Thasia juga tidak menyangka Sisilia belum memegang gelasnya dengan benar."Nona Sisilia, kamu salah paham, aku nggak bermaksud mencelakaimu. Hanya saja kamu yang nggak memegangnya dengan benar," kata Thasia dengan datar.Dia menatap kedua mata Sisilia, saat ini tatapan mata wanita itu terlihat dingin."Aku nggak memegangnya dengan benar? Aku hanya memegang gelas saja nggak becus? Pak Jeremy, padahal aku sudah datang jauh-jauh untuk membahas kerja sama ini denganmu, tapi sekretarismu ini malah terlihat sangat sombong."Sisilia langsung balik bertanya dua kali.Kalimat terakhirnya dia katakan pada Jeremy.Jeremy berdiri tidak jauh dari sana, tatapan dinginnya melihat dengan meremehkan. "Apakah aku harus memperlihatkan rekaman CCTV agar Nona Sisilia mengingat lagi apa yang terjadi tadi?"Dia tahu seperti apa sifat Thasia.Karena sudah dikritik, Thasia tidak akan peduli.Sebelum berhenti bekerja, wanita itu akan melakukan pekerjaannya dengan baik, dia tidak akan bekerja dengan sembarangan.
Wajah Sisilia seketika menegang. "Pak Jeremy, sebelumnya aku sempat bermasalah dengan sekretarismu, ditambah dengan masalah tadi, aku yakin sebagian besar orang juga akan berpikir dia sengaja.""Lagi pula, kamu lupa aku ini siapa?"Semakin Sisilia berbicara, semakin dia tidak bisa mengendalikan dirinya.Tatapan Jeremy terlihat dingin dan tajam. "Memangnya aku nggak tahu pegawaiku itu orang seperti apa? Kalau dia sengaja, memangnya kenapa?"Kalimat Jeremy ini membuat Sisilia mati kutu.Sorot mata Jeremy, serta pertanyaan Sisilia yang diabaikan itu jelas membuktikan bahwa Jeremy lupa padanya.Sisilia merasa kesal dan malu.Saat itu tiba-tiba suara Thasia terdengar di sana. "Nona Sisilia, ini es batumu."Wajah Thasia terlihat tenang, sama sekali tidak terpengaruh oleh kejadian tadi.Saat Sisilia melihat Jeremy di sampingnya, sorot matanya tetap dingin, bahkan juga terlihat tajam dan menekan, seakan-akan berkata, "Kalau kamu nggak minta maaf pada Thasia, maka jangan harap kerja sama ini ak
Sekarang dia masih harus mengorbankan 20% keuntungannya, tentu saja dia rugi, terutama dirinya harus dimarahi.Jeremy sekarang bertanya seperti ini, hal itu sama saja dengan membunuhnya.Sedangkan dirinya saat ini tidak bisa membantah.Dia hanya bisa tetap tersenyum. "Pak Jeremy, kami lebih mementingkan masa depan yang masih jauh di depan sana. Merelakan 20% berarti keuntunganku akan berkurang, tapi aku bisa memenangkan klien besar seperti Pak Jeremy. Pak Jeremy, aku hanya bisa merelakan 20% saja, nggak bisa lebih banyak lagi.""Oke."Jeremy menyetujuinya dengan cepat.Namun!Sudah ada bibit kebencian di hati Sisilia. "Pak Jeremy, karena kita sudah sepakat, nanti malam aku akan mengadakan pesta di Vila Rosa, semoga Pak Jeremy bisa hadir.""Hmm."Karena sudah begini Jeremy tidak bisa menolaknya, dia pun menerima undangan itu.Sisilia mengangguk pada Jeremy. "Kalau begitu aku pamit dulu.""Thasia, antarkan tamu."Jeremy memanggil Thasia.Meski Sisilia tidak terlalu suka diantar oleh Thas
Thasia bertanya padanya, "Bisa nggak perjalanan ke Negara Firlanda dipercepat?"Jeremy tidak menjawab, tapi tatapan matanya menjadi lebih dingin.Di balik asap rokok itu Thasia juga menyadari perubahan pada sorot mata pria itu.Jeremy merasa bingung.Jelas-jelas Thasia berhubungan baik dengan Jason, kenapa sekarang dia malah bertanya perjalan mereka ke Negara Firlanda bisa dipercepat atau tidak?"Kalau mau dibatalkan juga nggak masalah. Pak Jeremy, apakah ada perintah lain?" Melihat Jeremy hanya diam saja, Thasia juga tidak memaksanya untuk menjawab.Jeremy menghentikan lamunannya, malah berkata, "Buatkan aku teh.""Oke."Thasia mengiakannya.Tidak sampai dua menit, Thasia sudah membuatkan seteko teh untuk Jeremy.Teh yang disajikan untuk tamu berbeda dengan yang disajikan untuk Jeremy.Jeremy suka teh oolong."Untuk masalah PT Sintrom masih kamu yang urus, besok malam ikut aku ke Vila Rosa."Mendengar perintah Jeremy, Thasia tidak berkomentar.Namun, setelah keluar dari kantornya, ada
Setelah mengatakannya Lisa menundukkan kepalanya dengan bersalah.Jeremy berdiri di sisi Lisa, pria itu menghadap ke kamera, lalu berkata dengan tegas, "Tujuan konferensi pers kali ini untuk menunjukkan bahwa di makanan itu nggak ada racun, nggak ada orang yang mencelakai Lisa. Hanya netizen saja yang membesar-besarkan masalah, hal ini selesai sampai sini."Wajah Jeremy terlihat dingin, seluruh tubuhnya mengeluarkan aura yang mengerikan.Tubuh Jeremy yang setinggi 188 cm memberikan kesan menekan di depan kamera.Thasia yang melihat ini pun tertegun.Jeremy bisa membela Lisa tanpa memedulikan apa pun, memberi Lisa perasaan aman, sedangkan terhadap dirinya? Jeremy selalu bersikap dingin dan cuek.Hanya Lisa yang bisa membuat Jeremy berbuat seperti ini.Saat Thasia ingin menoleh, di layar muncul beberapa kata lagi.Kali ini kamera diarahkan pada Jeremy, wajah pria itu diperbesar di sana. "Pak Jeremy, hari ini kamu membela Lisa apakah karena alasan umum atau pribadi?""Kedua-duanya."Bibir
Saat Lisa turun ponselnya berbunyi.Ternyata itu telepon dari pengirim paket. "Halo, Nona Lisa, paket Anda sudah sampai, Anda perlu datang mengambilnya."Lisa melihat pengirim paket itu berada tidak jauh dari mobil.Ada troli yang berisi beberapa paket di samping orang itu.Lisa pun meminta bantuan dari Jeremy. "Jeremy, tolong bantu aku bawa barang-barang itu sebentar. Aku membeli lampu, lampu di rumahku rusak."Jeremy tidak menjawab.Namun, setelah beberapa detik pria itu pun turun dari mobil.Setelah lima menit.Jeremy menyuruh Tony menarik troli sambil mengikuti Lisa ke tempat tinggalnya.Namun, Jeremy melirik Tony.Tony pun segera mengerti, dia membuka paketnya, menggantikan lampu untuk Lisa.Jeremy ingin menelepon Thasia. Baru saja dia berbalik, Lisa sudah menabraknya."Ah!"Lisa berteriak karena terkejut.Jus blueberry di tangannya tumpah ke tubuh Jeremy.Jeremy mengerutkan keningnya, lalu dia mendengar Lisa berkata, "Maaf, jus ini produk milik temanku, aku pernah minum dan rasan
Beberapa menit kemudian Jeremy baru berkata, "Pesankan tiket penerbangan tiga hari lagi ke Negara Firlanda untukku dan Thasia.""Baik."Setelah Tony mengiakannya, dia mendengar Jeremy turun dari mobil.Pria itu berjalan ke arah Vila Anggrek.Thasia sedang sibuk di dapur, saat pria itu berjalan masuk, Thasia kebetulan sedang mengeluarkan sup ayam dari dalam dapur."Sudah pulang ya, kebetulan masakannya sudah jadi semua."Thasia hanya melirik Jeremy sekilas, lalu mengalihkan tatapannya lagi.Thasia terlihat sangat tenang.Jeremy mengerutkan keningnya.Setelah beberapa detik dia berjalan ke arah Thasia.Thasia melihat noda jus dan darah di baju pria itu."Mbak Tati, keluarkan sayur lainnya ke meja makan." Setelah itu Thasia baru menatap Jeremy. "Kamu mandi dulu, nanti aku akan menyiapkan bajumu."Thasia berbicara demikian sambil membuka celemeknya.Wanita itu bahkan tidak bertanya dari mana asalnya noda di baju Jeremy.Sorot mata wanita itu juga terlihat datar."Thasia, menurutmu apakah k
Jeremy melirik Thasia sekilas, lalu berkata dengan dingin, "Suruh dia masuk."Thasia hanya diam saja. Lisa berjalan masuk dari luar menggunakan sepatu hak tingginya.Thasia tidak melirik Lisa.Namun, suara Lisa terdengar di telinganya, "Jeremy, aku membawakan baju untukmu."Lisa berjalan ke depan Jeremy.Lisa saat ini sudah berganti pakaian, dia memakai gaun berwarna hijau, ditambah rambutnya yang ikal, saat ini gadis itu terlihat sangat cantik dan memukau."Kamu nggak perlu datang untuk mengantarkanya."Thasia melirik Jeremy sedikit.Sorot mata Jeremy cukup dingin, tidak ada perubahan yang terlalu terlihat.Namun, perkataannya ....Lisa berkata dengan lembut, "Kalau aku nggak datang, aku nggak akan tenang. Ternyata kalian sedang masak, apakah Bu Thasia yang memasak?""Hmm."Jeremy menjawab dengan datar.Lisa menatap Thasia dengan penuh harap. "Bu Thasia, apakah aku boleh mencoba masakanmu? Aku hari ini kebetulan ada waktu, bolehlah kamu mengajariku memasak?"Thasia menolak. "Aku bisa