Seketika nada bicara Jeremy menjadi berubah, dia berkata dengan suara rendah, "Kalau nggak mau kasih tahu juga nggak masalah. Ke depannya jangan bahas tentang cerai lagi, tetap saja di sini dengan patuh!"Thasia merasa terkejut, bagaimana bisa begini, seketika suasana hatinya bergejolak. "Jeremy, apa maksudmu?!""Patuh saja."Tangan Jeremy bergerak untuk mengelus rambut Thasia, lalu dia berkata dengan suara rendah dan sedikit makna memanjakan, "Kamu masih belum makan, pasti kamu lapar. Aku menyuruh pelayan membuatkan makanan kesukaanmu, ayo kita makan di bawah."Thasia tidak menyangka rencananya gagal.Sepertinya Thasia yang tidak terlalu memahami Jeremy, dirinya yang selama ini salah mengerti tentang pria di depannya ini.Thasia kira Jeremy pasti akan marah besar saat tahu di hatinya ada pria lain, jadi mereka akan segera bercerai.Bagaimanapun di hati mereka masing-masing sudah terisi oleh orang lain.Namun, pria itu lebih memilih mengurungnya dan tidak mau bercerai.Thasia merasa pa
"Nggak perlu, buatan siapa pun sama saja, semuanya enak. Hanya saja hari ini aku terlalu lapar, jadi makan lebih banyak." Thasia tidak ingin Jeremy terlalu memikirkannya.Tidak baik jika pria itu terlalu memperhatikannya.Semakin pria itu memperhatikannya, semakin besar pula pengorbanan Thasia."Aku lelah, apakah aku sudah boleh pergi istirahat?" tanya Thasia."Hmm," jawab Jeremy.Thasia akhirnya menghela napas lega dan cepat-cepat naik ke atas.Besok saat dia bangun, dia akan langsung pergi ke kantor, jadi dia tidak perlu berada di tempat ini lagi.Setelah pulang kerja, dia akan pulang ke rumah orang tuanya.Begitu masuk ke kamar, Thasia merasa lebih rileks, tapi siapa sangka Jeremy malah mengikutinya.Melihat pria itu masuk, Thasia pun melangkah mundur sambil bertanya, "Untuk apa kamu masuk juga?""Ini kamar utama, kalau aku nggak masuk ke sini mau masuk ke mana lagi?" jawab Jeremy dengan lugas.Thasia berkata, "Kalau begitu aku tidur di kamar tamu saja."Saat Thasia ingin melangkah
Reaksi Thasia yang terlalu berlebihan membuat Jeremy bingung. "Kenapa?"Thasia merasa sedikit panik, tangannya jadi ikut-ikutan menyentuh perutnya. Benarkah perutnya membesar?Seharusnya masih belum saatnya perut ini membesar.Thasia bertemu tatap dengan Jeremy, pria itu menatapnya dengan bingung, dia pun merasa lebih panik lagi, jadi dia berkata, "Mungkin tadi makan kekenyangan. Aku sudah ngantuk, mau tidur."Setelah itu Thasia langsung berbaring, dia menutup matanya, tidak ingin membiarkan Jeremy bertanya lagi.Jeremy terdiam menatap Thasia, menatap tubuh wanita itu yang menjadi lebih montok. Memang tubuhnya saat ini menjadi lebih bagus daripada dulu yang kurus kering.Namun, reaksi Thasia yang berlebihan tadi membuat Jeremy curiga.Thasia sepertinya berubah, dia tidak seperti dulu lagi.Perubahannya ini terlalu besar.Misalkan saat ini, Thasia sudah tidak peduli lagi padanya, ingin bercerai, bahkan ingin mengundurkan diri.Seakan-akan dalam waktu singkat wanita ini berubah menjadi o
Thasia pun melihat bukunya.Di dalam buku itu tertulis kaus putih.Tidak salah.Itu gaya Jeremy paling simpel.Gaya seperti anak muda.Kenapa Thasia bisa menulis hal ini di dalam buku itu.Thasia sudah menulis buku ini cukup lama, mungkin ada beberapa catatan yang lupa dia hapus."Kak Thasia?"Vina melihat Thasia sedikit tidak fokus, jadi dia memanggilnya.Thasia segera sadar kembali, dia pun tersenyum. "Dicoret saja, itu salah tulis.""Baik."Vina menjawabnya.Vina sudah menebaknya, orang seperti Pak Jeremy yang merupakan pebisnis kaya mana mungkin memakai kaus putih.Vina ini siswa yang lulus tepat waktu, dia bisa belajar dengan sangat cepat.Thasia berpikir, asisten seperti ini sangat cocok untuk Jeremy.Jika dirinya berhasil mencarikan orang yang cocok untuk Jeremy, maka pria itu akan melepaskannya.Thasia duduk di tempatnya sambil bengong.Vina menyadari bahwa Thasia sedang menatapnya, dia pun bertanya, "Kak Thasia, apakah kamu nggak enak badan?"Thasia tersenyum padanya dengan ra
Jeremy menatap mereka. "Jadi menurut kalian, kalau aku mempekerjakan karyawan baru, maka aku harus melalui persetujuan para petinggi dulu?""Bukan begitu."Vina yang berada di belakang merasa Jeremy menyinggung tentang dirinya, dia pun berkata, "Halo semuanya, aku adalah karyawan baru di sini, namaku Vina. Senang bertemu dengan kalian semua."Mata semua orang pun tertuju pada Vina.Mereka berpikir, anak dari mana ini, beraninya dia berbicara di sini.Saat orang-orang menatap dirinya, Vina malah semakin berani, dia pun lanjut berkata, "Pemimpin di sini adalah Pak Jeremy, kali ini Pak Jeremy mengadakan rapat untuk menghormati semua orang di sini, karena pada akhirnya semua keputusan ada di tangan Pak Jeremy. Tujuan Pak Jeremy tentu saja untuk kepentingan perusahaan, kalian ikut dengan Pak Jeremy pasti karena telah melihat kemampuannya, bagaimana mungkin kalian masih ragu dengan pilihannya, atau jangan-jangan kalian memiliki niat lain?"Setelah mendengar ini, Jeremy menyipitkan matanya.P
Mata Jeremy yang gelap terlihat sinis. "Ketemu orangnya dari mana?"Cepat sekali Thasia mencari penggantinya.Selanjutnya wanita ini akan meninggalkannya.Jeremy saja belum setuju, tapi Thasia sudah mengatur semuanya dengan baik!Thasia masih merasa bingung dirinya salah apa sehingga membuat Jeremy marah, dia tidak kepikiran alasannya.Thasia ingin mendorong pihak lawan. "Dari kumpulan orang yang melamar ke sini. Pak Jeremy nggak suka sekretaris baru itu?""Kalau kamu nggak mau kerja lagi, aku akan mengizinkanmu berhenti. Kamu bisa diam di rumah dan fokus menjadi istriku," kata Jeremy dengan nada dingin.Jari Jeremy sedikit mengeluarkan tenaga, sehingga wajah Thasia mau tak mau pun terangkat. Saat itu, di mata mereka terpancar sosok satu sama lain.Thasia berkata dengan tidak senang, "Kenapa? Kamu merasa aku nggak mau bekerja, hanya ingin di rumah menjadi istrimu? Kamu lupa perkataanmu setelah kita menikah? Harus sadar diri, jangan sampai kelewatan batas, setelah masa kontrak tiga tahu
"Bisa jadi. Tapi wajah dan tubuh Bu Thasia memang menggoda!"...Thasia tidak tahu bahwa dirinya sedang diperhatikan.Karena dia sedang fokus melakukan apa yang dikatakan Jeremy tadi, melatih Vina melakukan pekerjaannya dengan baik.Vina berjalan di sisinya, dia tahu hari Thasia sedang tidak enak badan, jadi dia pun berusaha untuk menggantikannya minum bir jika diajak bersulang.Vina lumayan pandai minum, jadi dia melakukannya dengan lugas.Thasia tidak minum bir, jadi bisa dibilang Vina yang menggantikannya minum sudah lumayan membantu pekerjaan Jeremy.Semua pertanyaan yang diajukan oleh mitra kerja sama dijawab oleh Vina dengan baik, bahkan pihak lawan merasa kagum dan memuji Jeremy."Pak Jeremy, dari mana kamu mendapatkan karyawan sepintar ini?""Pak Lorenzo, apakah Anda pernah mendengar istilah batu yang diasah pasti akan menghasilkan barang bagus?" Perkataan Vina membuat suasana menjadi lebih santai.Vina mengumpamakan dirinya sebagai batu, sedangkan Thasia dan Jeremy yang mengas
Tangan Thasia tiba-tiba ditarik dengan kuat ke belakang.Detik berikutnya tubuh Thasia masuk ke dalam pelukan seseorang.Aroma mint dicampur dengan alkohol dan tembakau tercium olehnya, seketika napas Thasia menjadi berat."Vincent, aku masih belum mati."Suara bernada dingin terdengar dari atas kepala Thasia.Vincent, yang melihat Jeremy merasa terkejut, begitu banyak orang menggosipkan Thasia, termasuk Jeremy yang membawa orang baru.Pada akhirnya!Jeremy malah melindungi Thasia?Tidak peduli bagaimanapun, saat ini paling penting dia harus menjelaskan keadaan tadi pada Jeremy.Vincent menatap kedua mata gelap Jeremy sambil tersenyum menyanjung. "Pak Jeremy, meski kita sudah nggak bekerja sama lagi, nggak ada yang tahu hari esok."Jeremy tidak menjawabnya, bibirnya tipisnya tertutup membentuk garis lurus.Kedua matanya menatap dengan dingin.Thasia sadar Jeremy sudah marah.Thasia menelan air ludahnya, dia berpikir untuk mengatakan sesuatu, tapi Jeremy malah mengambil botol bir, lalu