Jeremy sedang mengurusi kerjaannya, saat menoleh tatapan matanya terlihat dingin, tapi pria itu tetap menerima semua CV dari Thasia.Tanpa disangka pria itu melihatnya.Thasia merasa tegang, lalu dia mendengar pria itu berkata, "Beberapa orang ini cukup bagus, CV ini biarkan di sini dulu."Jeremy meletakkan semua CV ke samping, lalu berkata, "Suruh mereka besok wawancara ke kantor."Melihat Jeremy menjawab dengan begitu cepat, Thasia merasa heran, tapi dia dengan cepat menjawab, "Baiklah, aku akan menelepon beberapa orang itu."Jeremy berkata lagi, "Kalau nggak ada urusan lain keluarlah."Thasia yang melihat ekspresi dingin Jeremy pun merasa bingung, tapi pria itu sudah berkata seperti ini, dia pun hanya bisa berjalan keluar.Sedangkan Tony saat ini berjalan masuk dengan langkah besar. "Pak Jeremy, terjadi masalah pada proyek di Kota Domilus.Setelah mendengar ini Jeremy mengerutkan alisnya, dia segera berdiri dan berjalan ke luar bersama Tony.Melihat ini Thasia tanpa sadar berjalan m
"Benar, kamu takut Jeremy bangkrut, lalu kamu nggak akan mendapat uang lagi, jadi kamu tega memutarbalikkan fakta!"...Saat ini semua orang mulai menyalahkan Thasia.Mereka dengan gila-gilaan menyerang Thasia.Cindy yang melihat ini merasa senang.Pukul saja dia.Lebih baik lagi jika orang-orang ini memukul Thasia, memberi wanita itu pelajaran.Namun, Jeremy terlihat panik.Saat Jeremy ingin melepaskan dirinya dari cengkeraman polisi, Thasia sudah dilindungi oleh beberapa polisi lainnya.Di saat yang sama Tony juga berjalan ke sisi Thasia.Seketika Jeremy menghela napas lega, dia pun berjalan pergi dengan polisi.Thasia saat ini segera berkata pada Tony, "Kamu periksa dulu Stanley dan Vina."Saat rapat dengan pemegang saham waktu itu Jeremy sempat menegur Stanley.Vina juga selama ini selalu berada di sisi Jeremy.Kedua orang itu paling mencurigakan untuk saat ini.Namun, masalah ini tidak bisa diselidiki dengan begitu cepat. Lagi pula, pihak kepolisian juga sedang menyelidikinya.Den
Pemegang saham yang lainnya tadi hanya dihasut oleh Stanley.Setelah mendengar perkataan Thasia, mana mungkin mereka berani melawan.Cindy awalnya ingin memperparah perdebatan Thasia dan Stanley, tapi pada akhirnya semua berakhir tidak sesuai dengan keinginannya.Walau merasa kesal Cindy hanya berani diam saja.Namun!Kali ini Jeremy sedang tidak ada, jadi ini kesempatan bagus untuknya bertindak!...Setelah Thasia duduk, dia berencana untuk memancing dalang di balik semua ini.Dia sengaja menelepon Tony, "Aku sekarang ingin ke sana bertemu Pak Jeremy sebentar, aku harus menyerahkan berkas penting padanya."Begitu Thasia menutup telepon, Cindy sudah berjalan ke arahnya.Cindy bertanya dengan curiga, "Thasia, tadi kamu bilang mau menyerahkan dokumen penting ke Pak Jeremy, kamu sudah tahu siapa yang mencelakai Pak Jeremy?"Thasia mengangguk. "Orang dari PT Okson.""Kamu curiga pada siapa?"Cindy masih berusaha memancingnya.Thasia malah merasa bingung.Sejak Jeremy ditangkap, semua karya
"Apa?"Cindy seketika tercengang.Saat Stanley hendak pergi, Tony dan Thasia sudah berada di depan, mengepung mereka sambil membawa pengawal serta polisi.Wajah Cindy seketika menjadi sangat pucat."Thasia, kamu menjebakku?"Thasia tersenyum sinis. "Bukan aku yang menjebakmu, kamu sendiri yang bertindak mencurigakan."Thasia awalnya curiga pada Stanley dan Vina.Thasia memang ingin memancing dalang itu keluar, tapi sebelum dia bertindak, Cindy sudah mendengar percakapannya dengan Tony, lalu wanita ini bertanya padanya.Thasia pun mulai waspada, jika masalah ini ada hubungannya dengan Cindy, maka lebih bagus lagi.Maka dia bisa menangkap pelakunya melalui Cindy.Jika masalah ini tidak ada hubungannya dengan Cindy, bisa dibilang wanita itu memang ingin membantunya, setelah masalah ini selesai, dia akan meminta maaf padanya.Siapa sangka ternyata hasilnya seperti ini.Benar saja, jadi orang itu tidak boleh serakah, jangan sampai lupa kulit.Setelahnya Stanley dan Cindy pun dibawa ke kanto
"Pak Jeremy."Thasia mengangguk dan menyapanya.Jeremy tidak menjawab, dia malah melangkah mendekati Thasia.Tubuhnya yang tinggi itu memberi tekanan pada Thasia.Wajah Jeremy terlihat kaku.Thasia tidak mengerti apa maksud pria itu.Hingga ....Jeremy mengerutkan kening dan bertanya, "Thasia, kenapa kamu membantuku?"Jeremy mendengar hal ini dari Tony.Kali ini Jeremy bisa dibebaskan dengan begitu cepat, juga berhasil membuktikan bahwa Stanley dan Cindy yang bersalah, semua karena jebakan Thasia.Jeremy sudah melarang Thasia pergi, tapi wanita itu masih saja tetap pergi.Bahkan tindakannya begitu cepat.Terlihat jelas Thasia khawatir pada Jeremy.Takut terjadi sesuatu padanya.Thasia tidak menyangka Jeremy akan bertanya seperti ini.Meski Thasia sempat tertegun, dia dengan cepat sadar kembali dan bertanya, "Pak Jeremy, aku ini sekretarismu, selama aku masih ada di PT Okson, aku pasti akan membantumu tanpa ragu."Nada bicaranya terdengar datar.Tatapan matanya juga terlihat datar.Jere
Ricky yang mendengar ini pun seketika merasa bersemangat. "Kami berada di ruang VIP 409 Klub Mimi, kamu cepatlah datang. Malam ini aku kedapatan jaga malam, jadi harus segera pergi.""... Oke."Meski Ricky tidak berkata pria itu kedapatan jaga malam pun, karena Thasia sudah menerima panggilan ini, tidak mungkin dia membiarkan Jeremy begitu saja.Ricky mendengar teleponnya sudah ditutup oleh Thasia, dia pun mengembalikan ponsel Jeremy ke saku pria itu lagi.Dia pun melirik Eric dan Zack.Ketiganya berjalan keluar.Namun, setelah mereka berjalan keluar, mata Jeremy pun terbuka.Sorot mata Jeremy saat ini terlihat gelap, dia sama sekali tidak terlihat mabuk....Satu jam kemudian Thasia tiba di Klub Mimi.Dia naik taksi dari PT Okson ke sini, tapi di jalan tadi sempat macet.Jadi dia harus melakukan perjalan selama satu jam.Selama tujuh tahun menjadi sekretaris Jeremy, Thasia sempat beberapa kali ke tempat seperti ini.Namun, saat berjalan di koridor.Dia bertemu seorang pria yang berjal
Suara keras pria yang memukul Thasia terdengar dari depan. "Sialan, banci dari mana ini berlagak sok pahlawan? Kamu telah mengganggu rencanaku, aku akan membunuhmu!"Suara itu semakin mendekat.Pria tadi mendekat dan ingin menyerang Jeremy dengan sekuat tenaga.Namun.Jeremy segera menendangnya, lalu tubuh pria itu mental lagi.Brak!Tubuh pria itu dengan kencang jatuh ke lantai.Satu tangan Jeremy memeluk Thasia, satunya lagi menelepon seseorang. "Eric, suruh orang-orangmu ke sini membereskan orang nggak tahu diri di depan ruang VIP, lalu suruh Ricky ke ruang VIP membawa kotak obat."Setelah berkata seperti itu dia menutup panggilannya.Jeremy pun membawa Thasia masuk ke ruang VIP.Dua serangan Jeremy telah membuat pria tadi tidak bisa bangun lagi, lalu saat Jeremy menelepon untuk memanggil orang, pria itu baru sadar Jeremy bukan orang biasa.Pria itu seketika merasa takut dan memaksakan kakinya untuk kabur.Namun, mana mungkin dia bisa kabur.Eric, Ricky dan Zack sudah susah-susah me
"Terima kasih."Thasia tidak membahas hal itu, yang penting Jeremy telah menolongnya.Jeremy tadi memang sedang merasa marah, setelah minum amarahnya tidak berkurang, perkataan pria tadi tidak diragukan lagi membuat amarahnya semakin membludak.Sekarang Thasia berkata terima kasih padanya?Bibir tipis Jeremy bergerak, "Aku hanya membalas pertolonganmu sebelumnya, nggak perlu berterima kasih."Thasia terdiam.Ternyata Jeremy hanya balas budi saja.Baguslah.Mereka sudah tidak saling berutang budi lagi.Thasia merapatkan bibirnya, lalu setelah terdiam beberapa saat, dia baru menjawab, "Kita pulang sekarang?""Tunggu dulu.""Hmm."Thasia tidak terlalu memikirkannya.Jeremy memberikan es batunya pada Thasia, lalu meremas tangan wanita itu. "Kamu kompres dulu, kamu masih belum berhenti, jadi kamu masih mewakili PT Okson."Perkataan Jeremy ini terdengar datar.Thasia mengangguk. "Aku mengerti."Jeremy menolongnya, karena dirinya adalah istri pria itu, karena dirinya ada sekretaris pria itu,