Mata Jeremy yang gelap terlihat sinis. "Ketemu orangnya dari mana?"Cepat sekali Thasia mencari penggantinya.Selanjutnya wanita ini akan meninggalkannya.Jeremy saja belum setuju, tapi Thasia sudah mengatur semuanya dengan baik!Thasia masih merasa bingung dirinya salah apa sehingga membuat Jeremy marah, dia tidak kepikiran alasannya.Thasia ingin mendorong pihak lawan. "Dari kumpulan orang yang melamar ke sini. Pak Jeremy nggak suka sekretaris baru itu?""Kalau kamu nggak mau kerja lagi, aku akan mengizinkanmu berhenti. Kamu bisa diam di rumah dan fokus menjadi istriku," kata Jeremy dengan nada dingin.Jari Jeremy sedikit mengeluarkan tenaga, sehingga wajah Thasia mau tak mau pun terangkat. Saat itu, di mata mereka terpancar sosok satu sama lain.Thasia berkata dengan tidak senang, "Kenapa? Kamu merasa aku nggak mau bekerja, hanya ingin di rumah menjadi istrimu? Kamu lupa perkataanmu setelah kita menikah? Harus sadar diri, jangan sampai kelewatan batas, setelah masa kontrak tiga tahu
"Bisa jadi. Tapi wajah dan tubuh Bu Thasia memang menggoda!"...Thasia tidak tahu bahwa dirinya sedang diperhatikan.Karena dia sedang fokus melakukan apa yang dikatakan Jeremy tadi, melatih Vina melakukan pekerjaannya dengan baik.Vina berjalan di sisinya, dia tahu hari Thasia sedang tidak enak badan, jadi dia pun berusaha untuk menggantikannya minum bir jika diajak bersulang.Vina lumayan pandai minum, jadi dia melakukannya dengan lugas.Thasia tidak minum bir, jadi bisa dibilang Vina yang menggantikannya minum sudah lumayan membantu pekerjaan Jeremy.Semua pertanyaan yang diajukan oleh mitra kerja sama dijawab oleh Vina dengan baik, bahkan pihak lawan merasa kagum dan memuji Jeremy."Pak Jeremy, dari mana kamu mendapatkan karyawan sepintar ini?""Pak Lorenzo, apakah Anda pernah mendengar istilah batu yang diasah pasti akan menghasilkan barang bagus?" Perkataan Vina membuat suasana menjadi lebih santai.Vina mengumpamakan dirinya sebagai batu, sedangkan Thasia dan Jeremy yang mengas
Tangan Thasia tiba-tiba ditarik dengan kuat ke belakang.Detik berikutnya tubuh Thasia masuk ke dalam pelukan seseorang.Aroma mint dicampur dengan alkohol dan tembakau tercium olehnya, seketika napas Thasia menjadi berat."Vincent, aku masih belum mati."Suara bernada dingin terdengar dari atas kepala Thasia.Vincent, yang melihat Jeremy merasa terkejut, begitu banyak orang menggosipkan Thasia, termasuk Jeremy yang membawa orang baru.Pada akhirnya!Jeremy malah melindungi Thasia?Tidak peduli bagaimanapun, saat ini paling penting dia harus menjelaskan keadaan tadi pada Jeremy.Vincent menatap kedua mata gelap Jeremy sambil tersenyum menyanjung. "Pak Jeremy, meski kita sudah nggak bekerja sama lagi, nggak ada yang tahu hari esok."Jeremy tidak menjawabnya, bibirnya tipisnya tertutup membentuk garis lurus.Kedua matanya menatap dengan dingin.Thasia sadar Jeremy sudah marah.Thasia menelan air ludahnya, dia berpikir untuk mengatakan sesuatu, tapi Jeremy malah mengambil botol bir, lalu
"Tadi kenapa kamu menghalangiku?" tanya Jeremy dengan kesal.Jeremy tidak menahan amarahnya yang sudah membeludak, dia pun menarik Thasia hingga ke atas tubuhnya. Wanita itu masih belum bereaksi, tapi tangan besar Jeremy sudah mengurungnya.Thasia berkata dengan suara serak, "Bagaimanapun Vincent itu CEO sebuah perusahaan, seperti kata pihak lawan, kalian mungkin saja ke depannya akan melakukan kerja sama. Lagi pula, tadi ada banyak orang, kalau kamu memukulnya, kamu akan menjadi cercaan ....""Apakah aku harus membiarkan orang lain menggoda istriku di depan mataku?"Sebelum Thasia selesai bicara, Jeremy sudah memotongnya dengan nada dingin, senyuman pria itu terlihat mengerikan, kedua mata hitamnya menatap dengan sangat sinis.Thasia tidak berani melihatnya. "Pernikahan kita juga nggak diketahui orang-orang."Pernikahan mereka telah disembunyikan dan masa kontraknya selama tiga tahun juga sudah habis. Jika Thasia tidak bilang, Jeremy juga tidak akan menyuruh media menyebarkannya, jadi
Di sebuah kamar hotel yang berantakan.Saat Thasia terbangun seluruh badannya terasa nyeri.Dia mengucek matanya. Saat dia hendak bangun, dia melihat seseorang sedang berbaring di sebelahnya.Seorang pria dengan wajah yang tampan dan menawan.Pria itu masih belum bangun, juga tidak terlihat akan bangun.Thasia segera terduduk. Selimut di tubuhnya merosot ke bawah, memperlihatkan pundaknya yang putih penuh dengan tanda semalam.Dia pun segera turun dari ranjang. Di atas ranjang terlihat jelas noda darah yang mencolok.Setelah melihat jam, ternyata sudah hampir jam masuk kerja, dia pun segera mengambil baju kerjanya yang berantakan dan memakainya.Stoking yang dia pakai semalam sudah dirobek oleh pria itu.Dia pun meremasnya menjadi sebuah bola, melemparnya ke dalam tong sampah, lalu memakai sepatu hak tingginya.Saat itu ada orang yang mengetuk pintu.Thasia sudah berpakaian rapi, kembali ke penampilannya sebagai seorang sekretaris. Dia segera mengambil tasnya dan berjalan keluar.Orang
Mendengar ini Thasia hampir terjatuh karena terkejut.Tubuhnya pun bersandar pada pria itu.Saat Jeremy merasa Thasia hampir terjatuh, tangannya langsung melingkar di pinggangnya.Kehangatan tubuh pria itu seketika mengingatkannya pada pergulatan mereka semalam.Thasia segera menenangkan dirinya. Dia mendongak, menatap sepasang mata gelap pria itu.Tatapan pria itu begitu serius, ada kebingungan dan keraguan, seakan-akan bisa membaca isi pikiran Thasia.Jantung Thasia berdetak kencang.Dia segera menghindari tatapan pria itu dengan menundukkan kepalanya.Barusan saat Jeremy berpikir pasangannya semalam adalah wanita panggilannya tadi, pria itu sudah mengamuk, kalau Thasia mengakuinya, bukannya dirinya akan berakhir dengan mengerikan.Dia tidak terima.Namun, kalau Jeremy tahu bahwa wanita semalam adalah dirinya, apakah pernikahan mereka masih bisa dipertahankan?Thasia tidak berani menatap matanya. "Kenapa bertanya seperti itu?"Hanya Thasia yang tahu bahwa dirinya sangat penasaran pad
Saat menoleh, dia melihat Lisa sedang memakai celemek, di tangannya terdapat sendok sup.Saat wanita itu melihat Thasia, senyumannya seketika membeku, tapi detik berikutnya dia berkata dengan ramah, "Tamu Bibi, ya? Kebetulan aku membuat supnya cukup banyak, ayo masuk."Sikapnya sangat lugas seakan-akan dia adalah tuan rumah ini.Sedangkan Thasia adalah tamu yang datang berkunjung.Kalau dipikir-pikir, benar juga, gadis itu sebentar lagi akan menjadi tuan rumah di sini.Thasia mengerutkan keningnya, dia merasa sedikit tidak senang.Pernikahannya dan Jeremy disiarkan di seluruh kota, Lisa bahkan sempat mengirimkan kartu ucapan selamat, tidak mungkin gadis ini tidak tahu dirinya adalah istri Jeremy.Saat Lisa melihat Thasia tidak bergerak, dia segera menarik tangannya. "Jangan sungkan, cepatlah masuk."Saat Lisa mendekat Thasia bisa mencium aroma bunga melati. Dia ingat tahun lalu saat dia berulang tahun, Jeremy pernah memberikannya parfum dengan aroma yang sama persis dengan aroma ini.S
"Suasana hati Kak Thasia hari ini sedang nggak baik, dia nggak mau mengantarkan dokumennya, jadi aku yang mengantarkannya." Lalu Lisa sengaja menunjukkan bekas luka di tangannya. "Jeremy, kamu jangan menyalahkan Kak Thasia, aku rasa dia nggak bermaksud begitu, dokumennya nggak terlambat, 'kan?Baru kali ini Thasia berani memberikan dokumen kantor kepada orang lain.Jeremy merasa sangat kesal, tapi karena ada Lisa di sini dia pun menahannya, dia hanya melonggarkan ikatan dasinya, lalu berkata, "Nggak apa-apa."Dia pun mengalihkan topik pembicaraan. "Karena sudah datang, maka duduklah sebentar."Mendengar ini seketika Lisa merasa senang. Setidaknya pria itu tidak membencinya dan masih menerimanya."Bukannya kamu ada rapat? Apakah aku mengganggumu?"Jeremy pun menelepon seseorang. "Undur rapatnya selama setengah jam."Lisa pun tersenyum. Tadi dia sempat khawatir Jeremy akan marah karena waktu itu dia pergi tanpa pamitan, ternyata dirinya yang berlebihan.Waktu yang sudah dia lewatkan masi