Thasia sedang berada di pasar tenaga kerja.Karena dia mewakili PT Okson, banyak orang yang memberikan CV padanya.Setelah dia membereskannya, lalu mengirim ke Jeremy, dia menyadari pria itu tidak membalasnya.Jeremy mungkin tidak akan sempat melihat begitu banyak CV.Sudah pasti pria itu sedang menyulitkannya, tidak ingin dirinya pergi.Thasia seketika merasa sangat lelah.Thasia sudah memutuskan.Dia ingin tetap di sini dulu selama satu jam, lalu baru pergi mengumpulkan beberapa CV lagi.Jika Jeremy masih tidak menemukan orang yang cocok lagi dari beberapa CV ini, Thasia tidak akan peduli.Cuaca sedang sangat panas, Thasia berjalan keluar untuk membeli air.Saat berjalan kembali, di bawah sinar terik matahari dia merasa pusing.Seketika dia tidak berani berjalan.Dia pun duduk di pinggiran jalan tempat vas bunga untuk mengatur napasnya."Thasia."Di telinganya samar-samar terdengar suara seorang pria.Thasia tanpa sadar menoleh, dia melihat tubuh tinggi Jason yang sedang memakai jas
Thasia setuju dengan perkataannya ini. "Kamu benar, lama-kelamaan perasaan ini juga akan menghilang, aku sekarang juga merasa begitu."Jason seketika tidak tahu harus menjawab apa.Maksud Thasia saat ini perasaannya masih ada.Jason pun merenung. Thasia sudah mencintai Jeremy begitu lama, mana mungkin perasaan itu dengan cepat menghilang?Saat itu Jason pernah kembali sekali.Jason khawatir pada Thasia, jadi dia pergi mencarinya.Saat itu Thasia sedang di bangku SMA, Jason diam-diam melihatnya dari belakang pohon.Selama Thasia baik-baik saja, Jason pun merasa tenang.Saat itu dia melihat Thasia tersenyum, hanya saja mata gadis itu tertuju pada Jeremy yang berada tidak jauh dari sana.Jason berpikir, tidak heran Thasia bisa menyukai orang seperti itu.Karena Jeremy merupakan sosok yang terkenal di sekolah, tampan, pintar dan hebat dalam segala aspek. Semua wanita pasti suka padanya.Sedangkan dirinya waktu itu masih gendut, jadi dia tidak berani untuk menunjukkan dirinya.Dia melihat p
Jeremy sedang mengurusi kerjaannya, saat menoleh tatapan matanya terlihat dingin, tapi pria itu tetap menerima semua CV dari Thasia.Tanpa disangka pria itu melihatnya.Thasia merasa tegang, lalu dia mendengar pria itu berkata, "Beberapa orang ini cukup bagus, CV ini biarkan di sini dulu."Jeremy meletakkan semua CV ke samping, lalu berkata, "Suruh mereka besok wawancara ke kantor."Melihat Jeremy menjawab dengan begitu cepat, Thasia merasa heran, tapi dia dengan cepat menjawab, "Baiklah, aku akan menelepon beberapa orang itu."Jeremy berkata lagi, "Kalau nggak ada urusan lain keluarlah."Thasia yang melihat ekspresi dingin Jeremy pun merasa bingung, tapi pria itu sudah berkata seperti ini, dia pun hanya bisa berjalan keluar.Sedangkan Tony saat ini berjalan masuk dengan langkah besar. "Pak Jeremy, terjadi masalah pada proyek di Kota Domilus.Setelah mendengar ini Jeremy mengerutkan alisnya, dia segera berdiri dan berjalan ke luar bersama Tony.Melihat ini Thasia tanpa sadar berjalan m
"Benar, kamu takut Jeremy bangkrut, lalu kamu nggak akan mendapat uang lagi, jadi kamu tega memutarbalikkan fakta!"...Saat ini semua orang mulai menyalahkan Thasia.Mereka dengan gila-gilaan menyerang Thasia.Cindy yang melihat ini merasa senang.Pukul saja dia.Lebih baik lagi jika orang-orang ini memukul Thasia, memberi wanita itu pelajaran.Namun, Jeremy terlihat panik.Saat Jeremy ingin melepaskan dirinya dari cengkeraman polisi, Thasia sudah dilindungi oleh beberapa polisi lainnya.Di saat yang sama Tony juga berjalan ke sisi Thasia.Seketika Jeremy menghela napas lega, dia pun berjalan pergi dengan polisi.Thasia saat ini segera berkata pada Tony, "Kamu periksa dulu Stanley dan Vina."Saat rapat dengan pemegang saham waktu itu Jeremy sempat menegur Stanley.Vina juga selama ini selalu berada di sisi Jeremy.Kedua orang itu paling mencurigakan untuk saat ini.Namun, masalah ini tidak bisa diselidiki dengan begitu cepat. Lagi pula, pihak kepolisian juga sedang menyelidikinya.Den
Pemegang saham yang lainnya tadi hanya dihasut oleh Stanley.Setelah mendengar perkataan Thasia, mana mungkin mereka berani melawan.Cindy awalnya ingin memperparah perdebatan Thasia dan Stanley, tapi pada akhirnya semua berakhir tidak sesuai dengan keinginannya.Walau merasa kesal Cindy hanya berani diam saja.Namun!Kali ini Jeremy sedang tidak ada, jadi ini kesempatan bagus untuknya bertindak!...Setelah Thasia duduk, dia berencana untuk memancing dalang di balik semua ini.Dia sengaja menelepon Tony, "Aku sekarang ingin ke sana bertemu Pak Jeremy sebentar, aku harus menyerahkan berkas penting padanya."Begitu Thasia menutup telepon, Cindy sudah berjalan ke arahnya.Cindy bertanya dengan curiga, "Thasia, tadi kamu bilang mau menyerahkan dokumen penting ke Pak Jeremy, kamu sudah tahu siapa yang mencelakai Pak Jeremy?"Thasia mengangguk. "Orang dari PT Okson.""Kamu curiga pada siapa?"Cindy masih berusaha memancingnya.Thasia malah merasa bingung.Sejak Jeremy ditangkap, semua karya
"Apa?"Cindy seketika tercengang.Saat Stanley hendak pergi, Tony dan Thasia sudah berada di depan, mengepung mereka sambil membawa pengawal serta polisi.Wajah Cindy seketika menjadi sangat pucat."Thasia, kamu menjebakku?"Thasia tersenyum sinis. "Bukan aku yang menjebakmu, kamu sendiri yang bertindak mencurigakan."Thasia awalnya curiga pada Stanley dan Vina.Thasia memang ingin memancing dalang itu keluar, tapi sebelum dia bertindak, Cindy sudah mendengar percakapannya dengan Tony, lalu wanita ini bertanya padanya.Thasia pun mulai waspada, jika masalah ini ada hubungannya dengan Cindy, maka lebih bagus lagi.Maka dia bisa menangkap pelakunya melalui Cindy.Jika masalah ini tidak ada hubungannya dengan Cindy, bisa dibilang wanita itu memang ingin membantunya, setelah masalah ini selesai, dia akan meminta maaf padanya.Siapa sangka ternyata hasilnya seperti ini.Benar saja, jadi orang itu tidak boleh serakah, jangan sampai lupa kulit.Setelahnya Stanley dan Cindy pun dibawa ke kanto
"Pak Jeremy."Thasia mengangguk dan menyapanya.Jeremy tidak menjawab, dia malah melangkah mendekati Thasia.Tubuhnya yang tinggi itu memberi tekanan pada Thasia.Wajah Jeremy terlihat kaku.Thasia tidak mengerti apa maksud pria itu.Hingga ....Jeremy mengerutkan kening dan bertanya, "Thasia, kenapa kamu membantuku?"Jeremy mendengar hal ini dari Tony.Kali ini Jeremy bisa dibebaskan dengan begitu cepat, juga berhasil membuktikan bahwa Stanley dan Cindy yang bersalah, semua karena jebakan Thasia.Jeremy sudah melarang Thasia pergi, tapi wanita itu masih saja tetap pergi.Bahkan tindakannya begitu cepat.Terlihat jelas Thasia khawatir pada Jeremy.Takut terjadi sesuatu padanya.Thasia tidak menyangka Jeremy akan bertanya seperti ini.Meski Thasia sempat tertegun, dia dengan cepat sadar kembali dan bertanya, "Pak Jeremy, aku ini sekretarismu, selama aku masih ada di PT Okson, aku pasti akan membantumu tanpa ragu."Nada bicaranya terdengar datar.Tatapan matanya juga terlihat datar.Jere
Ricky yang mendengar ini pun seketika merasa bersemangat. "Kami berada di ruang VIP 409 Klub Mimi, kamu cepatlah datang. Malam ini aku kedapatan jaga malam, jadi harus segera pergi.""... Oke."Meski Ricky tidak berkata pria itu kedapatan jaga malam pun, karena Thasia sudah menerima panggilan ini, tidak mungkin dia membiarkan Jeremy begitu saja.Ricky mendengar teleponnya sudah ditutup oleh Thasia, dia pun mengembalikan ponsel Jeremy ke saku pria itu lagi.Dia pun melirik Eric dan Zack.Ketiganya berjalan keluar.Namun, setelah mereka berjalan keluar, mata Jeremy pun terbuka.Sorot mata Jeremy saat ini terlihat gelap, dia sama sekali tidak terlihat mabuk....Satu jam kemudian Thasia tiba di Klub Mimi.Dia naik taksi dari PT Okson ke sini, tapi di jalan tadi sempat macet.Jadi dia harus melakukan perjalan selama satu jam.Selama tujuh tahun menjadi sekretaris Jeremy, Thasia sempat beberapa kali ke tempat seperti ini.Namun, saat berjalan di koridor.Dia bertemu seorang pria yang berjal