"Aku tidak mau jika setelah menikah denganmu, anakku menjadi tidak terurus lagi karena selama ini semuanya sudah dipersiapkan olehku," ungkap Bu Shafira.Melihat usia Cantika yang masih sangat muda membuatnya menjadi khawatir apakah wanita itu bisa mengurus suaminya dengan benar, dirinya yakin jika wanita di usianya cantiknya saat ini masih sangat senang di luar dengan teman-temannya daripada harus tinggal di rumah terus menerus.Inilah mengapa dirinya sangat marah kepada Alva saat mengetahui jika gadis yang dihamili masih berusia muda seperti itu. Tidak seumuran dengan anaknya.Cantika hanya mengangguk mencoba memahami apa yang di katakan oleh ibunya Alva. Dirinya memang belum pernah menjadi seorang istri, tetapi dirinya akan berusaha untuk bisa menjadi istri yang baik.Alva dan Berlian saling pandang, keduanya mulai paham jika sang ibu memperlihatkan jika dirinya tak menyukai Cantika. Berlian hanya mengangkat bahunya, jika dirinya tidak tahu harus melakukan apalagi dari tadi dirinya
"Kenapa kamu diam saja, apa masih memikirkan ucapan ibuku?" tanya Alva. Lelaki itu mendekatkan kursinya, terdengar bunyi berderit saat ia menariknya. "Aku sedang tidak memikirkan apa pun, kenapa memang?" Cantika bertanya balik.Alva tertawa kecil, dia tidak bicara jika dirinya mengatakan sedang memikirkan apa pada Cantika. tapi malah wanita itu yang mengatakan sedang tidak memikirkan apapun. Alva kembali meminum minumannya, sepertinya Cantika memang sedang memikirkan apa yang dikatakan Bu Shafira. Mungkin memang sangat jelas ibunya sudah keterlaluan, Cantika memang anak kemarin sore. Tapi, tak bisa diperlakukan seperti itu. Harusnya Bu Shafira membimbing calon istrinya. Akibat ulah sang ibu, Cantika malah diam seribu bahasa. "Ucapan Mama, ya?" tanya Alva lagi.Cantika tak percaya jika Alva bisa menebak apa yang di pikirkan olehnya. Hanya saja, ia tak mau membuat hubungan ibu dan anak itu merenggang."Bukan, aku hanya heran saja sama kamu. Mau menyewa asisten rumah tangga, memang ga
"Aku bilang lepas, aku tidak sedih kau pegang. Ini ranah kantor, jaga sikap kamu atau aku putuskan saat ini kontrak kerja sama kita." Bola mata Jonathan hampir keluar saat tiba-tiba Anggun menarik lengannya. Jonathan tak peduli dengan apa yang Anggun ingin bicarakan. Yang jelas, ia tak mau ada yang menyalahgunakan saat dirinya bersama dengan Anggun. "Jo, tunggu. Apa kamu sudah tak mau menanggap aku sebagai teman?" Anggun tetap memaksa untuk bicara. Jonathan menarik napas panjang, lalu meminta Arnold mengurus Anggun. Sang kakak paham dan menahan Anggun mengejar Jonathan."Sudah di tolak, jangan terus memaksa. Apa enggak punya harga diri?" Arnold berdiri dengan melipat kedua tangan di dada. Anggun merasa kesal ucapan Arnold, untuk apa dia mencegahnya dan mengikuti perintah Jonathan untuk menahan dirinya. Ia merasa tidak ada urusan dengan kakaknya Jonathan. Anggun pun memilih untuk tidak menggubris Arnold yang berkata-kata begitu tajam seperti pisau. Bicara tentang harga diri, dirin
Anggun kembali ke rumah dengan semringah. Setelah ia mendapat berbagai informasi, ia pun bertekad untuk membuat pernikahan Jonathan hancur. Ia Pun bercerita pada ibunya tentang apa yang ia ketahui.Maya pun senang Ia merasa ini adalah kunci jawaban yang akan mempermudah anaknya untuk mendapatkan hati Jonathan dan menyingkirkan wanita bernama Berlian."Kamu pintar juga. mungkin takdir berpihak pada kita, ayahmu bangkrut dan Jatuh miskin Mama sudah tidak bisa mendapatkan angin segar lagi. Jika kamu menikah dengan Jonathan mama sudah bisa membayangkan Bagaimana hidupnya masa depan.""Itu sudah pasti, kita harus menghancurkan wanita bernama Berlian. Bagaimana pun caranya, Jonathan harus berada di tanganku." anggun dengan percaya diri mengatakan hal itu padahal dia tidak tahu siapa yang dilawannya itu. Berlian bukan wanita sembarangan, yakini berada di lingkungan yang sudah pasti akan membelanya dan tak akan memberikan ampun pada orang yang akan menghancurkannya. Anggun bahkan tidak tahu
"Ahh ...." Suara desahan Berlian saat Jonathan mulai menyentuhnya. Tak ada penolakan, semua berjalan dengan yang diinginkan Jonathan. Pria itu sangat menikmati bersentuhan dengan istrinya. Ini kali kedua mereka menikmati indahnya menjadi suami istri. Ide pergi ke hotel itu begitu saja terlintas dipikiran Jonathan saat melihat leher Berlian yang begitu menggodanya. Bukan dia tidak ingin menyentuhnya di rumah tapi ada saja yang mengganggu seperti rengekan Cinta yang ingin tidur bersama mereka lalu pekerjaan yang ayahnya berikan padanya. Jonathan mengambil jalur yang sulit di tembus orang. Di kamar hotel itu menjadi saksi bisu dua insan yang sedang di mabuk asmara. Kedua tubuh itu bersatu, keringat pun mengucur walau suhu kamar dingin. Jonatan mengecup kening Berlian setelah dirinya terpuaskan. Tak hanya di situ saja, Jonatan menggendong istri ke kamar mandi. Awalnya Berlian menolak karena ia sudah sangat lelah, tapi demi sang suami Ia pun akhirnya mau. "Apa kurang cukup tadi?" tanya
Berlian sudah bangun pagi-pagi saat suaminya masih melingkar di tubuhnya. Ia mencoba membangunkan Jonathan agar tidak telat ketika kantor karena mereka harus kembali ke rumah mengambil beberapa baju dan menggantinya karena mereka tidak sama sekali membawa baju memutuskan untuk menginap di hotel karena memang itu dadakan. "Kamu yakin mau bekerja hari ini? tidak mau mengulang kembali yang tadi malam?" Kedipan mata Jonatan membuat berlian kembali teringat Bagaimana lembutnya perlakuan Jonathan tadi malam."Ini akhir bulan banyak yang harus aku rekap. Lagi pula tidak enak dengan mama. Kita bisa mengulangi pulang kerja nanti kan?" Sembari mengenakan bajunya setelah mandi, Berlian pun menatap cermin lalu berdandan.Yang dikatakan berlian adalah benar karena di kantornya pun jika sedang akhir bulan mereka begitu sangat sibuk. Laporan akhir bulan, lagi pula hari ini pun ada meeting besar bersama klien dari luar negeri. Jonathan pun melihat ponselnya sudah ada beberapa pesan masuk dari ayahny
Lagi, Jonatan dan Arnold saling pandang. Tumben saja sang ayah memarahi Jonatan hanya karena cinta putrinya.. Pak Ferdinan merasa kedua anaknya memperhatikan dirinya, dia pun menjadi salah tingkah. "Sudah kalian kembali ke ruangan masing-masing. Tolong, kerjakan apa yang sudah menjadi masing-masing tanggung jawab kalian. kamu untuk apa melihat kata seperti itu, Apa ada yang salah?" Pak Ferdinand bertanya saat dia memergoki saat Jonathan menatapnya.Pak ferdinand kembali menyuruh keduanya untuk kembali ke ruangan. Arnold menepuk bahu Jo agar ke luar dari ruangan sang ayah. Keduanya lalu pamit dan keluar dari tempat sang ayah."Ada yang aneh dari papa," ujar Arnol"Tiba-tiba saja mengomeli aku. Atau tiba-tiba dia menjadi peduli dengan cinta?" Jonathan mencoba menganalisa apa yang sedang terjadi dengan ayahnya yang tiba-tiba saja menasehatinya tentang kedekatan pada anak.Tidak dipungkiri sebelum renggangnya hubungan mereka berdua Pak Ferdinan begitu dekat dengan kedua anaknya hingga me
Tuan Rafa mengembalikan kembali cek kosong itu pada Pak Hardian. Ia ingin calon besannya saja yang mengurus karena ia tak mau berurusan dengan uang orang lain. Tuan Dara sudah yakin jika menyerahkan semua pada pihak laki-laki. Untuk acara gedung, akad nikah sampai resepsi. Ia hanya ingin tinggal data karena sudah lelah dengan semua yang terjadi. Bahkan ia pun rela jika hanya dengan pernikahan biasa.Watak saja keras dan nada bicara yang begitu kencang. Namun, hatinya masih hello Kitty kalau kata anak muda jaman sekarang."Saya terserah saja. Pak Hardian bicarakan pada Alva dan Cantika mau seperti apa. Saya tinggal datang, bersyukur Alva sudah mau bertanggungjawab." Tuan Alva mengatakan hal itu dengan pasrah.Dua bulan yang lalu, Tuan Rafa marah besar karena tahu Cantika hamil. Ia mengamuk, memaki dan merusak semua barang yang ada. Ia bertanya pada Cantika siapa ayah bayi itu, tapi sang anak bungkam. Sampai akhirnya Cantika kabur dari rumah dan berniat menggugurkan janin itu. Hari ke