut seperti ini!""Benar sekali.""Jeremy, karena kamu sudah memperkenalkannya pada kami, kapan kamu akan mengadakan pesta pernikahan. Kalian pasti belum pesta, bukan? Nanti kami akan memberimu hadiah besar, lalu menghadiri pesta kalian!"Thasia melihat semua orang sedang tertawa.Bisa dilihat meski mereka tadi terlihat tidak senang pada Jeremy, karena perkataan Victor tadi, sikap mereka pun berubah.Beberapa orang memiliki sifat yang
Tatapan Shella terus tertuju pada Jeremy. "Saat di pesta Bibi, aku hanya mengobrol sebentar denganmu, kali ini kamu akan bermain di sini selama beberapa hari, bukan?"Gadis itu merangkul tangan Jeremy, membuat tubuh Thasia terdorong ke belakang.Saat di pesta dia tidak bertindak seperti ini, karena waktu itu dia tidak tahu siapa Thasia sebenarnya.Apalagi saat itu dia sudah menyetujui permintaan Karen untuk menguji Jeremy. Selama bertahun-tahun ini, dia selalu menganggap Jeremy seperti kakak kandungnya sendiri, tentu saja dia bersedia membantu.Jeremy sudah punya istri, maka wanita itu akan menjadi kakak iparnya, seharusnya dia memperlakukan kakak iparnya dengan baik.Namun, dia merasa tidak suka pada Thasia.Dia sempat mendengar gosip tentang Thasia dari teman-temannya.Thasia sering menggunakan kekuasaannya untuk menekan orang di kantor, bahkan mendapatkan perlakukan spesial dari Jeremy!Dia dengar ibunya Jeremy juga tidak suka pada Thasia.Shella awalnya tidak tahu Jeremy sudah meni
Shella segera masuk ke dalam pelukan Victor untuk meminta pertolongan.Victor memegang wajah cucunya, lalu memeriksanya sebentar. Memang ada sedikit goresan, tapi tidak parah. "Hanya luka kecil, nggak apa-apa Shella. Ada banyak orang di sini, jangan nangis.""Kakek." Shella berusaha menahan tangisnya. "Kamu harus membelaku."Sebelum Victor berbicara, Albert sudah berkata duluan, "Shella terluka. Dia dari dulu kecil nggak pernah dibiarkan menderita oleh Pak Victor, siapa pun yang berani mengganggunya, aku nggak akan membiarkan orang itu begitu saja!"Thasia menatap Albert, tubuhnya kekar sekali, jika pria itu ingin memberinya pelajaran, maka dirinya sudah akan berakhir dengan menyedihkan.Seketika Thasia merasa takut. Jeremy memegang tangan Thasia, dia melihat ke arah Albert dan berkata dengan dingin, "Kamu kira nggak ada orang yang membela Thasia?"Thasia melihat ke arah Jeremy, dia merasa sedikit terkejut.Tidak peduli bagaimana orang-orang ini mengatai Jeremy, pria itu hanya diam saj
Thasia tidak berbicara lagi, perkataan Victor memang benar, mencelakai orang memang mudah, tapi orang itu harus diberi pelajaran juga."Maaf, Kak Thasia," kata Shella."Sudahlah, aku memaafkanmu!" kata Thasia dengan lugas.Victor yang melihat ini merasa senang, setidaknya masalah ini tidak menjadi besar, dia pun berkata, "Baguslah kalau sudah tahu salah, aku takutnya kamu nggak tahu salahnya di mana. Begini baru benar, ke depannya jangan mengulangi hal ini lagi."Shella berkata dengan nurut, "Baiklah, aku pasti akan berhubungan baik dengan Kak Thasia."Setelahnya dia segera menggandeng tangan Thasia.Jika Victor melihat dirinya berbaikan dengan Thasia, maka kakeknya pasti tidak akan berpikir dirinya melakukan hal yang tidak-tidak.Melihat ini Victor pun tersenyum. "Bagus, bagus. Kalian harus berteman."Thasia merasa sedikit tidak nyaman.Gadis itu tiba-tiba menjadi ramah padanya, mungkin Shella sedang menjebaknya. Untungnya setelah itu Shella tidak bertingkah lagi.Gadis itu hanya berp
Jeremy berjalan mendekat, mengikuti Thasia menikmati angin segar, lalu dia berkata, "Sudah biasa, aku nggak ingin mengubahnya. Lagi pula, pada akhirnya juga akan sama."Akan sama?Apanya yang sama?Thasia kira selama ini dirinya sudah memahami pria itu, tapi dia baru sadar ada banyak rahasia pada diri Jeremy, dia menatap wajah sampingnya. "Mereka dulu melakukan apa padamu? Kamu dikucilkan?"Kenapa?Jelas orang-orang tadi lebih tua dari Jeremy.Mereka juga kelihatannya sangat sayang pada Shella, kenapa mereka malah jahat pada Jeremy?Saat Jeremy menjadi tentara, seharusnya umur pria ini masih kecil.Jeremy menjawab, "Ke depannya kita juga jarang bertemu dengan mereka, kamu nggak perlu khawatir.""Kamu nggak pernah bilang sempat ikut wajib militer."Jeremy menatap Thasia. "Aku hanya pernah menjadi tentara saja, belum sempat ikut wajib militer. Saat itu nggak ada yang mengurusku, hanya Pak Victor yang mau menerimaku."Thasia merasa sedikit terkejut. "Kenapa? Orang rumah nggak mengurusmu?"