"Pak Jeremy."Thasia mengangguk dan menyapanya.Jeremy tidak menjawab, dia malah melangkah mendekati Thasia.Tubuhnya yang tinggi itu memberi tekanan pada Thasia.Wajah Jeremy terlihat kaku.Thasia tidak mengerti apa maksud pria itu.Hingga ....Jeremy mengerutkan kening dan bertanya, "Thasia, kenapa kamu membantuku?"Jeremy mendengar hal ini dari Tony.Kali ini Jeremy bisa dibebaskan dengan begitu cepat, juga berhasil membuktikan bahwa Stanley dan Cindy yang bersalah, semua karena jebakan Thasia.Jeremy sudah melarang Thasia pergi, tapi wanita itu masih saja tetap pergi.Bahkan tindakannya begitu cepat.Terlihat jelas Thasia khawatir pada Jeremy.Takut terjadi sesuatu padanya.Thasia tidak menyangka Jeremy akan bertanya seperti ini.Meski Thasia sempat tertegun, dia dengan cepat sadar kembali dan bertanya, "Pak Jeremy, aku ini sekretarismu, selama aku masih ada di PT Okson, aku pasti akan membantumu tanpa ragu."Nada bicaranya terdengar datar.Tatapan matanya juga terlihat datar.Jere
Ricky yang mendengar ini pun seketika merasa bersemangat. "Kami berada di ruang VIP 409 Klub Mimi, kamu cepatlah datang. Malam ini aku kedapatan jaga malam, jadi harus segera pergi.""... Oke."Meski Ricky tidak berkata pria itu kedapatan jaga malam pun, karena Thasia sudah menerima panggilan ini, tidak mungkin dia membiarkan Jeremy begitu saja.Ricky mendengar teleponnya sudah ditutup oleh Thasia, dia pun mengembalikan ponsel Jeremy ke saku pria itu lagi.Dia pun melirik Eric dan Zack.Ketiganya berjalan keluar.Namun, setelah mereka berjalan keluar, mata Jeremy pun terbuka.Sorot mata Jeremy saat ini terlihat gelap, dia sama sekali tidak terlihat mabuk....Satu jam kemudian Thasia tiba di Klub Mimi.Dia naik taksi dari PT Okson ke sini, tapi di jalan tadi sempat macet.Jadi dia harus melakukan perjalan selama satu jam.Selama tujuh tahun menjadi sekretaris Jeremy, Thasia sempat beberapa kali ke tempat seperti ini.Namun, saat berjalan di koridor.Dia bertemu seorang pria yang berjal
Suara keras pria yang memukul Thasia terdengar dari depan. "Sialan, banci dari mana ini berlagak sok pahlawan? Kamu telah mengganggu rencanaku, aku akan membunuhmu!"Suara itu semakin mendekat.Pria tadi mendekat dan ingin menyerang Jeremy dengan sekuat tenaga.Namun.Jeremy segera menendangnya, lalu tubuh pria itu mental lagi.Brak!Tubuh pria itu dengan kencang jatuh ke lantai.Satu tangan Jeremy memeluk Thasia, satunya lagi menelepon seseorang. "Eric, suruh orang-orangmu ke sini membereskan orang nggak tahu diri di depan ruang VIP, lalu suruh Ricky ke ruang VIP membawa kotak obat."Setelah berkata seperti itu dia menutup panggilannya.Jeremy pun membawa Thasia masuk ke ruang VIP.Dua serangan Jeremy telah membuat pria tadi tidak bisa bangun lagi, lalu saat Jeremy menelepon untuk memanggil orang, pria itu baru sadar Jeremy bukan orang biasa.Pria itu seketika merasa takut dan memaksakan kakinya untuk kabur.Namun, mana mungkin dia bisa kabur.Eric, Ricky dan Zack sudah susah-susah me
"Terima kasih."Thasia tidak membahas hal itu, yang penting Jeremy telah menolongnya.Jeremy tadi memang sedang merasa marah, setelah minum amarahnya tidak berkurang, perkataan pria tadi tidak diragukan lagi membuat amarahnya semakin membludak.Sekarang Thasia berkata terima kasih padanya?Bibir tipis Jeremy bergerak, "Aku hanya membalas pertolonganmu sebelumnya, nggak perlu berterima kasih."Thasia terdiam.Ternyata Jeremy hanya balas budi saja.Baguslah.Mereka sudah tidak saling berutang budi lagi.Thasia merapatkan bibirnya, lalu setelah terdiam beberapa saat, dia baru menjawab, "Kita pulang sekarang?""Tunggu dulu.""Hmm."Thasia tidak terlalu memikirkannya.Jeremy memberikan es batunya pada Thasia, lalu meremas tangan wanita itu. "Kamu kompres dulu, kamu masih belum berhenti, jadi kamu masih mewakili PT Okson."Perkataan Jeremy ini terdengar datar.Thasia mengangguk. "Aku mengerti."Jeremy menolongnya, karena dirinya adalah istri pria itu, karena dirinya ada sekretaris pria itu,
Thasia sedang mencuci muka, dia menggunakan banyak sabun cuci muka.Saat memakai sabun cuci tangan dan sabun mandi juga begitu.Seketika aroma di kamar mandi dipenuhi dengan wangi bunga.Thasia menyukai aroma ini.Thasia berbuat seperti ini demi menghilangkan aroma di tubuh Jeremy.Aroma apa lagi yang ada di tubuh Jeremy?Sudah pasti aroma rokok dan alkohol.Termasuk aroma amis darah pria di klub tadi.Gerakan Thasia berhenti, dia sedikit tertegun.Namun, Thasia dengan cepat menjawab, "Kamu yang berlebihan, kamu tahu sendiri alasanku ingin bercerai denganmu."Masa kontrak mereka sudah habis.Lagi pula, Jeremy juga tidak pernah benar-benar ingin mempertahankannya.Kalau Thasia tidak pergi.Mungkinkah dia harus melihat pria itu dan Lisa bermesraan?Jeremy tersenyum sinis.Jeremy memang tahu.Thasia ingin kembali bersama Leo, ingin bersama Jason.Saat berpikir seperti ini Jeremy pun teringat saat Thasia dan Jason duduk di samping vas bunga, mereka mengobrol dengan seru.Terutama ekspresi
Zack berkata dengan sangat jelas.Thasia pun tercengang.Dua setengah bulan lagi. Bukankah kehamilannya saat itu sudah mencapai empat bulan? Perutnya sudah pasti terlihat jelas membesar.Jika begitu Jeremy sudah pasti tidak akan melepaskannya.Namun, Thasia dengan cepat menyadari sesuatu.Thasia tersenyum sinis dan berkata, "Aku seharusnya memanggilmu temannya Jeremy, bukan?"Tatapan Zack menjadi serius, lalu dia dengan cepat berkata sambil tersenyum, "Kak Thasia sungguh memiliki mata yang jeli."Meski Zack terlihat tenang, sebenarnya dia merasa cukup salut pada Thasia di dalam hatinya.Thasia langsung mengetahui hal ini. "Kalau kamu nggak mau mengurusi masalah perceraianku, maka aku pergi dulu."Setelah mengatakannya, Thasia pun berjalan pergi.Begitu Thasia pergi, Zack langsung menelepon Jeremy.Jeremy masih tidur saat ini.Setelah minum terlalu banyak, sekarang dia tiba-tiba dibangunkan, badannya terasa sangat sakit.Saat Zack mendengar suara serak Jeremy, dia seketika tertawa. "Mas
Sisilia berjalan ke arah Thasia.Saat ini Sisilia terlihat tersenyum.Dibandingkan dengan kemarin, sikap Sisilia sangat berbeda.Thasia hanya bisa tersenyum sambil menjawabnya, "Nggak masalah. Maurin, beri salam pada rekan kerja sama kita."Jeremy sudah bilang menyuruh Maurin yang mengurusi perwakilan PT Sintrom, meski sikap Sisilia sudah berubah, Thasia tetap berpikir untuk memperkenalkan Maurin padanya.Walau Sisilia merasa tidak senang, dia tidak menunjukkannya."Bu Thasia sedang mengajari anak baru?"Dulu yang datang adalah Vina, sekarang malah jadi Maurin.Sedangkan Jeremy sampai saat ini masih tidak muncul-muncul.Hal ini membuat Sisilia merasa tidak senang, tapi dia tidak menunjukkannya.Sekarang dia hanya bisa mencari topik pembicaraan untuk berbicara dengan Thasia.Thasia menjawab, "Nona Sisilia takut hal ini akan memengaruhi kerja sama kita? Tenang saja, semua kontrak sudah Pak Jeremy lihat dengan teliti."Sisilia menutup bibirnya. "Kalau begitu kita bicarakan di PT Okson saj
Thasia juga tidak menyangka Sisilia belum memegang gelasnya dengan benar."Nona Sisilia, kamu salah paham, aku nggak bermaksud mencelakaimu. Hanya saja kamu yang nggak memegangnya dengan benar," kata Thasia dengan datar.Dia menatap kedua mata Sisilia, saat ini tatapan mata wanita itu terlihat dingin."Aku nggak memegangnya dengan benar? Aku hanya memegang gelas saja nggak becus? Pak Jeremy, padahal aku sudah datang jauh-jauh untuk membahas kerja sama ini denganmu, tapi sekretarismu ini malah terlihat sangat sombong."Sisilia langsung balik bertanya dua kali.Kalimat terakhirnya dia katakan pada Jeremy.Jeremy berdiri tidak jauh dari sana, tatapan dinginnya melihat dengan meremehkan. "Apakah aku harus memperlihatkan rekaman CCTV agar Nona Sisilia mengingat lagi apa yang terjadi tadi?"Dia tahu seperti apa sifat Thasia.Karena sudah dikritik, Thasia tidak akan peduli.Sebelum berhenti bekerja, wanita itu akan melakukan pekerjaannya dengan baik, dia tidak akan bekerja dengan sembarangan.