Melihat ini Jeremy pun mengerutkan keningnya. "Bukannya kamu sudah ke dokter?""Ya, aku akan meminum obatnya nanti."Punggung Thasia terasa dingin, tenggorokannya juga terasa tegang.Dia tidak berani menatap mata Jeremy, takut Jeremy yang peka akan mengetahui kejanggalan pada dirinya.Jeremy mengerutkan kening. "Sudah dua hari sejak kamu ke dokter, coba bawa sini obatmu, aku akan bertanya pada Ricky. Kalau nggak ada efek aku akan menyuruh Ricky membuatkan resep lagi untukmu."Obat yang diberikan dokter sudah Thasia ganti tempatnya.jika diperlihatkan pada Ricky, sebagai seorang dokter bukankah pria itu akan menyadari ada yang tidak beres pada obatnya?Thasia segera mengalihkan pembicaraan. "Baru dua hari, efek obatnya nggak akan secepat itu, lagi pula, kamu juga sudah memberikanku sekotak obat waktu itu."Jeremy pun baru teringat.Melihat Jeremy hanya diam saja, Thasia segera meletakkan kopinya di depannya. "Kali ini aku nggak menambahkan bunga zaitun, kamu coba dulu suka nggak. Aku ti
Thasia tertegun.Jeremy tidak pernah bersikap selembut ini padanya.Jika tidak ada masa kontrak tiga tahun dan tidak ada Lisa, Thasia mungkin akan berpikir untuk tetap di sisi pria itu lagi karena tindakan dan ucapannya barusan.Thasia mengangguk. "Aku tahu Ricky nggak akan memakan orang, tapi aku benar-benar nggak kenapa-napa. Jeremy, kenapa kamu nggak percaya padaku, mungkinkah aku terlihat seperti orang penyakitan?""Atau jangan-jangan aku terlihat seperti sedang hamil?"Thasia kali ini menguji pria itu dengan ucapan yang cukup berisiko.Jeremy pernah menebak hal ini, tapi segera disangkal oleh Thasia.Kali ini dia yang mengatakannya duluan, semoga Jeremy menyangkalnya juga.Jeremy terdiam.Namun, tatapan matanya berpindah ke tubuh Thasia karena mendengar perkataan tadi.Memang akhir-akhir ini dia merasa Thasia menjadi lebih gemuk.Sedangkan selama dua hari ini, wajah Thasia terlihat lebih kurus dan pucat.Bibir tipis Jeremy pun bergerak, dia berkata dengan suara serak, "Nanti aku a
Thasia memasak bubur dan mi telur.Juga membuat jus pir.Setelah selesai memasak, pembantu membawakan semua makanan itu ke meja makan.Kebetulan Jeremy juga berjalan turun dari atas, Thasia segera memanggilnya, "Sini makan sarapan."Saat ini ada cahaya matahari yang menyinari tubuh Thasia, seketika membuat tubuhnya seperti dilapisi oleh sinar emas yang indah.Jeremy merasa keadaan seperti ini sangat nyaman, seperti kembali ke masa lalu.Namun, semua ini hanya sementara saja.Karena setelah selesai sarapan mereka akan pergi mengurusi masalah cerai mereka,Jeremy sebenarnya tidak terlalu terbiasa makan sarapan, tapi dia juga tidak bisa menolak.Thasia sangat pandai memasak, makanannya ini enak dan mudah dicerna.Setelah selesai sarapan mereka berjalan ke luar bersama-sama.Jeremy tidak memanggil sopir, juga tidak memanggil Tony, dia yang mengemudi sendiri. Thasia duduk di samping kemudi, kondisi ini sama seperti saat mereka pergi mengambil akta nikah.Namun, saat itu cuacanya tidak sebag
Tentu saja Thasia tidak senang.Namun, dia tidak punya pilihan."Ya, aku sangat senang," kata Thasia dengan mengkhianati isi hatinya.Jeremy dari awal sudah menebak hal ini. "Cara tercepat yang kamu maksud itu dengan mencari pengacara, bukan?"Thasia tidak menyangkal.Setelah dia terdiam, dia berkata pada Jeremy, "Pak Jeremy, kita nggak sejalan lagi."Thasia ingin pergi mencari pengacara.Jeremy mengerti maksud Thasia, tidak mungkin dirinya berbaik hati memberikan wanita itu tumpangan.Jeremy berkata dengan datar, "Di PT Okson lagi ada banyak kerjaan.""Oh."Thasia tidak berkata apa-apa lagi.Begitu mereka sampai di PT Okson, yang satu kembali ke kantor presdir, yang satu lagi kembali ke mejanya.Saat Vina melihat Thasia dia merasa sangat terkejut. "Kak Thasia aku kira kamu nggak akan datang lagi."Perhatian Thasia pun tertuju pada Vina.Pakaian kerja Vina terlihat sangat rapi.Sepertinya Jeremy sudah memperlakukan gadis ini dengan baik.Apalagi tujuan Vina diterima di sini untuk mengg
Jeremy berkata tanpa menoleh, "Kamu pergi ke hotel untuk bertemu perwakilan PT Sintrom, lalu tentukan tempat makan siang, termasuk nanti malam, urus semuanya dengan baik.""Baik."Thasia tidak menolak perintah Jeremy.Setelah mendapat alamat hotelnya, dia pun pergi ke tempat parkir untuk mengambil mobil.Saat ingin membuka pintu mobil, lengannya ditarik oleh seseorang, Thasia merasa terkejut.Detik berikutnya dia mendengar Vina berkata, "Kak Thasia, kamu yang menerimaku bekerja di sini, mungkinkah kamu nggak tahu seperti apa sifatku? Semua pertanyaanku padamu itu nggak ada maksud lain, aku memang ingin memintamu mengajarku sesuatu. Bisakah kamu membantuku membujuk Pak Jeremy agar nggak jadi memecatku?"Vina tidak ingin dipecat begitu saja.Vina dari tadi terus menunggu di tempat parkiran. Dia sudah berpikir, jika dirinya bertemu dengan Thasia atau Tony, atau bahkan Jeremy, dia harus terlihat menyedihkan dan memohon agar dirinya dipertahankan di sini.Suasana hati Thasia hari ini sedang
Setelah Sisilia berkata seperti itu, dia langsung memunggungi Thasia.Karena perwakilan PT Sintrom tidak menerima kedatangannya, Thasia pun hanya bisa memberi tahu Jeremy hal ini. "Dia bilang ingin kamu yang datang sendiri, katanya pihak kita selalu ganti-ganti orang."Thasia tidak bertele-tele.Jika Jeremy ingin mempertahankan kerja sama ini, maka pria itu harus datang sendiri.Kalau tidak mau ....Maka pria itu bisa mengabaikan perkataannya ini.Sedangkan dirinya bisa memanfaatkan waktu ini untuk mencari pengacara.Tanpa disangka Jeremy malah berkata, "Kembali kantor."Nadanya terdengar tegas, kedengarannya Jeremy tidak sedang bercanda."Baik."Thasia juga tidak berkomentar lagi.Saat Thasia kembali, Jeremy sudah tidak berada di depan komputer, pria itu berdiri di depan jendela besar, tangan kanannya sedang memegang rokok.Thasia sekarang bersikap formal seperti seorang pegawai kantoran. "Pak Jeremy ada perintah apa?"Jeremy meniupkan asap rokoknya.Di balik asap putih itu wajah Jere
Seorang pria yang berpakaian rapi sedang duduk di depan meja komputer. "Bu, kamu tadi juga bilang kalau kalian sudah membuat janji di Kantor Biro Urusan Sipil, jadi kamu harus menunggu dengan sabar. Kalau pasanganmu nggak mau cerai, baru kita urus."Thasia berkata dengan ekspresi tegas, "Aku ingin bercerai secepatnya.""Aku harus bayar berapa agar kamu mau membantuku mempercepat kasus perceraianku?" tanya Thasia dengan panik.Thasia tidak bisa menunggu sampai dua bulan.Pria itu menyadari reaksi Thasia terlihat sedikit aneh. "Kamu kelihatannya ingin buru-buru bercerai, pasanganmu nggak mau bercerai atau kamu yang berselingkuh dengan orang lain?"Thasia menyangkalnya, "Aku nggak berselingkuh, aku ini nikah kontrak dengan suamiku. Lagi pula, suamiku sudah punya pujaan hati. Kami juga menikah dengan diam-diam, aku merasa lelah saja dengan pernikahan tanpa cinta ini, kami juga nggak akan membagi kekayaan, nggak ada anak, aku hanya ingin cepat-cepat memulai kehidupan baru."Pernikahannya di
Thasia sedang berada di pasar tenaga kerja.Karena dia mewakili PT Okson, banyak orang yang memberikan CV padanya.Setelah dia membereskannya, lalu mengirim ke Jeremy, dia menyadari pria itu tidak membalasnya.Jeremy mungkin tidak akan sempat melihat begitu banyak CV.Sudah pasti pria itu sedang menyulitkannya, tidak ingin dirinya pergi.Thasia seketika merasa sangat lelah.Thasia sudah memutuskan.Dia ingin tetap di sini dulu selama satu jam, lalu baru pergi mengumpulkan beberapa CV lagi.Jika Jeremy masih tidak menemukan orang yang cocok lagi dari beberapa CV ini, Thasia tidak akan peduli.Cuaca sedang sangat panas, Thasia berjalan keluar untuk membeli air.Saat berjalan kembali, di bawah sinar terik matahari dia merasa pusing.Seketika dia tidak berani berjalan.Dia pun duduk di pinggiran jalan tempat vas bunga untuk mengatur napasnya."Thasia."Di telinganya samar-samar terdengar suara seorang pria.Thasia tanpa sadar menoleh, dia melihat tubuh tinggi Jason yang sedang memakai jas