Suara keras pria yang memukul Thasia terdengar dari depan. "Sialan, banci dari mana ini berlagak sok pahlawan? Kamu telah mengganggu rencanaku, aku akan membunuhmu!"Suara itu semakin mendekat.Pria tadi mendekat dan ingin menyerang Jeremy dengan sekuat tenaga.Namun.Jeremy segera menendangnya, lalu tubuh pria itu mental lagi.Brak!Tubuh pria itu dengan kencang jatuh ke lantai.Satu tangan Jeremy memeluk Thasia, satunya lagi menelepon seseorang. "Eric, suruh orang-orangmu ke sini membereskan orang nggak tahu diri di depan ruang VIP, lalu suruh Ricky ke ruang VIP membawa kotak obat."Setelah berkata seperti itu dia menutup panggilannya.Jeremy pun membawa Thasia masuk ke ruang VIP.Dua serangan Jeremy telah membuat pria tadi tidak bisa bangun lagi, lalu saat Jeremy menelepon untuk memanggil orang, pria itu baru sadar Jeremy bukan orang biasa.Pria itu seketika merasa takut dan memaksakan kakinya untuk kabur.Namun, mana mungkin dia bisa kabur.Eric, Ricky dan Zack sudah susah-susah me
"Terima kasih."Thasia tidak membahas hal itu, yang penting Jeremy telah menolongnya.Jeremy tadi memang sedang merasa marah, setelah minum amarahnya tidak berkurang, perkataan pria tadi tidak diragukan lagi membuat amarahnya semakin membludak.Sekarang Thasia berkata terima kasih padanya?Bibir tipis Jeremy bergerak, "Aku hanya membalas pertolonganmu sebelumnya, nggak perlu berterima kasih."Thasia terdiam.Ternyata Jeremy hanya balas budi saja.Baguslah.Mereka sudah tidak saling berutang budi lagi.Thasia merapatkan bibirnya, lalu setelah terdiam beberapa saat, dia baru menjawab, "Kita pulang sekarang?""Tunggu dulu.""Hmm."Thasia tidak terlalu memikirkannya.Jeremy memberikan es batunya pada Thasia, lalu meremas tangan wanita itu. "Kamu kompres dulu, kamu masih belum berhenti, jadi kamu masih mewakili PT Okson."Perkataan Jeremy ini terdengar datar.Thasia mengangguk. "Aku mengerti."Jeremy menolongnya, karena dirinya adalah istri pria itu, karena dirinya ada sekretaris pria itu,
Thasia sedang mencuci muka, dia menggunakan banyak sabun cuci muka.Saat memakai sabun cuci tangan dan sabun mandi juga begitu.Seketika aroma di kamar mandi dipenuhi dengan wangi bunga.Thasia menyukai aroma ini.Thasia berbuat seperti ini demi menghilangkan aroma di tubuh Jeremy.Aroma apa lagi yang ada di tubuh Jeremy?Sudah pasti aroma rokok dan alkohol.Termasuk aroma amis darah pria di klub tadi.Gerakan Thasia berhenti, dia sedikit tertegun.Namun, Thasia dengan cepat menjawab, "Kamu yang berlebihan, kamu tahu sendiri alasanku ingin bercerai denganmu."Masa kontrak mereka sudah habis.Lagi pula, Jeremy juga tidak pernah benar-benar ingin mempertahankannya.Kalau Thasia tidak pergi.Mungkinkah dia harus melihat pria itu dan Lisa bermesraan?Jeremy tersenyum sinis.Jeremy memang tahu.Thasia ingin kembali bersama Leo, ingin bersama Jason.Saat berpikir seperti ini Jeremy pun teringat saat Thasia dan Jason duduk di samping vas bunga, mereka mengobrol dengan seru.Terutama ekspresi
Zack berkata dengan sangat jelas.Thasia pun tercengang.Dua setengah bulan lagi. Bukankah kehamilannya saat itu sudah mencapai empat bulan? Perutnya sudah pasti terlihat jelas membesar.Jika begitu Jeremy sudah pasti tidak akan melepaskannya.Namun, Thasia dengan cepat menyadari sesuatu.Thasia tersenyum sinis dan berkata, "Aku seharusnya memanggilmu temannya Jeremy, bukan?"Tatapan Zack menjadi serius, lalu dia dengan cepat berkata sambil tersenyum, "Kak Thasia sungguh memiliki mata yang jeli."Meski Zack terlihat tenang, sebenarnya dia merasa cukup salut pada Thasia di dalam hatinya.Thasia langsung mengetahui hal ini. "Kalau kamu nggak mau mengurusi masalah perceraianku, maka aku pergi dulu."Setelah mengatakannya, Thasia pun berjalan pergi.Begitu Thasia pergi, Zack langsung menelepon Jeremy.Jeremy masih tidur saat ini.Setelah minum terlalu banyak, sekarang dia tiba-tiba dibangunkan, badannya terasa sangat sakit.Saat Zack mendengar suara serak Jeremy, dia seketika tertawa. "Mas
Sisilia berjalan ke arah Thasia.Saat ini Sisilia terlihat tersenyum.Dibandingkan dengan kemarin, sikap Sisilia sangat berbeda.Thasia hanya bisa tersenyum sambil menjawabnya, "Nggak masalah. Maurin, beri salam pada rekan kerja sama kita."Jeremy sudah bilang menyuruh Maurin yang mengurusi perwakilan PT Sintrom, meski sikap Sisilia sudah berubah, Thasia tetap berpikir untuk memperkenalkan Maurin padanya.Walau Sisilia merasa tidak senang, dia tidak menunjukkannya."Bu Thasia sedang mengajari anak baru?"Dulu yang datang adalah Vina, sekarang malah jadi Maurin.Sedangkan Jeremy sampai saat ini masih tidak muncul-muncul.Hal ini membuat Sisilia merasa tidak senang, tapi dia tidak menunjukkannya.Sekarang dia hanya bisa mencari topik pembicaraan untuk berbicara dengan Thasia.Thasia menjawab, "Nona Sisilia takut hal ini akan memengaruhi kerja sama kita? Tenang saja, semua kontrak sudah Pak Jeremy lihat dengan teliti."Sisilia menutup bibirnya. "Kalau begitu kita bicarakan di PT Okson saj
Thasia juga tidak menyangka Sisilia belum memegang gelasnya dengan benar."Nona Sisilia, kamu salah paham, aku nggak bermaksud mencelakaimu. Hanya saja kamu yang nggak memegangnya dengan benar," kata Thasia dengan datar.Dia menatap kedua mata Sisilia, saat ini tatapan mata wanita itu terlihat dingin."Aku nggak memegangnya dengan benar? Aku hanya memegang gelas saja nggak becus? Pak Jeremy, padahal aku sudah datang jauh-jauh untuk membahas kerja sama ini denganmu, tapi sekretarismu ini malah terlihat sangat sombong."Sisilia langsung balik bertanya dua kali.Kalimat terakhirnya dia katakan pada Jeremy.Jeremy berdiri tidak jauh dari sana, tatapan dinginnya melihat dengan meremehkan. "Apakah aku harus memperlihatkan rekaman CCTV agar Nona Sisilia mengingat lagi apa yang terjadi tadi?"Dia tahu seperti apa sifat Thasia.Karena sudah dikritik, Thasia tidak akan peduli.Sebelum berhenti bekerja, wanita itu akan melakukan pekerjaannya dengan baik, dia tidak akan bekerja dengan sembarangan.
Wajah Sisilia seketika menegang. "Pak Jeremy, sebelumnya aku sempat bermasalah dengan sekretarismu, ditambah dengan masalah tadi, aku yakin sebagian besar orang juga akan berpikir dia sengaja.""Lagi pula, kamu lupa aku ini siapa?"Semakin Sisilia berbicara, semakin dia tidak bisa mengendalikan dirinya.Tatapan Jeremy terlihat dingin dan tajam. "Memangnya aku nggak tahu pegawaiku itu orang seperti apa? Kalau dia sengaja, memangnya kenapa?"Kalimat Jeremy ini membuat Sisilia mati kutu.Sorot mata Jeremy, serta pertanyaan Sisilia yang diabaikan itu jelas membuktikan bahwa Jeremy lupa padanya.Sisilia merasa kesal dan malu.Saat itu tiba-tiba suara Thasia terdengar di sana. "Nona Sisilia, ini es batumu."Wajah Thasia terlihat tenang, sama sekali tidak terpengaruh oleh kejadian tadi.Saat Sisilia melihat Jeremy di sampingnya, sorot matanya tetap dingin, bahkan juga terlihat tajam dan menekan, seakan-akan berkata, "Kalau kamu nggak minta maaf pada Thasia, maka jangan harap kerja sama ini ak
Sekarang dia masih harus mengorbankan 20% keuntungannya, tentu saja dia rugi, terutama dirinya harus dimarahi.Jeremy sekarang bertanya seperti ini, hal itu sama saja dengan membunuhnya.Sedangkan dirinya saat ini tidak bisa membantah.Dia hanya bisa tetap tersenyum. "Pak Jeremy, kami lebih mementingkan masa depan yang masih jauh di depan sana. Merelakan 20% berarti keuntunganku akan berkurang, tapi aku bisa memenangkan klien besar seperti Pak Jeremy. Pak Jeremy, aku hanya bisa merelakan 20% saja, nggak bisa lebih banyak lagi.""Oke."Jeremy menyetujuinya dengan cepat.Namun!Sudah ada bibit kebencian di hati Sisilia. "Pak Jeremy, karena kita sudah sepakat, nanti malam aku akan mengadakan pesta di Vila Rosa, semoga Pak Jeremy bisa hadir.""Hmm."Karena sudah begini Jeremy tidak bisa menolaknya, dia pun menerima undangan itu.Sisilia mengangguk pada Jeremy. "Kalau begitu aku pamit dulu.""Thasia, antarkan tamu."Jeremy memanggil Thasia.Meski Sisilia tidak terlalu suka diantar oleh Thas