"Diam kamu!" Shella memotong kalimat Thasia. "Di sini nggak ada Kak Jeremy, juga nggak ada Kakek, kamu nggak perlu berpura-pura di depanku, tunjukkan saja sifat jelekmu itu, dasar wanita jahat!"Thasia tertegun mendengar perkataannya.Kenapa dirinya jadi wanita jahat?Sepertinya mereka tidak pernah bermasalah.Kenapa Shella malah mengatainya wanita jahat?Thasia tidak ingin mencari masalah, dia juga melihat Shella lebih kecil darinya beberapa tahun. Apalagi gadis itu cucunya Victor, dari kecil sudah kehilangan orang tua, jadi dia berpikir mengalah untuk Shella. "Kalau kalian suka sama kopi itu, ya sudah, buat kalian saja. Lagi pula, ini hanya masalah kecil."Rina tidak terima, dia masih ingin membela Thasia.Namun, Thasia malah berkata, "Rina, ayo pergi."Rina berkata, "Kalau begitu kopi Pak Jeremy bagaimana? Bukannya sudah habis? Kalau Pak Jeremy sampai nggak bisa minum kopi itu, kamu pasti akan dimarahi.""Nggak apa-apa."Shella yang melihat Thasia berpura-pura bersikap baik malah me
Mendengar ini Thasia tanpa dasar menginjak pedal rem.Matanya melirik ke arah gang itu, dia sana terlihat beberapa preman sedang mengerumuni seseorang.Beberapa pria itu terlihat kurus dan tidak normal, saat melihat sudut pakai gadis itu, Thasia merasa mengenalnya.Bukankah itu Shella?Thasia memperhatikannya lagi, ternyata Shella sedang dikerumuni oleh beberapa berandalan, wajahnya terlihat ketakutan dan gugup, gadis itu tidak tahu harus berbuat apa saat mengalami masalah seperti ini.Wajahnya terlihat tertekan."Jangan mendekat, kalau kalian berani menyentuhku, kakekku pasti nggak akan melepaskan kalian!" Sejak kecil Shella selalu dijaga dengan baik, dia tidak pernah ke tempat seperti ini, juga tidak pernah diganggu.Dia awalnya ingin pergi makan dengan Sisilia.Namun, Sisilia ada urusan jadi sedang berbicara di telepon, sedangkan dirinya berjalan-jalan di dekat sana, baru jalan sebentar dia malah tersesat, lalu sampai ke tempat kumuh ini.Dia awalnya ingin pergi mencari Sisilia, saa
Shella seketika merasa bingung.Seharusnya Thasia tidak akan menolongnya."Dua juta." Orang yang mengambil uang itu cukup tamak, dia masih tidak puas. "Uangmu seharusnya ada lebih dari ini, bukan?"Thasia berkata, "Uang tunaiku hanya ada segitu, nggak ada lagi. Cepat lepasin dia, kalau nggak nanti kalian yang akan terkena masalah.""Kamu menakut-nakuti kami?" Mereka merasa hal ini sangat konyol. "Kamu kira kami takut? Kalau kalian dijual juga harganya lebih dari dua juta.""Uang ini hanya bisa buat main sebentar, setidaknya harus kasih kami 20 juta."Thasia berkata, "20 juta? Siapa yang akan bawa-bawa uang tunai 20 juta. Begini saja, kalian lepasin dia dulu, lalu aku akan pergi mengambil uang untuk kalian.""Kamu pikir kami orang bodoh? Kalau nanti kalian kabur bagaimana?"Mereka berkata lagi, "Kalian kelihatannya cukup cantik, kalau dijual harga kalian bisa mencapai puluhan juta. Jadi kalau kalian mau bebas, kalian harus bayar dulu!"Thasia merasa para pria ini sungguh serakah, berani
Rina dan Shella berteriak karena terkejut.Untungnya mobil Thasia cukup kuat, jadi jendelanya tidak sampai hancur."Cepat halangi mereka, jangan sampai mereka kabur!"Para pria itu menghalangi di depan mobil, tidak membiarkan mereka pergi."Setelah melukai teman-temanku, kalian masih berpikir untuk kabur, kalau berani coba saja tabrak kami, aku ingin lihat kalian bisa kabur dari mana!""Turun dari mobil!"Para pria itu berhasil dibuat marah, mereka sedikit menggila, jika ketiga wanita itu bersembunyi di mobil, maka mereka akan menghancurkan mobilnya.Shella merasa ketakutan sampai wajahnya memucat, air matanya tidak berhenti mengalir.Rina menatap para pria kurus itu, tapi kekuatan mereka cukup kuat, seketika Rina merasa cemas dan berkata, "Kak Thasia, bagaimana ini?"Thasia melihat jam sebentar, lalu menenangkan mereka. "Jangan takut, nggak apa-apa.""Bawa mobil sebagus ini pasti kalian punya uang, hanya dengan uang dua juta sudah ingin kabur, kalian kira kami ini pengemis, kalian mer
Shella menerima botol itu, lalu meminumnya. Karena suasana hatinya dari tadi tegang, dia pun tidak sengaja tersedak air."Hati-hati," kata Thasia.Shella menutup kembali botolnya, dia ingin berbicara tapi tidak jadi, setelah melihat Thasia, dia pada akhirnya berkata, "Tadi terima kasih sudah menolongku, kalau nggak aku pasti sudah dianiaya oleh mereka."Thasia malah meledeknya, "Biasanya kamu terlihat galak, kenapa sekarang malah ketakutan?"Shella merapatkan bibirnya, lalu berkata dengan menunduk. "Aku tahu aku sudah mencelakaimu dua kali, jadi nggak heran kamu mengataiku.""Sudahlah, ayo naik mobil. Kita antar kamu pulang dulu, kalau nanti kemalaman, kakekmu akan khawatir." Thasia menolong Shella juga demi Victor.Victor hanya memiliki seorang cucu, kalau Thasia tidak menolongnya, maka Victor pasti akan merasa sangat sedih.Jadi Thasia tidak bisa mengabaikannya.Shella tiba-tiba teringat sesuatu. "Sisilia, HP dan tasku ada padanya, entah ke mana wanita itu sekarang!"Mendengar ini Th
Pria itu langsung menanyakan beberapa pertanyaan, Thasia merasa bingung harus menjawab yang mana dulu."Aku hanya terluka sedikit, bukan masalah besar." Karena ada Rina di sini, apalagi Jeremy sepertinya tidak peduli pada tatapan orang lain, Thasia merasa sedikit cemas, dia pun segera keluar dari pelukannya."Kenapa nggak angkat telepon?" Jeremy mengerutkan keningnya, dia kelihatannya sangat peduli sehingga bertanya lagi, "Apa yang terjadi?"Pria itu melirik Shella, dia baru sadar gadis itu juga ada di sini.Shella merasa tidak enak, dia memanggilnya, "Kak Jeremy ...."Shella berkata dengan ragu, "Kak Thasia terluka demi menolongku ... aku sudah merasa sangat bersalah, aku harap kamu nggak menyalahkanku."Shella sendiri juga tidak menyangka Thasia akan menolongnya.Para pria tadi sungguh berbahaya, apalagi dirinya juga sempat mengganggu Thasia. Shella merasa meski yang menolongnya orang lain, Thasia juga hanya akan meliriknya dengan dingin saja.Shella merasa tidak enak karena Thasia m
Kalau tahu bahaya kenapa masih turun tangan?""Aku ...."Jeremy segera memotong kalimatnya, "Kalau sampai polisi nggak datang tepat waktu bagaimana?"Thasia tidak menjawab, dia merasa hanya bisa mencari cara lain saat itu, tapi karena tidak ingin Jeremy khawatir, dia pun menjawab, "Aku sudah memperkirakan waktunya, nggak akan ada masalah ....""Thasia, memangnya dari dulu sampai sekarang kamu belum pernah terluka?"Ekspresi Jeremy terlihat sangat tegas, alisnya berkerut. Setiap perkataan Thasia seperti tusukan pisau di hatinya.Kalau sampai terjadi sesuatu pada Thasia, maka akan sangat gawat.Thasia tertegun sejenak, dia tidak tahu harus menjawabnya apa.Thasia memikirkan perkataan Jeremy dengan serius.Thasia dari dulu kecil sampai dewasa selalu menjalankan kehidupan yang aman.Selain yang masalah diculik itu.Namun, waktu itu dia juga tidak terluka, malah Jeremy yang terluka parah.Thasia berkata, "Seharusnya aku nggak pernah mengalami luka yang parah, hanya luka lecet saja.""Kalau
Jeremy menoleh. "Hmm. Kalau rusak ganti saja dengan yang baru, jadi kamu nggak repot.""Oke."Mobil di rumah cukup banyak.Thasia ingin menggantinya dengan mobil biasa agar lebih enak, seperti mobil yang dipakai pembantu untuk pergi membeli sayur, mobil itu sangat cocok untuknya.Setelah mengobati lukanya Thasia berjalan keluar dari kantor Jeremy.Dia siap-siap pulang kerja.Shella masih menunggunya di luar, begitu melihat Thasia, dia segera berteriak, "Kakak Ipar."Panggilannya itu menarik perhatian semua orang.Orang-orang di kantor masih ada di sana, setelah mendengar panggilan Shella, mereka menoleh menatap Thasia dengan bingung.Begitu banyak orang yang memperhatikannya, seketika Thasia merasa resah, tubuhnya tanpa sadar membeku.Saat Shella ingin memanggilnya kakak ipar lagi, Thasia sudah menutup mulutnya."Uhm ...." Shella merasa bingung kenapa Thasia menutup mulutnya."Jangan panggil aku dengan panggilan seperti itu lagi." Thasia berkata dengan suara kecil, "Kita sedang di kant