Shella segera masuk ke dalam pelukan Victor untuk meminta pertolongan.Victor memegang wajah cucunya, lalu memeriksanya sebentar. Memang ada sedikit goresan, tapi tidak parah. "Hanya luka kecil, nggak apa-apa Shella. Ada banyak orang di sini, jangan nangis.""Kakek." Shella berusaha menahan tangisnya. "Kamu harus membelaku."Sebelum Victor berbicara, Albert sudah berkata duluan, "Shella terluka. Dia dari dulu kecil nggak pernah dibiarkan menderita oleh Pak Victor, siapa pun yang berani mengganggunya, aku nggak akan membiarkan orang itu begitu saja!"Thasia menatap Albert, tubuhnya kekar sekali, jika pria itu ingin memberinya pelajaran, maka dirinya sudah akan berakhir dengan menyedihkan.Seketika Thasia merasa takut. Jeremy memegang tangan Thasia, dia melihat ke arah Albert dan berkata dengan dingin, "Kamu kira nggak ada orang yang membela Thasia?"Thasia melihat ke arah Jeremy, dia merasa sedikit terkejut.Tidak peduli bagaimana orang-orang ini mengatai Jeremy, pria itu hanya diam saj
Thasia tidak berbicara lagi, perkataan Victor memang benar, mencelakai orang memang mudah, tapi orang itu harus diberi pelajaran juga."Maaf, Kak Thasia," kata Shella."Sudahlah, aku memaafkanmu!" kata Thasia dengan lugas.Victor yang melihat ini merasa senang, setidaknya masalah ini tidak menjadi besar, dia pun berkata, "Baguslah kalau sudah tahu salah, aku takutnya kamu nggak tahu salahnya di mana. Begini baru benar, ke depannya jangan mengulangi hal ini lagi."Shella berkata dengan nurut, "Baiklah, aku pasti akan berhubungan baik dengan Kak Thasia."Setelahnya dia segera menggandeng tangan Thasia.Jika Victor melihat dirinya berbaikan dengan Thasia, maka kakeknya pasti tidak akan berpikir dirinya melakukan hal yang tidak-tidak.Melihat ini Victor pun tersenyum. "Bagus, bagus. Kalian harus berteman."Thasia merasa sedikit tidak nyaman.Gadis itu tiba-tiba menjadi ramah padanya, mungkin Shella sedang menjebaknya. Untungnya setelah itu Shella tidak bertingkah lagi.Gadis itu hanya berp
Jeremy berjalan mendekat, mengikuti Thasia menikmati angin segar, lalu dia berkata, "Sudah biasa, aku nggak ingin mengubahnya. Lagi pula, pada akhirnya juga akan sama."Akan sama?Apanya yang sama?Thasia kira selama ini dirinya sudah memahami pria itu, tapi dia baru sadar ada banyak rahasia pada diri Jeremy, dia menatap wajah sampingnya. "Mereka dulu melakukan apa padamu? Kamu dikucilkan?"Kenapa?Jelas orang-orang tadi lebih tua dari Jeremy.Mereka juga kelihatannya sangat sayang pada Shella, kenapa mereka malah jahat pada Jeremy?Saat Jeremy menjadi tentara, seharusnya umur pria ini masih kecil.Jeremy menjawab, "Ke depannya kita juga jarang bertemu dengan mereka, kamu nggak perlu khawatir.""Kamu nggak pernah bilang sempat ikut wajib militer."Jeremy menatap Thasia. "Aku hanya pernah menjadi tentara saja, belum sempat ikut wajib militer. Saat itu nggak ada yang mengurusku, hanya Pak Victor yang mau menerimaku."Thasia merasa sedikit terkejut. "Kenapa? Orang rumah nggak mengurusmu?"
"Shella, terima kasih. Nggak kusangka kamu begitu baik padaku," jawab pihak lawan. "Maaf membuatmu dimarahi."Shella berkata, "Nggak perlu berterima kasih, orang yang telah mengganggumu, sama saja dengan menggangguku, tentu saja aku harus membantu temanku, jangan sampai orang jahat itu dibiarkan begitu saja.""Aku hanya iseng saja menceritakan masalah ini padamu, tapi kamu malah mengingatnya, aku merasa bersyukur kamu memperlakukanku seperti ini, memiliki teman sepertimu sungguh beruntung," kata pihak lawan dengan rasa syukur.Shella memang selalu bersikap seperti ini.Dia selalu memperlakukan temannya dengan tulus.Dari dulu kecil hingga sekarang, Shella selalu dimanjakan, dia tidak pernah hidup susah.Jadi dia tidak bisa merasakan kesusahan orang lain.Mendengar temannya diganggu, tentu saja dia akan menjadi orang pertama yang membantu temannya ini.Meski pada akhirnya dirinya yang kena masalah.Namun, dia tidak menyesal.Lain kali dia tetap akan memberi Thasia pelajaran.Pihak lawan
"Aku juga melihat video di balik layarnya, memang nggak digantikan pemeran pengganti, dia bisa melakukan bagian berkelahi dengan lancar, jadi nggak heran dia bisa menjadi terkenal!""Sudah lihat belum? Lisa jadi terkenal, sekarang saham agensinya jadi naik."Thasia mendengar semua pembicaraan orang-orang di kantor.Thasia saat ini sedang mengambil air di ruang pembuatan minuman.Kebetulan Rina juga ada di sana. Saat melihat Thasia, gadis itu berkata, "Kak Thasia, sudah dengar belum gosip hari ini? Pak Jeremy katanya memberikan sponsor yang besar pada Lisa, sehingga dia bisa diangkat menjadi terkenal seperti ini. Aku rasa mungkin Lisa di kehidupan sebelumnya adalah penolong Pak Jeremy!"Rina merasa bingung Lisa bagaimana bisa terkenal.Apalagi hanya dengan sebuah drama saja sudah bisa membuatnya terkenal.Rina belum menonton drama itu, tapi dia sudah mendengar orang-orang bilang dramanya bagus.Karena Rina memang tidak suka pada Lisa, jadi walaupun drama gadis itu memang bagus, dia tida
Mereka berdua pergi ke pusat kota, Thasia membawa Rina pergi berbelanja dulu, biasanya mereka memang membeli minuman untuk kantor dari sana.Mereka menyelesaikan pekerjaan itu dengan cepat.Sedangkan tugas Thasia lebih repot.Kopi yang dia beli untuk Jeremy harus dipesan dulu via telepon.Untung saja ada.Thasia pergi ke tempat itu."Kak Thasia, kamu membelikan kopi untuk Pak Jeremy mesti yang khusus, ya? Bahkan harus dipesan dulu." Rina merasa bingung, memangnya apa bedanya kopi itu dengan yang lainnya.Thasia berkata, "Pak Jeremy itu pemilih."Pria itu hanya minum kopi jenis ini.Rina hanya bisa menghela napas, dunia orang kaya memang berbeda, kopi saja harus yang terbaik.Thasia sudah memesannya dengan manajer toko itu, begitu masuk dia langsung bertanya, "Bu, kopi pesananku sudah siap belum? Pesanannya masih seperti yang biasa."Manajer toko menjawab dengan tidak enak, "Nona Thasia, hanya tersisa satu bungkus, tapi ...."Wanita itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi juga rag
"Diam kamu!" Shella memotong kalimat Thasia. "Di sini nggak ada Kak Jeremy, juga nggak ada Kakek, kamu nggak perlu berpura-pura di depanku, tunjukkan saja sifat jelekmu itu, dasar wanita jahat!"Thasia tertegun mendengar perkataannya.Kenapa dirinya jadi wanita jahat?Sepertinya mereka tidak pernah bermasalah.Kenapa Shella malah mengatainya wanita jahat?Thasia tidak ingin mencari masalah, dia juga melihat Shella lebih kecil darinya beberapa tahun. Apalagi gadis itu cucunya Victor, dari kecil sudah kehilangan orang tua, jadi dia berpikir mengalah untuk Shella. "Kalau kalian suka sama kopi itu, ya sudah, buat kalian saja. Lagi pula, ini hanya masalah kecil."Rina tidak terima, dia masih ingin membela Thasia.Namun, Thasia malah berkata, "Rina, ayo pergi."Rina berkata, "Kalau begitu kopi Pak Jeremy bagaimana? Bukannya sudah habis? Kalau Pak Jeremy sampai nggak bisa minum kopi itu, kamu pasti akan dimarahi.""Nggak apa-apa."Shella yang melihat Thasia berpura-pura bersikap baik malah me
Mendengar ini Thasia tanpa dasar menginjak pedal rem.Matanya melirik ke arah gang itu, dia sana terlihat beberapa preman sedang mengerumuni seseorang.Beberapa pria itu terlihat kurus dan tidak normal, saat melihat sudut pakai gadis itu, Thasia merasa mengenalnya.Bukankah itu Shella?Thasia memperhatikannya lagi, ternyata Shella sedang dikerumuni oleh beberapa berandalan, wajahnya terlihat ketakutan dan gugup, gadis itu tidak tahu harus berbuat apa saat mengalami masalah seperti ini.Wajahnya terlihat tertekan."Jangan mendekat, kalau kalian berani menyentuhku, kakekku pasti nggak akan melepaskan kalian!" Sejak kecil Shella selalu dijaga dengan baik, dia tidak pernah ke tempat seperti ini, juga tidak pernah diganggu.Dia awalnya ingin pergi makan dengan Sisilia.Namun, Sisilia ada urusan jadi sedang berbicara di telepon, sedangkan dirinya berjalan-jalan di dekat sana, baru jalan sebentar dia malah tersesat, lalu sampai ke tempat kumuh ini.Dia awalnya ingin pergi mencari Sisilia, saa