Shella menerima botol itu, lalu meminumnya. Karena suasana hatinya dari tadi tegang, dia pun tidak sengaja tersedak air."Hati-hati," kata Thasia.Shella menutup kembali botolnya, dia ingin berbicara tapi tidak jadi, setelah melihat Thasia, dia pada akhirnya berkata, "Tadi terima kasih sudah menolongku, kalau nggak aku pasti sudah dianiaya oleh mereka."Thasia malah meledeknya, "Biasanya kamu terlihat galak, kenapa sekarang malah ketakutan?"Shella merapatkan bibirnya, lalu berkata dengan menunduk. "Aku tahu aku sudah mencelakaimu dua kali, jadi nggak heran kamu mengataiku.""Sudahlah, ayo naik mobil. Kita antar kamu pulang dulu, kalau nanti kemalaman, kakekmu akan khawatir." Thasia menolong Shella juga demi Victor.Victor hanya memiliki seorang cucu, kalau Thasia tidak menolongnya, maka Victor pasti akan merasa sangat sedih.Jadi Thasia tidak bisa mengabaikannya.Shella tiba-tiba teringat sesuatu. "Sisilia, HP dan tasku ada padanya, entah ke mana wanita itu sekarang!"Mendengar ini Th
Pria itu langsung menanyakan beberapa pertanyaan, Thasia merasa bingung harus menjawab yang mana dulu."Aku hanya terluka sedikit, bukan masalah besar." Karena ada Rina di sini, apalagi Jeremy sepertinya tidak peduli pada tatapan orang lain, Thasia merasa sedikit cemas, dia pun segera keluar dari pelukannya."Kenapa nggak angkat telepon?" Jeremy mengerutkan keningnya, dia kelihatannya sangat peduli sehingga bertanya lagi, "Apa yang terjadi?"Pria itu melirik Shella, dia baru sadar gadis itu juga ada di sini.Shella merasa tidak enak, dia memanggilnya, "Kak Jeremy ...."Shella berkata dengan ragu, "Kak Thasia terluka demi menolongku ... aku sudah merasa sangat bersalah, aku harap kamu nggak menyalahkanku."Shella sendiri juga tidak menyangka Thasia akan menolongnya.Para pria tadi sungguh berbahaya, apalagi dirinya juga sempat mengganggu Thasia. Shella merasa meski yang menolongnya orang lain, Thasia juga hanya akan meliriknya dengan dingin saja.Shella merasa tidak enak karena Thasia m
Kalau tahu bahaya kenapa masih turun tangan?""Aku ...."Jeremy segera memotong kalimatnya, "Kalau sampai polisi nggak datang tepat waktu bagaimana?"Thasia tidak menjawab, dia merasa hanya bisa mencari cara lain saat itu, tapi karena tidak ingin Jeremy khawatir, dia pun menjawab, "Aku sudah memperkirakan waktunya, nggak akan ada masalah ....""Thasia, memangnya dari dulu sampai sekarang kamu belum pernah terluka?"Ekspresi Jeremy terlihat sangat tegas, alisnya berkerut. Setiap perkataan Thasia seperti tusukan pisau di hatinya.Kalau sampai terjadi sesuatu pada Thasia, maka akan sangat gawat.Thasia tertegun sejenak, dia tidak tahu harus menjawabnya apa.Thasia memikirkan perkataan Jeremy dengan serius.Thasia dari dulu kecil sampai dewasa selalu menjalankan kehidupan yang aman.Selain yang masalah diculik itu.Namun, waktu itu dia juga tidak terluka, malah Jeremy yang terluka parah.Thasia berkata, "Seharusnya aku nggak pernah mengalami luka yang parah, hanya luka lecet saja.""Kalau
Jeremy menoleh. "Hmm. Kalau rusak ganti saja dengan yang baru, jadi kamu nggak repot.""Oke."Mobil di rumah cukup banyak.Thasia ingin menggantinya dengan mobil biasa agar lebih enak, seperti mobil yang dipakai pembantu untuk pergi membeli sayur, mobil itu sangat cocok untuknya.Setelah mengobati lukanya Thasia berjalan keluar dari kantor Jeremy.Dia siap-siap pulang kerja.Shella masih menunggunya di luar, begitu melihat Thasia, dia segera berteriak, "Kakak Ipar."Panggilannya itu menarik perhatian semua orang.Orang-orang di kantor masih ada di sana, setelah mendengar panggilan Shella, mereka menoleh menatap Thasia dengan bingung.Begitu banyak orang yang memperhatikannya, seketika Thasia merasa resah, tubuhnya tanpa sadar membeku.Saat Shella ingin memanggilnya kakak ipar lagi, Thasia sudah menutup mulutnya."Uhm ...." Shella merasa bingung kenapa Thasia menutup mulutnya."Jangan panggil aku dengan panggilan seperti itu lagi." Thasia berkata dengan suara kecil, "Kita sedang di kant
Di dalam mobil terdapat Shella dan Thasia, Jeremy sedang duduk di kursi kemudi, wajahnya terlihat tidak senang, dia sesekali akan melirik tangan kedua wanita di belakang yang saling bergandengan.Sejak kapan hubungan mereka menjadi seperti ini?Jeremy tidak ingin Shella ikut dengan mereka."Kak Jeremy maaf merepotkanmu, aku ingin makan bersama Kak Thasia." Shella masih belum sadar Jeremy terlihat tidak senang, dia bahkan menyuruh pria itu untuk cepat menjalankan mobilnya.Shella sudah sangat lapar.Jeremy menjawab dengan dingin, "Memangnya aku bilang akan membawamu pulang? Mana sopirmu? Suruh dia datang menjemputmu."Jeremy tidak ingin dijadikan sopir.Shella masih saja menggandeng Thasia tanpa mau melepaskannya. "Aku sudah bilang mau makan bersama Kak Thasia, kamu nggak bisa mengusirku."Thasia berkata, "Kita ke rumah orang tuaku, aku sudah bilang akan membawa teman.""Hah? Mau ke rumah orang tuamu, kalau begitu aku harus membawa hadiah." Shella takut keluarganya Thasia malah tidak su
Bianca menoleh pada Jeremy, dia sudah tidak seramah dulu lagi pada Jeremy, jadi dia berkata dengan dingin, "Nggak perlu, kamu ini tamu, kamu duduk saja."Dulu Bianca cukup menyukai Jeremy.Karena anaknya suka jadi dia juga suka.Setelah tahu semua ini hanya kebohongan, dia pun merasa menyesal, tapi dia tidak ingin menyalahkan mereka.Pernikahan adalah masalah mereka.Karena mereka akan bercerai, maka Bianca sudah tidak perlu bersikap seperti dulu lagi.Sekarang Jeremy datang ke rumah mereka, anggap saja dia sebagai tamu.Jangan sampai pria itu membantunya lagi.Jeremy tahu keadaan akan menjadi seperti ini, kesannya di hati orang tuanya Thasia sudah berubah.Jeremy ingin mendapatkan kembali hati kedua orang tuanya Thasia."Aku nggak ada kerjaan, aku masih bisa membantu." Jeremy tidak peduli Bianca berusaha menjaga jarak dengannya, dia tetap pergi membantu.Bianca ingin menolak, tapi Jeremy sudah berjalan masuk ke dapur. Sama seperti dulu, Jeremy selalu membantunya karena merasa Bianca s
Bianca berkata pada Jeremy dengan baik-baik.Meski dulu Bianca suka pada menantunya ini, saat tahu pernikahan mereka hanya sebuah transaksi, dia merasa semuanya tidak penting lagi.Bianca mau putrinya bahagia, bukannya malah terjebak dalam pernikahan tanpa cinta ini.Jeremy menghentikan gerakannya, dia sudah menebak Bianca akan berkata seperti ini, dia pun berkata dengan suara berat, "Ibu, aku akan mengurus masalah ini."Bianca berkata, "Thasia juga perlu bahagia, aku mohon jangan terlalu lama."Maksud perkataan Bianca sangat jelas, setelah bercerai, berdasarkan kondisi Thasia, putrinya pasti bisa menemukan pria yang mencintainya.Umur Bianca dan suaminya juga sudah tua, mereka tidak bisa menemani Thasia terus.Jika Thasia bisa mendapat pasangan yang cocok, menikah dan punya anak, Bianca harap tidak ada yang menghalangi hal itu.Saat makan suasana cukup menyenangkan.Shella sebenarnya lumayan sering makan bersama orang lain, saat kakeknya ulang tahun, saat merayakan hari besar, akan ad
Shella iri pada Thasia karena memiliki keluarga yang begitu hangat.Shella tahu, karena dirinya adalah teman Thasia, baru mereka bisa begitu ramah padanya."Jangan menangis, air mata seorang gadis itu sangat berharga." Santo tidak tega melihatnya menangis.Shella malah tidak bisa menghentikan air matanya.Thasia juga orang yang mudah terbawa suasana.Dia tahu Shella saat ini sudah kehilangan kasih sayang orang tuanya, hanya Victor saja keluarganya, jadi dia merasa kasihan pada gadis ini, sehingga berpikir membawanya bertemu orang tuanya."Jangan nangis, memangnya hari ini kamu masih nggak cukup nangisnya?" Thasia tidak membiarkannya menangis.Shella menahan air matanya, lalu menarik ingusnya. Dia memeluk susu teh yang diberikan Bianca. "Terima kasih. Bibi, Paman, aku lain kali pasti akan datang lagi."Bianca dan Santo mengantar kepergian mereka di depan pintu.Saat berjalan turun Shella tidak tahan untuk tidak menangis.Thasia memberinya tisu.Jeremy masih bersikap dingin, dia hanya be