Jeremy merasa penasaran terhadap pria yang bernama Leo itu.Sebenarnya pria itu memiliki sihir apa sehingga Thasia tidak bisa melupakannya selama bertahun-tahun?Jika pihak lawan bukan pria baik? Apakah Thasia akan melupakannya? Apakah dia masih mau bercerai dengannya?...Thasia mengalami mimpi buruk. Di dalam mimpinya, kedua tangannya diborgol, lalu dirinya dikurung dalam sangkar. Thasia sudah seperti burung dalam sangkar.Di sekelilingnya tidak ada orang.Tidak ada yang peduli padanya.Thasia terkubur di dalam kegelapan, tidak peduli bagaimana dia berusaha melepaskan diri, tetap saja gagal.Thasia pun terbangun dari mimpi buruknya, napasnya menjadi terengah-engah, wajahnya dipenuhi oleh keringat.Thasia terduduk sambil menyentuh wajahnya, setelah tenang dia pun melihat ke sekeliling, ternyata dia sedang berada di tempat yang asing.Di dalam kamar ada penghangat ruangan, dirinya memakai gaun tidur dan ditutupi oleh selimut bulu.Gaun tidur ini sama persis dengan yang ada di mimpinya.
Thasia tidak tahu apa yang ingin Jeremy lakukan.Namun, Thasia tidak mau hanya duduk diam saja di sini.Thasia tidak mau menjadi burung cantik di dalam sangkar.Dia tidak bersedia.Jeremy melihat Thasia yang suasana hatinya tidak menentu, juga terlihat sangat takut dan waspada pada dirinya.Jeremy pun mengerutkan keningnya, lalu berkata, "Thasia, kamu ini istriku, kenapa jadi simpananku? Nggak ada salahnya kamu tinggal bersamaku."Dulu mereka juga tinggal bersama, tapi Thasia bersikap biasa saja.Kenapa sekarang wanita itu malah berubah?Jeremy merasa bingung.Thasia meremas sprei, lalu bertanya, "Kapan kita akan mengurusi perceraian kita?""Kamu buru-buru?""Ya." Thasia berkata, "Bukannya kita sudah sepakat hari ini, jadi kita nggak boleh menundanya lagi, mengerti?"Jeremy menatapnya dengan lekat, Thasia berkata seperti ini dengan lugas, tidak seperti dia yang dulu.Thasia saat ini sudah ingin lepas darinya, jadi Jeremy pun menebak sesuatu. "Semua demi pria bernama Leo itu?"Thasia te
Seketika nada bicara Jeremy menjadi berubah, dia berkata dengan suara rendah, "Kalau nggak mau kasih tahu juga nggak masalah. Ke depannya jangan bahas tentang cerai lagi, tetap saja di sini dengan patuh!"Thasia merasa terkejut, bagaimana bisa begini, seketika suasana hatinya bergejolak. "Jeremy, apa maksudmu?!""Patuh saja."Tangan Jeremy bergerak untuk mengelus rambut Thasia, lalu dia berkata dengan suara rendah dan sedikit makna memanjakan, "Kamu masih belum makan, pasti kamu lapar. Aku menyuruh pelayan membuatkan makanan kesukaanmu, ayo kita makan di bawah."Thasia tidak menyangka rencananya gagal.Sepertinya Thasia yang tidak terlalu memahami Jeremy, dirinya yang selama ini salah mengerti tentang pria di depannya ini.Thasia kira Jeremy pasti akan marah besar saat tahu di hatinya ada pria lain, jadi mereka akan segera bercerai.Bagaimanapun di hati mereka masing-masing sudah terisi oleh orang lain.Namun, pria itu lebih memilih mengurungnya dan tidak mau bercerai.Thasia merasa pa
"Nggak perlu, buatan siapa pun sama saja, semuanya enak. Hanya saja hari ini aku terlalu lapar, jadi makan lebih banyak." Thasia tidak ingin Jeremy terlalu memikirkannya.Tidak baik jika pria itu terlalu memperhatikannya.Semakin pria itu memperhatikannya, semakin besar pula pengorbanan Thasia."Aku lelah, apakah aku sudah boleh pergi istirahat?" tanya Thasia."Hmm," jawab Jeremy.Thasia akhirnya menghela napas lega dan cepat-cepat naik ke atas.Besok saat dia bangun, dia akan langsung pergi ke kantor, jadi dia tidak perlu berada di tempat ini lagi.Setelah pulang kerja, dia akan pulang ke rumah orang tuanya.Begitu masuk ke kamar, Thasia merasa lebih rileks, tapi siapa sangka Jeremy malah mengikutinya.Melihat pria itu masuk, Thasia pun melangkah mundur sambil bertanya, "Untuk apa kamu masuk juga?""Ini kamar utama, kalau aku nggak masuk ke sini mau masuk ke mana lagi?" jawab Jeremy dengan lugas.Thasia berkata, "Kalau begitu aku tidur di kamar tamu saja."Saat Thasia ingin melangkah
Reaksi Thasia yang terlalu berlebihan membuat Jeremy bingung. "Kenapa?"Thasia merasa sedikit panik, tangannya jadi ikut-ikutan menyentuh perutnya. Benarkah perutnya membesar?Seharusnya masih belum saatnya perut ini membesar.Thasia bertemu tatap dengan Jeremy, pria itu menatapnya dengan bingung, dia pun merasa lebih panik lagi, jadi dia berkata, "Mungkin tadi makan kekenyangan. Aku sudah ngantuk, mau tidur."Setelah itu Thasia langsung berbaring, dia menutup matanya, tidak ingin membiarkan Jeremy bertanya lagi.Jeremy terdiam menatap Thasia, menatap tubuh wanita itu yang menjadi lebih montok. Memang tubuhnya saat ini menjadi lebih bagus daripada dulu yang kurus kering.Namun, reaksi Thasia yang berlebihan tadi membuat Jeremy curiga.Thasia sepertinya berubah, dia tidak seperti dulu lagi.Perubahannya ini terlalu besar.Misalkan saat ini, Thasia sudah tidak peduli lagi padanya, ingin bercerai, bahkan ingin mengundurkan diri.Seakan-akan dalam waktu singkat wanita ini berubah menjadi o
Thasia pun melihat bukunya.Di dalam buku itu tertulis kaus putih.Tidak salah.Itu gaya Jeremy paling simpel.Gaya seperti anak muda.Kenapa Thasia bisa menulis hal ini di dalam buku itu.Thasia sudah menulis buku ini cukup lama, mungkin ada beberapa catatan yang lupa dia hapus."Kak Thasia?"Vina melihat Thasia sedikit tidak fokus, jadi dia memanggilnya.Thasia segera sadar kembali, dia pun tersenyum. "Dicoret saja, itu salah tulis.""Baik."Vina menjawabnya.Vina sudah menebaknya, orang seperti Pak Jeremy yang merupakan pebisnis kaya mana mungkin memakai kaus putih.Vina ini siswa yang lulus tepat waktu, dia bisa belajar dengan sangat cepat.Thasia berpikir, asisten seperti ini sangat cocok untuk Jeremy.Jika dirinya berhasil mencarikan orang yang cocok untuk Jeremy, maka pria itu akan melepaskannya.Thasia duduk di tempatnya sambil bengong.Vina menyadari bahwa Thasia sedang menatapnya, dia pun bertanya, "Kak Thasia, apakah kamu nggak enak badan?"Thasia tersenyum padanya dengan ra
Jeremy menatap mereka. "Jadi menurut kalian, kalau aku mempekerjakan karyawan baru, maka aku harus melalui persetujuan para petinggi dulu?""Bukan begitu."Vina yang berada di belakang merasa Jeremy menyinggung tentang dirinya, dia pun berkata, "Halo semuanya, aku adalah karyawan baru di sini, namaku Vina. Senang bertemu dengan kalian semua."Mata semua orang pun tertuju pada Vina.Mereka berpikir, anak dari mana ini, beraninya dia berbicara di sini.Saat orang-orang menatap dirinya, Vina malah semakin berani, dia pun lanjut berkata, "Pemimpin di sini adalah Pak Jeremy, kali ini Pak Jeremy mengadakan rapat untuk menghormati semua orang di sini, karena pada akhirnya semua keputusan ada di tangan Pak Jeremy. Tujuan Pak Jeremy tentu saja untuk kepentingan perusahaan, kalian ikut dengan Pak Jeremy pasti karena telah melihat kemampuannya, bagaimana mungkin kalian masih ragu dengan pilihannya, atau jangan-jangan kalian memiliki niat lain?"Setelah mendengar ini, Jeremy menyipitkan matanya.P
Mata Jeremy yang gelap terlihat sinis. "Ketemu orangnya dari mana?"Cepat sekali Thasia mencari penggantinya.Selanjutnya wanita ini akan meninggalkannya.Jeremy saja belum setuju, tapi Thasia sudah mengatur semuanya dengan baik!Thasia masih merasa bingung dirinya salah apa sehingga membuat Jeremy marah, dia tidak kepikiran alasannya.Thasia ingin mendorong pihak lawan. "Dari kumpulan orang yang melamar ke sini. Pak Jeremy nggak suka sekretaris baru itu?""Kalau kamu nggak mau kerja lagi, aku akan mengizinkanmu berhenti. Kamu bisa diam di rumah dan fokus menjadi istriku," kata Jeremy dengan nada dingin.Jari Jeremy sedikit mengeluarkan tenaga, sehingga wajah Thasia mau tak mau pun terangkat. Saat itu, di mata mereka terpancar sosok satu sama lain.Thasia berkata dengan tidak senang, "Kenapa? Kamu merasa aku nggak mau bekerja, hanya ingin di rumah menjadi istrimu? Kamu lupa perkataanmu setelah kita menikah? Harus sadar diri, jangan sampai kelewatan batas, setelah masa kontrak tiga tahu